Gerakan Four Fingers
Pemilu 2024 melahirkan gerakan Four Fingers. Mereka memilih melakukan perlawanan secara simbolik terhadap pelanggaran etika dan politik dinasti.
Pemilu 2024 melahirkan gerakan Four Fingers. Mereka memilih melakukan perlawanan secara simbolik terhadap pelanggaran etika dan politik dinasti.
BandungBergerak.id - Kontestasi pemilu tak ubahnya hanya sebuah pergantian aktor. Setidaknya dalam lima tahun sekali, bangsa Indonesia merayakan momen krusial untuk mengambil langkah baru menentukan siapa yang akan jadi nakhoda yang memimpin perjalanan negeri.
Tiga nama pasangan calon berhasil masuk sebagai capres dan cawapres dalam kontestasi Pilpres 2024: Paslon 01 Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar; Paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Gibran Rakabuming berhasil melenggang maju sesaat menjelang akhir batas pendaftaran capres-cawapres berkat lahirnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai batas usia capres-cawapres. MK memutuskan bahwa "kepala daerah di bawah usia 40 tahun dapat mengajukan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden asalkan mereka pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah”. Beberapa pekan setelahnya, putusan kontroversial MK tersebut dinilai cacat etik oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK).
Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman yang merupakan paman Gibran Rakabuming, menimbulkan kontroversi karena dugaan memuluskan jalan presiden Joko Widodo dalam membangun politik dinasti.
Dinamika kontestasi politik yang tergolong keruh dan abu-abu ini, kerap membuat para pemilih malas ikut campur dan berakhir sebagai golongan putih (golput). Namun beberapa pekan terakhir, lingkaran setan kekuasaan di atas melahirkan gerakan ‘Four Fingers’ di masyarakat sipil.
Four Fingers merupakan sebuah ekspresi pilihan asal jangan Prabowo-Gibran. Paslon yang dicap sebagai pasangan perusak konstitusi, menabrak rasionalitas keadilan untuk satu kepentingan. Tagar #SatuTigaTambahKita #HadangPemiluCurang #SelamatkanDemokrasi menjadi simbol perlawanan dengan tidak memilih paslon 02 (Prabowo-Gibran). Gerakan ini membangun solidaritas rakyat yang lebih besar dengan gabungan pendukung paslon 01 dan paslon 03.
Tidak hanya itu, Four Fingers diinisiasi sebagai bentuk membela sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat melalui musyawarah-mufakat. Serta sebagai isyarat internasional untuk tanda bahaya, meminta pertolongan.
Mereka yang memilih menjadi bagian Four Fingers, memegang prinsip “pada akhirnya kita tidak diminta untuk memilih siapa yang paling baik. Tapi kita diminta untuk memilih siapa yang keburukannya paling sedikit”. Potongan kalimat ini seakan memvalidasi bahwa satu suara berperan dalam menentukan kebijakan dan kedaulatan yang akan lahir untuk lima tahun ke depan.
*Foto dan Teks: Nur Ainun, jurnalis foto lepas
COMMENTS