• Kolom
  • Bertus Coops, Wali Kota Bandung Pertama

Bertus Coops, Wali Kota Bandung Pertama

Bertus Coops memimpin Kota Bandung dari 1913 hingga 1926. Mulanya sebagai asisten residen, lalu wali kota, ia membangun infrastruktur pendidikan dan air bersih.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Potret Bertus Coops, duduk di tengah, saat rapat sebelum cuti ke Belanda pada 1920 (kiri) dan monumen untuk sang wali kota yang diresmikan pada 11 Juli 1928 (kanan). (Sumber: KITLV A34 dan kolonialemonumenten.nl.)

27 Juni 2021


BandungBergerak.idJ. C. Roeters van Lennep-Coops (di Scheveningen), E. F. Coops, dan W. A. Coops, M. Coops-de Buck dan anak-anaknya (Badheovedorp) berduka cita atas kematian Bertus Coops, Oud-burgemeester van Bandoeng, dalam Algemeen Handelsblad edisi 13 Januari 1966. Mantan wali kota Bandung itu meninggal di Prins Mauritslaan 32, Den Haag, pada 12 Januari 1966. Bertus merupakan pejabat Bandung yang melewati dua fase jabatan, yaitu sebagai kepala afdeeling dan wali kota Bandung. Karena saat Bandung dan daerah lainnya meraih status kota (gemeente), tidak serta merta dikepalai seorang wali kota (burgemeester). Jadi mari kita jejaki riwayat hidup dan karier Bertus.

Dari hasil penelusuran pelbagai sumber, di antaranya situs penyedia kekerabatan, Bertus Coops lahir di Doesburg, Provinsi Gelderland, Belanda, pada 27 September 1874. Ia anak kesembilan pasangan Fredrik Coops (1833-1886) dan Johanna Gerharda van der Meij (1836-1876). Kakak-kakaknya adalah Catharina Everdina Elisabeth (1863-1950), Antonie Albert (1865-1867), Albert (1865-1948), Alida Johanna Egberdina (1867-1938), Antonie (1868-1895), Johanna Gerharda (1869-1958), Elizabeth (1871-1871), dan Willem Hendrik (1872-1896). Sementara adiknya, Frederik (1875-1876).

Bertus mulai tercatat sebagai pegawai kolonial Hindia Belanda pada 1894, sebagai pegawai administratif. Sejak 26 Maret 1898, ia diangkat menjadi komis pertama di  Departement van Binnelands Bestuur. Dua tahun kemudian, pada 1900, Bertus dipindahkan ke Sukabumi sebagai “wd. adspirant controleur” (De Preanger-bode, 11 Desember 1900). Pada 1901, dia menjadi kontrolir di Sukabumi (De Preanger-bode, 24 Juni 1901). Pada 18 Maret 1902, di Sukabumi, Bertus menikahi Elisabeth Philippina Everdina Roelofs (1882-1963). Dari hasil pernikahan ini, dia dikaruniai dua orang anak, yani Johanna Catharina (1903-2001) dan Willem Albert (1917-2000).

Sejak 7 Agustus 1906, Bertus menjadi kontrolir di Limbangan (Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1907, deel 2; Het Nieuws van den Dag voor Nederlandche Indie, 27 Desember 1912). Pada tahun itu pula dia cuti ke Belanda. Pada 1909, Bertus diangkat sebagai kontrolir polisi di Semarang (De Indische courant, 5 Juli 1928) dan sekretaris residen Semarang sejak 8 April 1911. Setelah sebentar menjabat sebagai asisten residen di Limbangan (Garut), pada 29 Oktober 1913, Bertus ditugaskan menjadi asisten residen Bandung. Ketika itu Bandung sudah tujuh tahun berstatus kota, di samping kabupaten (regentschap).

Dari Asisten Residen ke Wali Kota

Bila menengok Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1907, deel 2 (1907: 670), susunan dewan kota (gementeeraad) kota Bandung terdiri atas ketua asisten residen R. A. Maurenbrecher dengan anggota-anggotanya H. W. van Dalfsen, W. Droop, C. J. van Haastert, G. van Houten, Loa Boen Eng, Raden Adipati Aria Marta Nagara, Mr. F. Sieuwerts, F. J. H. Soesman, L. P. L. van der Tas, Mas Rangga Tirta Madja, dan Dr. C. H. A. Westhoff. Sekretarisnya adalah P. F. Verduijn Lunel.

