• Kampus
  • Menerjemahkan Cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi ke dalam Drama Tari

Menerjemahkan Cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi ke dalam Drama Tari

Para penari harus mampu menunjukkan rasa kagum serta terpesonanya Sangkuriang pada kecantikan wanita bernama Dayang Sumbi lewat gerakan tari.

Drama Tari Rasa Kapidangdung program Peningkatkan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesenian Tradisional Angkatan II di Rizen Premiere Hotel, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 23 - 25 Juni 2021. (Dok. ISBI Bandung) 

Penulis Iman Herdiana24 Juli 2021


BandungBergerak.idCerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi tak habis-habisnya digali dan dikaji. Kali ini pengkajian dilakukan Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor dengan menghadirkan narasumber dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi dipentaskan lewat drama tari dakan program bertajuk “Peningkatkan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesenian Tradisional” untuk Angkatan II pada tanggal 23 - 25 Juni 2021 di Rizen Premiere Hotel, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Ada 18 peserta yang dilibatkan dalam pendidikan dan pelatihan ini. Mereka membawakan tarian berjudul “Drama Tari Rasa Kapidangdung” yang mengisahkan pertemuan tak terduga antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Penyampaian cerita lewat tarian, tentu berbeda dengan dongeng atau bahkan film.

Seperti diketahui, legenda Jawa Barat tentang gunung sohor Tangkuban Parahu itu pernah difilmkan pada 1982 yang dibintangi Suzanna dan Clift Sangra. Kisah cinta terlarang ini juga beredar melalui dongeng dan cerita dari mulut ke mulut.

Pada tari “Drama Tari Rasa Kapidangdung”, para penari mendapat arahan dari Riyana Rosilawati, dosen tari Fakultas Seni Pertunjukkan ISBI Bandung dan R. Atang Supriyatna, praktisi seni Kabupaten Bogor.

Drama tari berlangsung dengan latar Gunung Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

“Drama tari ini menceritakan Sangkuriang yang mempunyai masalah dengan ibunya, Dayang Sumbi. Permasalahan muncul di saat Sangkuriang yang sudah dewasa bertemu dengan wanita cantik yang ternyata sosok itu adalah ibunya. Sisi dramatik ini yang dimunculkan dalam petilan drama tari ini,” jelas Riyana, dikutip dari laman resmi ISBI, Sabtu (24/7/2021).

Baca Juga: Pelaku Seni Jawa Barat sama dengan UMKM Perlu Stimulus Ekonomi
Pagelaran Gending Karesmen Lalayang Salaka Domas di Savoy Homann Bandung
Uluwatu Orchestra UI Garap Film Musikal Sangkuriang Bersama Komunitas Tunarungu

Para penari harus mampu menunjukkan rasa kagum serta terpesonanya Sangkuriang pada kecantikan wanita bernama Dayang Sumbi. Dalam benak Dayang Sumbi juga muncul rasa kagum pada sosok lelaki tersebut.

Akan tetapi timbul rasa janggal dalam batin Dayang Sumbi, yakni rasa cinta kasih sayangnya kepada Sangkuriang seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Seketika, ia langsung teringat kepada buah hatinya saat melihat sosok lelaki yang ada dihadapannya itu.

Namun Sangkuriang terus memburu cintanya, sedangkan Dayang Sumbi terus menolak. Dengan teguh Dayang Sumbi meyakini kasih sayang yang muncul dalam batinnya adalah sebuah naluri dari seorang ibu.

Dalam menerjemahkan adegan lakon Sangkuriang, para pakar dari ISBI Bandung mengarahkan peserta agar menggunakan gerakan tari tradisi seperti keupat trisi gedig yang dikolaborasikan dengan rangsang kinestetik keseharian.

Sedangkan sumber musik diambil dari beberapa idiom yang ada di Jawa Barat, seperti kecapi dan rebab yang diolah dengan nuansa digital.

Tidak mudah memang menerjemahkan cerita ke dalam tarian. Diharapkan seluruh peserta merasakan manfaat dan tambahan ilmu selama mengikuti pelatihan drama tari ini.

Peserta berharap ke depan pemerintah terus mendukung kegiatan serupa, guna meningkatkan kompetensi dan kreativitas para pelaku seni, sekaligus memadukan perkembangan teknologi dengan tradisi.

Mely Kamelia, Plt. Kepala Disbudpar Kabupaten Bogor, mengatakanada 18 peserta pendidikan dan pelatihan tersebut berasal dari sanggar Citra Nusantara Studio, Annisa Rumpaka, Salaka, Zahra Putri Panghegar, Studio Seni Indonesia, dan Dewi Ratih.

Sebelum memulai acara, penyelenggara mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan/menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak. Ruangan yang digunakan sudah dipastikan didesinfektan. Sedangkan narasumber, peserta, dan panitia menjalani pengukuran suhu badan dan tes rapid antigen.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//