• Kolom
  • Hotel Bandong Milik Bingel

Hotel Bandong Milik Bingel

Wilhelm Bingel, kelahiran Jerman tahun 1837, pernah mengadu nasib dengan berbisnis hotel di Bandung. Tidak terlalu sukses, ia terpaksa menjual aset-asetnya.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Pengumuman Wilhelm Bingel membuka penginapan baru di Bandung dengan tarif 3,5 gulden sehari semalam. (Sumber: Bataviaasch handelsblad, 3 Juli 1875)

20 Juni 2021


BandungBergerak.idAdakah yang tahu mengenai riwayat penginapan bernama Hotel Bandong di Bandung hampir satu setengah abad yang lalu? Siapakah orang yang memilikinya? Bagaimana kelanjutan nasib hotel dan pemiliknya? Rangkaian pertanyaan tersebut terus mengharu biru saya selama beberapa waktu. Itulah sebabnya saya melakukan penyelidikan terhadap sumber-sumber yang dapat saya akses. Dalam tulisan ini, saya hendak berbagi himpunan hasil penelusuran itu.

Nama Hotel Bandong mulai saya temukan pada pengumuman dalam Java-bode edisi 20 Maret 1884. Nama hotel tersebut muncul dalam konteks pengalihan wewenang pengelolaannya sejak 18 April 1884 dari W. Bingel kepada Scheerder. Soal tersebut nanti akan saya bahas lebih lanjut. Sekarang saya akan memfokuskan uraian pada tokoh Bingel. Saya akan menelusuri dulu riwayat singkatnya, sepanjang yang dapat saya temukan datanya.

Dari situs genealogieonline.nl (diakses pada 17 Mei 2021), nama lengkap tokoh tersebut adalah Wilhelm Bingel (1837-1891). Ia lahir pada 1837 di Hessen-Kassel, Jerman, dari pasangan Friedrich Wilhelm Bingel dan Elisabeth Timmermann. Pada 18 Juli 1859, dengan menumpang kapal Noord Braband, Bingel berimigrasi ke Hindia Belanda. Di tanah jajahan Belanda ini, sejak 17 Agustus 1862, dia tercatat tinggal di Pasar Senen, Batavia.

Pada 4 April 1868, Bingel menikahi Christina Margaretha Lankau (1849-1914) di Kampong Kwitang, Batavia. Dari pernikahan ini, keduanya dianugerahi beberapa orang anak, yaitu Hendrik August Christiaan, Josefina Wilhelmina (1872-1893), Sophia Ernestina Henriëtte (l. 1874), August Carel Frederik (l. 1878), dan Christiaan Frederik.  Sebelumnya, ternyata Bingel juga memiliki dua orang anak dari istri atau gundiknya, yakni Willem Frederik (1866-1867) dan Sophia Cornelia Johanna.

Sejak kapan Bingel berada di Bandung dan mengusahakan penginapannya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mengandalkan dua sumber pustaka, yaitu Regeerings-Almanak voor Nederlands-Indie dari 1872 hingga 1884 serta pelbagai guntingan surat kabar berbahasa Belanda dari masa yang sama.

Nama Wilhelm Bingel mulai tercatat ada pada Regeerings-Almanak voor Nederlands-Indie untuk  1872. Di situ (1872: 642), dia tercatat bersama dengan G. Loheyde sebagai orang yang tinggal di Bandung. Meski menimbulkan keraguan, karena tidak ada keterangan pekerjaan atau bidang usahanya tetapi mengingat sebelumnya saya sempat menulis mengenai Loheyde yang mengusahakan penginapan di Bandung pada 1870-an, saya jadi yakin Bingel pun mulai mengusahakan hal yang sama sejak 1872. Karena dalam Regeerings-Almanak voor Nederlands-Indie untuk  1871 (1871: 609), yang tercatat mengusahakan penginapan di Bandung adalah F. A. C. Grebner dan G. Loheyde.

Untuk tahun-tahun selanjutnya, nama Bingel tercatat bersama dengan Loheyde (1873: 673), L. S. van der Meulen (1874: 737), L. S. van der Meulen dan J. F. F. Thiem (1875: 753), mevr. Hinze dan Führing (1882: 523), dan dengan A. Homann (1884: 597). Sementara untuk  1885 dan tahun-tahun selanjutnya, nama Bingel tidak lagi disebut-sebut sebagai pemilik hotel di Bandung. Tentu saja dengan demikian dapat diartikan bahwa Bingel tinggal dan mengusahakan hotel di Bandung antara 1872 hingga 1884.

