• Kolom
  • Pejabat Kereta Menjadi Wali Kota Bandung Sementara

Pejabat Kereta Menjadi Wali Kota Bandung Sementara

Menjabat Wali Kota Bandung sementara, Steven Anne Reitsma meninggalkan banyak jejak penting.. Di masa tua, ia melanjutkan menekuni apa yang ia cintai: menulis.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Potret Steven Anne Reitsma (1875-1958), mantan opsir KNIL, hoofdinspecteur jawatan kereta api, wali kota Bandung sementara, dan pemimpin redaksi Tijdschrift voor Spoor and Tramwegen. (Sumber: Indisch bijblad voor het tijdschrift Spoor- en tramwegen (1928))

4 Juli 2021


BandungBergerak.id - Barang siapa yang punya minat pada sejarah perkeretaapian Indonesia dan wisata ke Bandung pasti akan bertautan dengan buku-buku karya tokoh ini. Buku-buku yang berkaitan dengan sejarah kereta api yang ditulisnya antara lain seri Indische spoorwegpolitiek, Indische staats en particuliere spoorwegen (1923), Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie, 1875-1925 dengan versi Melayunya Boekoe Peringatan dari Staatspoorwegen-en-Tramwegen di Hindia Belanda (1925), dan Korte geschiedenis der Ned-Indische spoor-en tramwegen (1928).

Namun, karena perhatian tokoh ini pun tertuju kepada turisme Bandung dan Priangan, ia menulis buku-buku panduannya: Gids van Bandoeng en Omstreken (1921) bersama W. H. Hoogland, Bandoeng: the Mountain city of Netherlands India (1926), dan Gids van Bandoeng en Midden-Priangan (1927). Untuk panduan menyeluruh sekitar Hindia Belanda, ia menyusun Van Stockum's Travellers' handbook for the Dutch East Indies (1930).

Bila kita mengetik judul-judul buku tersebut pada mesin pencari, pasti akan bertemu dengan nama S. A. Reitsma atau lengkapnya Steven Anne Reitsma (1875-1958). Dalam tulisan ini, saya berupaya menjejaki hayat dan jejak langkahnya selama bekerja di Bandung, terutama ketika menjabat sebagai wali kota sementara bagi Kota Bandung antara Mei 1920 hingga September 1921.

Dari Militer ke Kereta Api

Serba sekilas riwayat hidup tokoh ini antara lain dapat kita jejaki dari tulisan “S. A. Reitsma” dalam Indisch bijblad voor het tijdschrift Spoor- en tramwegen (1928) dan situs penyedia riwayat hidup dan kekerabatan. Dari penelusuran tersebut, kita jadi tahu bahwa Reitsma lahir pada 12 September 1875 di Leeuwarden, Friesland, Belanda, dari pasangan Hendrik Reitsma dan Antje van der Meulen.

Steven Anne Reitsma menempuh pendidikan militer di De Koninklijke Militaire Academie (KMA), Breda. Berdasarkan keputusan raja bertitimangsa 26 Juli 1895, dia lulus sebagai letnan dua infanteri. Sejak 5 Februari 1901, pangkatnya naik menjadi letnan satu. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 21 April 1904 di Assen, Drenthe, ia menikahi Maria Elisabeth Brutel de la Rivière. Pada 27 Maret 1905, pasangan ini dianugerahi anak laki-laki, Jacques Marie Isaec Reitsma.

Pada 1906, atas permintaannya sendiri, Reitsma pindah ke Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL). Tempat dinasnya yang pertama di Hindia adalah Cimahi. Ini terbukti dari kelahiran anak keduanya: Hendrik, 29 September 1906. Dinas di Cimahi itu berakhir pada 21 Januari 1907. Hendrik yang baru berusia kurang dari setahun meninggal dunia pada 13 Maret 1907 di Surabaya, disusul kelahiran adiknya, Carel Johan Emerentius, pada 22 November 1907. Namun, anak ketiga Reitsma tersebut tidak juga berumur panjang, karena meninggal pada 14 April 1908, di Surabaya. Penyebutan Surabaya mengandung arti pula bahwa, setelah dinas di Cimahi, Reitsma dipindahkan ke Jawa Timur.