Dengan demikian, hingga 1916, Bertus juga mengepalai Kota Bandung sebagai asisten residen, bukan sebagai wali kota. Ini terlihat dari Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1917, deel 2 (1917: 720) yang menyatakan bahwa ketua dewan Kota Bandung adalah asisten residen. Anggota-anggota dewan kotanya saat itu adalah Raden Djajasoebrata, Mr. E. C. Cl. Jochim, Dr. J. A. Koch, J. F. A. M. Koning, J. A. Lagas, F. Moet, P. J. G. Moojen, Raden Karta di Koesoema, P. A. Roelofsen, Tan Djoen Liong. Sekretarisnya H. J. Wiessing, komisnya Mr. L. ’s Jacob, dan arsiparisnya P. L. de Jonker.

Baru setahun kemudian, sejak terbitnya keputusan pemerintah pada 1 Juli 1917, Bertus diangkat menjadi wali kota Bandung. Anggota dewan kotanya, saat itu menurut Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1918, deel 2 (1918: 723), sebagai berikut: F. ouman, Raden Djajasoebrata, Dr. J. A. Koch, J. A. Lagas, P. J. G. Moojen, Raden Karta di Koesoema, P. A. Roelofsen, R. L. A Schoemaker, Tjen Djin Tiong, L. Th. J. Wolteroeek Muller. Sekretarisnya H. J. Wiessing, wakil sekretaris D. C. Vermazen, direktur “Gemeentewerken” H. Heetjans dan “Gemeente-veearts” oleh Dr. W. van den Akker. Namun, dalam laporan yang sama, Kota Sukabumi dan Kota Cirebon masih dipimpin oleh asisten residen.

Saat gagasan kepindahan ibu kota Hindia Belanda ke Bandung kian menguat dan departemen-departemen dipindahkan ke ibu kota Priangan ini, anak sulung Bertus, Johanna Catharina Coops bersama Petronella Roelofsen dipercayai untuk meletakkan batu pertama pembangunan Departement van Gouvernementsbedrijven (sekarang Gedung Sate) pada 27 Juli 1920. Padahal saat itu, Bertus sendiri sedang cuti ke Belanda. Sebagai pelaksana tugas wali kota Bandung saat itu adalah Steven Anne Reitsma (1875-1958), yang diangkat pada Sabtu, 22 Mei 1920 (De Preanger-bode, 25 Mei 1920).

Setahun kemudian, setelah kembali dari tanah kelahirannya, Bertus diangkat lagi sebagai wali kota Bandung pada September 1921, sekaligus membebastugaskan S. A. Reitsma sebagai wali kota sementara (Bataviaasch nieuwsblad, 22 September 1921).

Baca Juga: Hotel Bandong Milik Bingel
Pendiri Pabrik Kina
Steinmetz Memajukan Bandung

Perkembangan Bandung

Bagaimana perkembangan Bandung di masa jabatan Bertus Coops? Hal ini antara lain terjawab dari berita tentang peringatan 20 tahun Kota Bandung dalam De Locomotief (23 Maret 1926). Jumlah penduduk Kota Bandung mengalami peningkatan secara signifikan. Menurut sensus 1906, populasinya baru 47.491 yang terdiri atas 2.199 orang Eropa, 3.704 Tionghoa, beberapa orang Arab, dan sisanya pribumi. Dua dasawarsa kemudian, jumlahnya meningkat tiga kali lipat dan khusus orang Eropa delapan kali lipat. Jelasnya, per 1 Maret 1926, jumlah bangsa Eropa sebanyak 16.057 orang, 12.901 Tionghoa, dan 141.540 pribumi.

Karena orang kian bertambah banyak, kebutuhan air bertambah pula. Pada 1901 sudah ada rencana mengadakan lima sumur bor artesis, tetapi hingga 1903 tidak terlaksana. Baru pada 1911, dengan kucuran dana 75.000 gulden, dilakukan pembangunan perpipaan air minum artesis di Bandung timur. Selanjutnya atas upaya keras direktur “Gemeentewerken” H. Heetjans, pada 1926, di Bandung ada sistem perpipaan campuran antara sumur artesis dan mata air, yang tersambung ke 8.000 rumah sekaligus dengan hidran api dan hidran desa untuk pribumi. Untuk tenaga listrik, yang bertahun-tahun masih lemah, sejak 1918 mengalami peningkatan pesat.

