Susur Braga
Menelusuri kampung kota di Braga, mengenal kawasan padat penduduk di jantung kota. Jalan Braga lebih dari kota tua, di dalamnya banyak gang-gang perkampungan.
Menelusuri kampung kota di Braga, mengenal kawasan padat penduduk di jantung kota. Jalan Braga lebih dari kota tua, di dalamnya banyak gang-gang perkampungan.
BandungBergerak.id - Braga, kawasan yang digandrungi warga Kota Bandung sampai turis mancanegara. Jalan di kawasan kota tua ini disusun dari batu-batu alam, bukan aspal atau beton. Trotoar yang cukup ramah untuk pejalan kaki dengan kiri kanan berdiri bangunan-bangunan warisan sejarah masa lampau jelas menjadi daya tarik kuat Jalan Braga.
Deretan lukisan-lukisan di pinggir jalan makin menambah daya artistik kawasan ini. Kehadiran unsur seni tersebut semakin lengkap dengan pameran kuliner yang disajikan kafe dan restoran. Singkat kata, Jalan Braga memang menggoda.
Namun, dalam perjalanan Susur Braga, Minggu lalu, 15 September 2024, Jalan Braga memiliki sisi lain dari yang selama ini dikenal. Susur Braga merupakan acara yang digagas BandungBergerak bersama audiensnya, KawanBergerak, bersama kawan-kawan komunitas foto dari Photo’s Speak.
Susur Braga tidak berhenti di Jalan Braga, melainkan masuk ke kampung kota yang berdiri di balik jalan legendaris ini. Pemandangannya di dalam kampung kontras dengan di permukaan. Kampung kota ini dikepung gedung-gedung tinggi. Layaknya kampung pada umumnya, suasana kampung Braga menunjukkan kedekatan emosi antarwarga.
Beberapa dinding di kampung Braga dipoles mural, beberapa titik ditempel tulisan tentang jalur evakuasi. Salah satu bencana yang pernah menimpa kampung ini adalah banjir akibat luasan Sungai Cikapundung. Lokasi sungai yang membelah kota ini terletak di bagian bawah kampung.
Kampung Braga penuh dengan lorong atau gang yang cukup dilewati sepeda motor. Lorong sempit dengan tanaman pot di satu sisi sebagai penghijauan dan di sisi lain kanopi-kanopi rumah yang condong ke jalan atau bahkan menutup jalan. Sinar matahari pun tidak merata, beberapa lorong tampak gelap meski siang hari.
Anak-anak menjalankan aktivitas sehari-hari, berlajar dan bermain. Mereka bermain di antara himpitan rumah dengan tembok-tembok penuh tambalan. Warga hilir mudik, di antaranya tampak para pemain cosplay yang biasa mengais rezeki di perempatan-perempatan kota.
“Biasanya saya memisahkan dunia saya dengan dunia objek fotografi. Tapi pengalaman kemarin (Susur Braga), walaupun singkat, senang rasanya kehadiran teman-teman ”humanisme” mendorong saya melihat lingkungan dengan perspektif lain,” tulis Nabila Jilan Jauhara, setelah mengabadikan kehangatan di kawasan Braga.
Untuk mendapatkan keterangan tentang kampung Braga, rombongan Susur Braga bertemu dengan warga lokal Farida Oda. Ia menjelaskan situasi dan kondisi kampung kota ini. Apa yang selama ini dikenal dari Jalan Braga kenyataannya jauh lebih kompleks, bahwa Braga lebih dari jalan yang estetis, di balik jalan ini terdapat kehidupan sosial dengan problematikanya.
“Kenyataan tidak semua orang pergi ke Braga hanya untuk hiburan. Ada juga yang hadir untuk mencari nafkah, hingga orang yang datang lalu menyendiri dalam keramaian,” terang Mega, peserta Susur Braga lainnya.
Baca Juga:Bandung 24 Jam
Bandung 24 Jam di Hari Jadi ke -214 Tahun
Epos untuk Dago Elos
Melihat Braga dari Sumur Bandung
Braga merupakan kelurahan yang masuk kecamatan Sumur Bandung. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung dalam dokumen “Kecamatan Sumur Bandung dalam Angka 2020”, kecamatan ini satu 30 kecamatan di wilayah Kota Bandung.
Kecamatan Sumur Bandung memiliki luas 3,40 kilometer persegi yang berdiri di atas dataran ± 700 meter di atas permukaan laut. Secara geografis Kecamatan Sumur Bandung berbatasan dengan Kecamatan Bandung Wetan di utara, Kecamatan Lengkong dan Regol di selatan, Kecamatan Batununggal di timur, dan Kecamatan Cicendo dan Andir di barat.
Dokumen “Kecamatan Sumur Bandung dalam Angka 2020” mencatat, Kecamatan Sumur Bandung dihuni 37.061 warga yang terdiri dari 18.576 laki-laki dan 18.485 perempuan. Mereka tersebar di 4 kelurahan, yaitu Braga, Kebon Pisang, Merdeka, dan Babakan Ciamis. Total empat kelurahan tersebut punya 37 RW dan 237 RT. Jumlah pengurus RT/RW tak bertambah sejak 2014. Sedangkan Kebon Pisang menjadi kelurahan terpadat dengan 12.146 penduduk.
Jumlah penduduk Kecamatan Sumur Bandung meningkat lebih dari 2.000 jiwa berdasarkan dokumen “Kecamatan Sumur Bandung Dalam Angka 2024”, yakni 39.680 jiwa. Kecamatan ini sangat padat penduduk, per kilometer persegi dihuni 11.705 jiwa. Kelurahan Braga sendiri dihuni 6.232 jiwa yang menempati luas wilayah 0,55 kilometer persegi.
*Cerita visual ini merupakan hasil kolaborasi BandungBergerak, komunitas KawanBergerak, dan Photo’s Speak
COMMENTS