• Foto
  • Kesetanan di Pasar Malam

Kesetanan di Pasar Malam

Hukum gravitasi seolah tak berlaku di tong stan pasar malam Cileunyi, Kabupaten Bandung. Sepeda motor melaju kesetanan pada dinding vertikal.

Fotografer Prima Mulia1 Juli 2023

BandungBergerak.idSore menjelang magrib, warga mulai berdatangan ke tanah lapang berdebu di area eks terminal Cileunyi, Kabupaten Bandung, Selasa (20/6/2023). Tenda warna warni terlihat di kejauhan, tampak kincir raksasa dengan lampu-lampu mulai menyala, rel-rel besi permainan roller coaster, dan sebuah gentong raksasa dengan tenda belang merah putih kusam menaungi lantai atas tempat berdiri penonton tong stand, sebuah wahana hiburan ciri khas pasar malam.

Tong stand atau banyak orang menyebutnya tong setan, adalah atraksi akrobatik para pengendara sepeda motor yang melaju kesetanan di dinding-dinding kayu vertikal gentong raksasa. Orang bule menyebutnya wall of death

Lama menunggu, akhirnya raungan mesin-mesin dua langkah sepeda motor RX King bergemuruh selepas azan isa. Antrean penonton mulai terlihat di boks penjualan tiket. Sepuluh ribu rupiah saja harga tiketnya,. Setelah beli tiket, penonton menaiki anak tangga sampai ke ujung bibir gentong raksasa, ada dua sepeda motor hitam di dasar gentong.

Para joki tong stand, Eko (32 tahun) dan Bayu (30 tahun) mulai bersiap di atas tunggangan masing-masing. Sekitar 20 orang penonton terlihat mengelilingi bibir gentong di tingkat atas. Jumlah penonton dibatas di tiap sesi atraksi. Tak mau buang waktu, Eko dan Bayu langsung memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, deru mesinnya memekakan telinga.

Melesat, berputar-putar sambil menunjukan manuver-manuver berbahaya. Meniti ujung gentong, melaju sambil lepas tangan, tiba-tiba duduk menyamping tanpa memegang stang sama sekali. Aksi mereka dilakukan tanpa pengaman seperti helm atau pelindung siku dan lutut, sangat berbahaya sekaligus memukau.

Hukum gravitasi seolah tak berlaku di sini, dua sepeda motor RX King itu semakin kencang melaju di dinding vertikal. Penonton pun bersorak kegirangan. Mereka mulai mengeluarkan saweran uang kertas pecahan 2.000 rupiah, 5.000 rupiah, atau 10.000 rupiah. Eko dan Bayu menyambarnya dengan cekatan. Aksi joki tong stand berlangsung selama 15 menit, setelah itu ada jeda 10 menit untuk istirahat sebelum aksi berikutnya.

Saat jeda atraksi, Eko dan Bayu akan menghitung uang saweran penonton yang jumlahnya lumayanlah. Bayu mengaku belum lima tahun bergabung di tong stand pasar malam tersebut, bersama Eko yang tidak lain kakaknya.

“Eko yang paling lama di sini, dia kakak saya, walau saya belakangan bergabung di grup pasar malam ini, tapi saya lebih duluan terjun jadi joki tong stand dibanding Eko, ” kata Bayu sambil menyeruput es kopinya.

Tong stand jadi salah satu andalan dari pasar malam Bintang Enterprise untuk menarik pengunjung. Grup pasar malam keliling dari Semarang ini sepanjang tahun terus berkelana ke kota-kota di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat.

Tak semua ingin nonton tong setan, salah satunya Halimah, warga Parakanmuncang, Sumedang. Ia Bersama kerabat dan anak-anaknya terlihat antre untuk naik wahana kincir raksasa di pasar malam Bandung timur itu. “Ingin naik kincir sama anak-anak, pokoknya anggaran saya untuk main-main ini200 ribu rupiahlah, jangan sampai lebih,” katanya.

Lain lagi dengan rombongan mahasiswi Ikopin, Jatinangor, yang tengah berburu jajanan atau kuliner yang tak kalah semarak di pasar malam. Syifa, salah satunya, yang mengaku baru pertama main ke pasar malam.

“Tapi kita mau main aman saja, berburu makan aja ah, abisnya itu ngeri liat permainan-permainannya. Kalo liat tong stand bisa lah, nggak ngeri kitanya,” kata Syifa yang datang bersama Cindy dan Dyah.

“Tapi bagus juga ya banyak wahana permainan di pasar malam. Anak-anak itu bisa lepas dari ponsel mereka, beinteraksi dengan anak-anak lain sambil bermain tanpa ponsel sama sekali. Perlu juga hal-hal seperti ini ya,” Dyah menimpali.

Bagi sebagian pengunjung, pasar malam tak hanya soal wahana hiburan, namun juga jadi ajang berburu jajanan. Apalagi tak dipungut tiket jika hanya masuk ke area pasar malam saja. Saat anak-anaknya bermain, para orang dewasa biasanya berkeliling ke gerai-gerai jajanan di sana.

Dan lagi-lagi jajanan street food ala Korea yang jadi bintangnya. Seperti tteok-bokki dan odeng dalam kuah berwarna merah, ada juga corn dog, menu barat yang justru popular di Indonesia setelah invasi kultur pop Korea. Atau makanan serba panggang macam sosis berukuran jumbo.

“Iya, makanan-makanan Korea paling laku, mungkin cocok dengan lidah orang kita yang doyan pedas, makanan serba panggang juga laku keras”, kata Egi, warga Cicalengka pemilik gerai makanan ala Korea dan serba panggang.

Egi menjual beberapa jenis makanan dengan banderol 10.000 rupiah sampai 15.000 rupiah per porsi. Ia mengklaim harga tersebut wajar, tidak mahal. Saat ramai, ia bisa mendapat pendapatan kotor sampai 4 juta rupiah sehari.

Pasar malam di eks termincal Cileunyi bisa berlangsung sebulan penuh, bahkan lebih. Endang Gunawan, mandor grup pasar malam Bintang Enterprise, menjelaskan pasar malamnya akan diperpanjang jika pengunjung ramai terus. Respons masyarakat Cileunyi kebetulan bagus, setiap malam pengunjung pasar malam ini selalu ramai.

“Apalagi saat akhir pekan, apalagi selain tong stand kita punya wahana jagoan yang pasar malam lain ndak punya, yaitu roller coaster, dragon river, dan boom-boom car, buatan Itali itu semua,” kata Endang Gunawan, bangga.

Semakin malam raungan sepeda motor joki-joki tong stand semakin kesetanan. Bersahut-sahutan dengan irama lagu dangdut dari pengeras suara pasar malam. Sebaiknya bawa penutup telinga jika ingin nonton tong stand, terutama bagi anak-anak kecil.

Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//