Baca Juga: Pendiri Pabrik Kina
Steinmetz Memajukan Bandung
Ahli Kembang Ulrich Teuscher

Kemunduran Bisnis

Bagaimana dengan temuan dari koran-koran? Saya menemukan beberapa fakta menarik. Dalam Bataviaasch handelsblad (2-3 Juli 1875), saya temukan fakta bahwa Wilhelm Bingel membuka penginapan bagi para pelancong di Bandung pada 1 Juli 1875 (“De ondergeteekende maakt aan Reizigers bekend dat hij van af 1 Julij 1875 een logement te Bandong heeft geopend”). Tarif yang dipasangnya untuk menginap sehari semalam adalah 3,5 gulden seorang (“Voor verblijf in de 24 uren per persoon f 3.50”).

Dari pengumuman tersebut, apakah mengandung arti Bingel baru pertama kali membuka penginapan di Bandung pada 1875? Atau untuk kali kedua barangakali? Bila yang pertama kali, saya pikir bertentangan dengan fakta dalam Regeerings-Almanak di atas. Untuk kali kedua bisa jadi mungkin, karena barangkali ia membangun lagi yang baru di samping yang lama, atau mungkin pula yang berlaku adalah buka-tutup penginapan karena bisnisnya tidak berjalan lancar.

Keanehan bertambah lagi saat membaca guntingan dari Java-bode dan Bataviaasch handelsblad (18 Februari 1876). Dari kedua koran tersebut diketahui Bingel mengumumkan lagi bahwa ia baru membuka penginapan baru di Bandung, yang letaknya di seberang rumah sekretaris Societeit Concordia. Pengumuman ini seakan memperkuat dugaan saya bahwa Bingel menyelenggarakan penginapannya secara buka-tutup, bergantung ramainya pengunjung ke Bandung. Mungkin pula, nama Hotel Bandong pun mulai digunakannya saat itu, meski baik dari Regeerings-Almanak maupun kliping koran tidak mencantumkan nama tersebut kepada Bingel, kecuali nisbatnya oleh Scheerder pada 1884.

Empat tahun kemudian tersiar kabar bahwa Bingel mengurangi harga sewa penginapannya menjadi satu gulden per hari (De locomotief, 4 Maret 1880). Saya duga, ini pun menandakan tidak begitu lakunya penginapan Bingel, mengingat pada 1875 saja atau lima tahun sebelumnya, ia memasang tarif sebesar 3,5 gulden per hari.

Kemunduran bisnis Wilhelm Bingel kian jelas terlihat pada penjualan aset berupa pekarangan, rumah batu-bata, dan ruang di luar rumah lainnya seluas 2622.69 meter. Untuk aset itu ditaksir harga sebesar 6000 gulden berdasarkan keputusan nomor 82 tanggal 27 Agustus 1879. Penjualannya sendiri dilakukan secara terbuka pada 15 Juni 1881 pukul 10 pagi di kantor pelelangan, Mispelblom Beijer (Java-bode, 31 Mei 1881).

Menjual Aset

Kini tiba saatnya kembali ke Hotel Bandong. Sebagaimana yang saya kemukakan di atas, barangkali terdorong oleh kemunduran usahanya, Wilhelm Bingel menyewakan hotel yang dimilikinya kepada orang lain. Orang lain itu adalah H. C. J. Scheerder. Pada 20 Maret 1884 dalam Java-bode, ia mengumkan bahwa sejak 18 April 1884 mengambil alih Hotel Bandong yang dimiliki Bingel.

Namun, ternyata sebulan kemudian Scheerder membatalkan kontrak sewa Hotel Bandong. Yang dijadikan alasannya adalah karena hotel tersebut sudah usang dan bobrok (“zwaar verhijpothikeerd en in vervallen toestand verkeerende”). Dengan demikian, Scheerder menarik kembali pengumuman yang sempat dibuatnya beberapa waktu lalu (Java-bode, 23 April 1884).

Dengan keadaan menyedihkan, akhirnya Bingel membuat pengumuman lagi untuk menyewakan atau menjual (“te huur of te koop”) penginapannya (Bataviaasch handelsblad, 26 Juni 1884). Bila dikaitkan dengan fakta-fakta dalam Regeerings-Almanak voor Nederlands-Indie, kayaknya 1884 adalah tahun terakhir Bingel mengusahakan Hotel Bandong. Selain itu, dia menjual aset-aset lain milikinya, yang dilakukannya pada pelelangan 10 Mei 1886 untuk tiga persil lahan di Soemedang Weg (Bataviaasch handelsblad, 27 April 1886).

Bagaimana kabar selanjutnya mengenai Bingel? Bila dalam genealogieonline.nl disebutkan bahwa Wilhelm Bingel meninggal pada 30 Mei 1891 di Tegal, tentu saja dapat ditarik kemungkinan bahwa selepas Hotel Bandong dan aset-aset lainnya terjual, Bingel pindah ke daerah yang ada di Jawa Tengah. Barangkali di situ dia memulai bisnis baru hingga ajal menjemputnya. Dan bagi saya, pertanyaan-pertanyaan di atas sekarang sudah dikatakan dapat terjawab, meskipun barangkali di sana-sini masih ada yang luput.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//