Atas permintaannya pula, tiga bulan setelah anaknya yang ketiga meninggal, Reitsma mengundurkan diri dari dinas ketentaraan pada 21 Juli 1908. Dia lalu bergabung dengan jawatan kereta api Hindia Belanda (Staatsspoor- en Tramwegen, SS). Pada akhir 1909, Reitsma diangkat menjadi wakil kepala daerah operasi keempat (adjunct-chef der 4e afdeeling) SS dan sejak pertengahan 1913, dia dilantik menjadi kepala daerah operasi pertama (chef der 1e afdeeling) SS. Sejak 1918, Reitsma diangkat menjadi hoofd-ambtenaar di lingkungan jawatan kereta api (De Locomotief, 1 Oktober 1918).

Dua tahun kemudian, ada perkembangan menarik bagi karier Reitsma. Atas terbitnya keputusan pemerintah kolonial pada 28 April 1920 yang memberikan izin kepada Wali Kota Bandung Bertus Coops mengambil cuti ke Belanda, maka Reitsma diangkat sebagai wali kota sementara berdasarkan dekrit pemerintah kolonial tanggal 26 Mei 1920 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22 Mei 1920, De Preanger-bode, 10 Februari 1921). Beberapa hari sebelum turunnya surat keputusan itu, Reitsma, antara lain, sempat menjadi pembicara pada kongres desentralisasi kesepuluh yang diselenggarakan Vereeniging voor Locale Belangen di Bandung antara 23-24 Mei 1920. Ia berbicara ihwal suplai makanan yang dikaitkan dengan kota, sementara Thomas Karsten berbicara ihwal perluasan kota (De locomotief, 17 Februari 1920).

Penyerahan jabatan dari Coops ke Reitsma terjadi pada 3 Agustus 1920. Dalam Preanger-bode (4 Agustus 1920) diberitakan, kemarin malam diselenggarakan rapat dewan kota Bandung. Isi rapatnya berkaitan dengan penyerahan jabatan wali kota Bandung dari Coops kepada Reitsma. Peristiwa tersebut antara lain disaksikan oleh para anggota dewan Kota Bandung yaitu Bouman, Botter, dr. Koch, Mac Leod Manuel, Van Heerde, Arifin, Admadinata, Darna Koesoema, Tjoa Lip Tjang, Eerdmans, Boen Soet, dan Dronkers. Saat itu, Coops yang duduk di kiri Reitsma memberikan pidato ihwal kemajuan Bandung sekaligus yang dapat dilanjutkan oleh Reitsma.

Bagi Reitsma, perpisahan dengan koleganya di jawatan kereta api terjadi pada Sabtu pagi, 3 Juli 1920. Dalam De Preanger-bode (5 Juli 1920) disebutkan, pada Sabtu pagi, di perpustakaan jawatan kereta, koleganya Mc Lafontaine menyatakan bahwa pengangkatan Reitsma sebagai wali kota Bandung ditanggapi dengan perasaan campur aduk. Sementara staf perpustakaan Vermaas menunjukkan foto-foto Reitsma selama bekerja di jawatan kereta api.

Baca Juga: Bertus Coops, Wali Kota Bandung Pertama
Hotel Bandong Milik Bingel
Pendiri Pabrik Kina

Jejak sebagai Wali Kota

Lalu, apa saja yang dilakukan oleh Steven Anne Reitsma selama menjabat sebagai wali kota Bandung? Dari penelusuran pustaka, ternyata dalam waktu yang singkat, Reitsma berpautan dengan peristiwa-peristiwa penting di Bandung.