Selanjutnya setelah diperjuangan lama, pada 1915, Hogere Burgerschool (HBS) dengan masa belajar lima tahun mulai diadakan di Bandung. Selanjutnya HBS untuk anak perempuan, cabang Algemeen Middelbare School (AMS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Technische Hoogeschool (ITB sekarang) pada 1920, dan sekolah kerajinan dibuka sejak 1920.

Berdasarkan kesepakatan dengan Departement van Oorlog, rencana pemindahan Departement van Gouvernementsbedrijven bersama kantor-kantor besar seperti Staatspoor (SS, kereta api negara), Post, Telegraaf en Telefoondienst (PTT), Dienst en van het Mijnwezen (Jawatan Pertambangan) mengalami kemajuan pesat. Selain hal-hal itu, masih banyak lagi pencapaian lain selama Bertus menjabat sebagai asisten residen dan bersambung menjabat sebagai wali kota antara 1913-1926.

Dua tahun setelah peringatan dua dasawarsa Kota Bandung, awal 1928, Bertus mengajukan pensiun. Dalam berita yang disiarkan pada 3 Januari 1928 melalui De Indische courant dan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, disebutkan bahwa sejak 4 Juli 1928 Bertus akan berhenti dari posisinya sebagai wali kota Bandung. Selanjutnya, dia akan kembali ke Belanda dengan menggunakan kapal laut Prins der Nederlanden.

Pada malam tanggal 4 Juli 1928, terjadi serah terima jabatan dari Bertus kepada wali kota yang baru, Ir. J. E. A. Von Wolzogen Kühr (1880-1955). Tiga orang anggota dewan kotalah yang memperkenalkan wali kota baru. Bertus kemudian memberi ucapan selamat kepada Von Wolzogen seraya mengatakan sangat menyesal karena tidak dapat terus berkarier di Bandung. Sebaliknya, Von Wolzogen menyatakan hendak mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan Bertus dan bekerja dengan segenap anggota dewan kota dan para pegawainya (De Indische courant dan Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 5 Juli 1928).

Monumen Patung Kepala

Sebagai tanda peringatan atas jasa-jasa baik Bertus Coops, bahkan sejak mengutarakan pengunduran dirinya, timbul gagasan untuk membentuk sebuah kepanitiaan demi membuat monumen dirinya. Dalam Bataviaasch Nieuwsblad (14 Januari 1928) dinyatakan bahwa bagi wali kota Bandung pertama itu akan didirikan sebuah monumen patung kepala di Pieterspark. Orang yang membuat patungnya adalah Maria Louise Poschacher dari Belanda. Enam bulan kemudian, setelah Bertus berada dalam perjalanan menuju tanah kelahirannya, monumennya diresmikan pada 11 Juli 1928.

Menurut kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie dan De Indische courant (11 Juli 1928), penyingkapan patung di halaman aula kota menarik banyak perhatian pada pagi hari itu. Mr. Van den Bos yang pertama angkat bicara sebagai perwakilan komite penghormatan kepada Bertus, berbicara tentang jasa-jasa baiknya untuk Bandung. Setelah monumen itu disingkapkan dan diserahkan kepada pendeta, wali kota Von Wolzogen Kühr berbicara tentang Bertus sekaligus Bosscha sebagai warga kehormatan Bandung. Lalu musik bertabuh memainkan lagu “Wilhelmus”. Patih Bandung Raden Soeria Kartalegawa pun turut mengenang kebaikan-kebaikan Bertus bagi warga pribumi.

Di depan permukaan tubuh monumen putih untuk Bertus Coops itu tertulis: “B. Coops, eerste burgemeester van Bandoeng, 1913-1928”. Dari tulisan tersebut, Bertus dianggap menjadi wali kota sejak 1913, padahal menurut keputusan pelantikannya, ia baru diangkat sejak 1 Juli 1917. Entah apa alasan pastinya dihitung juga masa kerjanya sebagai asisten residen Bandung. Barangkali karena menjalankan fungsi yang sama, hanya berbeda istilah.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//