Peristiwa penting tersebut bisa dimuali dengan munculnya gagasan untuk mendirikan konservatori di Bandung. Pada November 1920, sebagai wali kota Bandung, Reitsma diangkat menjadi anggota komite konservatori di Bandung. Susunan lengkapnya adalah K. A. R. Bosscha (administratur perkebunan Malabar), J. E. Bijio (mantan inspektur keuangan), M. H. Damme (kepala cabang Insulinde), Letnan Jenderal G. K. Dijkstra (komandan tentara), mr. K. L. O. van der Goes, Th E. Stufkens (Pimred Preanger Bode), dan Raden Toemenggoeng Wira Nata Koesoema (bupati Bandung). Maksud pembentukan komite tersebut adalah untuk mendirikan konservatori dan orkestra yang besar di Hindia Belanda. Orkestranya terdiri atas 40 musisi kelas satu yang akan melibatkan musisi dari Eropa dan akan menyajikan konser simponi secara rutin, satu di antara lainnya, demi memenuhi keperluan dua perhimpunan di Bandung serta asosiasi lainnya (De Preanger-bode, 11 November 1920).

Reitsma pula yang ada di balik penganugerahan gelar warga kehormatan bagi K. A. R. Bosscha. Dalam De Preanger-Bode (17 Desember 1920), Reitsma mengumumkan bahwa penganugerahan kepada Bosscha tersebut akan dilakukan pada hari Senin pagi, 20 Desember 1920. Untuk keperluan tersebut, ia telah menyiapkan piagam yang sangat elok yang dibuat surveyor kota Bandung D. Rühl. Piagamnya berbentuk batik, dari kulit anak kambing, yang diolah sedemikian rupa sehingga permukaannya dapat ditulisi. Bagian atasnya ada lambang Bandung keemasan dan perak serta biru pada latar belakang warna coklat. Ada tulisan semboyan Bandung pula, “Ex Undi Sol”. Di dalamnya ditulis nama Bosscha serta teks sebagai berikut: “Bij besluit van den lsten December negentien honderd en twintig No. 5165 is de Hoogedelgestrenge Heer K. A. R. Bosscha benoemd tot Eereburger van Bandoeng, Zulks als erkenning voor zijne groote verdiensten ten opzichte van de stad Bandoeng. Ter blijvende herinnering aan dit feit is deze Oorkonde opgemaakt De Burgemeester.”

Demikian pula saat penganugerahannya, Reitsma memberikan pidato pengantar. Pada akhir pidatonya yang dapat kita simak dari Bataviaasch nieuwsblad (20 Desember 1920), antara lain Reitsma mengatakan “Atas nama dewan kota, saya mengucapkan selamat untuk penganugerahaan ini. Atas nama dewan kota, saya mohon Anda menerima piagam ini, dan atas nama dewan kota pada akhirnya saya merekomendasikan Bandung, Bandung kita yang elok, yang lebih jauhnya ada dalam rasa kewargaan Anda. Demikianlah yang saya sampaikan!”

Di tengah-tengah kesibukannya sebagai wali kota, Reitsma akhirnya berhasil menerbitkan Indische spoorwegpolitiek jilid ketujuh. Dalam pengantarnya, ia menyesal tidak dapat menulis sesuai dengan standarnya. Kewajibannya sebagai wali kota menghalanginya untuk meneruskan kegemarannya menulis. Meski demikian, jilid ketujuh tersebut mencakup hampir 400 halaman (De Preanger-bode, 4 Januari 1921). Dalam koran yang sama, diwartakan bahwa Reitsma, dalam salah satu rapat dengan dewan kota, menyatakan mendukung sekali rencana-rencana yang dibuat Poldervaart untuk menangani isu-isu perumahan dan prostitusi di Bandung.

Sebulan kemudian, dalam kesempatan peresmian jalur trem Kopo, dibentuk pula kepanitaan untuk penyelenggaraan Jaarbeurs kedua di Bandung. Komitenya terdiri atas Residen Priangan Eijken, Wali Kota Reitsma, directeur bouwbedrijf V.L. Slors, mantan kolonel zeni Schadée, direktur Technisch Bureau Soenda Van Suchtelen dan manajer Baldwin, Feenstra (De Preanger-bode, 14 Februari 1921). Dalam hal tersebut, Reitsma meresmikan Halte Karees untuk jalur trem yang baru pada 12 Februari 1921 (De Preanger-bode, 13 Februari 1921).

Dalam penyelenggaran Kongres Java-Instituut yang diselenggarakan di Bandung antara 17-19 Juni 1921, Reitsma juga didaulat untuk memberikan sambutan dalam pembukaan acara tersebut. Dalam pembukaan yang dilakukan di pendopo Kabupaten Bandung malam hari pada 17 Juni 1921 itu, Reitsma antara lain mengatakan “... yang membuat saya tambah girang adalah karena di sinilah organisasi yang terbilang muda dan bermaksud untuk mengembangkan kebudayaan nasional, yang karena pelbagai keadaan terpaksa merana, sehingga harus dihidupkan lagi ...” (De Preanger-bode, 18 Juni 1921).

Reitsma juga hadir dan memberi sambutan pada peresmian bangunan Societeit Concordia yang baru pada 1 Agustus 1921. Rencana tersebut sudah bergaung sejak 1915, tetapi baru dapat terlaksana berkat rencana besar yang dibuat Schoemaker (het groote plan Schoemaker) pada Maret 1920. Biaya yang dibutuhkannya sebesar 900 ribu gulden dan rencana tersebut kemudian dibincangkan pada rapat dewan Societeit Concordia pada 28 April 1920. Namun, lagi-lagi pada Oktober 1920, dewan menilai tidak mungkin mewujudkan rencana besar tersebut. Tetapi sebagian lainnya telah terlaksana berdasarkan rencana Schoemaker. Dalam kesempatan tersebut, antara lain, Reitsma mengatakan bahwa Concordia yang baru bukan hanya sebongkah batu melainkan batu yang sangat besar demi mempercantik Bandung (De Preanger-bode, 2 Agustus 1921).

Kembali Menulis

Setelah B. Coops kembali dari cutinya, Steven Anne Reitsma diberhentikan sebagai wali kota sementara (Bataviaasch nieuwsblad, 22 September 1921). Selepas jabatan tersebut, antara September 1921 hingga pertengahan 1924, ia bekerja pada Dienst van het Toezicht op de Spoor- en Tramwegen dan Post-, Telegraaf-en Telefoondienst (PTT). Di sela-sela pekerjaan barunya, ia sempat menerbitkan buku baru terkait wisata ke Bandung bersama dengan Hoogland: Gids van Bandoeng en Omstreken. Iklan bukunya antara lain diumumkan dalam De Sumatra post (14 Januari 1922) dan De Preanger-bode (4 Maret 1922).

Sejak pertengahan 1924, Reitsma diangkat menjadi hoofdinspecteur di jawatan kereta api.  Selama masa itu, ia tetap aktif menulis, sehingga sebagai buktinya pada peringatan 50 tahun kehadiran kereta api di Hindia, dia menyusun Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie, 1875-1925. Setahun kemudian, pada 1926, terbit bukunya yang baru: Bandoeng: the Mountain city of Netherlands India, hampir bersamaan dengan Bandoeng, de stad op de hoogvlakte yang diupayakan Vereeniging “Bandoeng Vooruit”. Pada September 1927, setelah pada akhir Agustus 1927 mengajukan pengunduran diri dari jabatannya, Reitsma kembali ke Belanda.

Sekembali ke tanah kelahirannya, rupanya Reitsma meneruskan hobinya menulis. Dia bahkan menjadi pemimpin redaksi Tijdschrift voor Spoor and Tramwegen serta kontributor koran-koran yang terbit di Hindia, yakni De Locomotief dan Soerabajasch Handelsblad. Pada 24 Juni 1931, untuk kedua kalinya, Reitsma menikah dengan Lucretie Everdina Murraij di Amersfoort. Demikianlah Reitsma menjalani kehidupannya di Belanda hingga 20 Maret 1958, saat ajalnya menjemput. Sesuai permintaan penerima officier in de orde van Oranje-Nassau ini, kremasinya dilakukan di Westerveld (Algemeen Handelsblad, 24 Maret 1958).

Editor: Redaksi

COMMENTS

//