Mengenang Yang Gugur dan Yang Berjuang
Monumen Pahlawan Covid-19 di Monju, Kota Bandung, dibangun bukan untuk mengenang kesedihan dan kehilangan, tapi terlebih perjuangan-perjuangan selama pandemi.
Monumen Pahlawan Covid-19 di Monju, Kota Bandung, dibangun bukan untuk mengenang kesedihan dan kehilangan, tapi terlebih perjuangan-perjuangan selama pandemi.
BandungBergerak.id - Di bawah rintik gerimis, Aliya yang datang bersama ibu dan adiknya menyimpan sekuntum mawar putih di bawah dinding batu berukir nama sang ayah, Jajang Sutisna, seorang tenaga kesehatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dinding batu itu merupakan bagian dari Monumen Pahlawan Covid-19 yang baru saja selesai dibangun dan diresmikan.
"Ayah meninggal terpapar Covid-19 sekitar enam bulan lalu," kata gadis berusia 25 tahun tersebut, Sabtu (4/12/2021), di kompeks Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Monju), Kota Bandung.
Di sisi dinding monumen sebelah timur, dua orang perempuan terus mengamati tablet batu berukir nama-nama tenaga kesehatan, relawan, dan aparatur sipil negara (ASN). "Saya tidak menemukan nama suami saya," kata salah satu dari mereka.
Monumen Pahlawan Covid-19 dibangun sebagai gerbang pandang yang membingkai kawasan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dan Gunung Tangkubanparahu jika dilihat dari arah selatan. Jika dilihat dari utara, moumen itu membingkai kawasan Gasibu dan Gedung Sate. Dikelilingi taman dan pepohonan, bangunan baru ini berkonsep ruang terbuka untuk publik.
Sekitar 281 nama tenaga kesehatan, relawan, dan ASN dari Jawa Barat yang gugur saat berjuang menangani pandemi Covid-19 terukir abadi di dinding batu itu. Sebagian besar terjadi ketika puncak gelombang kedua Covid-19 menyapu Pulau Jawa dari Juni sampai awal Agustus 2021 lalu.
Yang tertoreh di dinding monumen batu itu belum mencakup semua nama. Ada bidang-bidang dinding batu yang masih kosong.
Saya teringat seorang staf di RSUD Al Ihsan di Baleendah, Kabupaten Bandung, yang sangat banyak membantu memberi akses peliputan di IGD Covid dan ruang isolasi khusus Covid-19. Ia tetap bekerja walau sadar lingkungan kerjanya berada di zona paling berbahaya saat pandemi, sampai akhirnya menyerah setelah terpapar.
Saya juga mengingat para tenaga kesehatan dari layanan 119 Dinas Kesehatan Kota Bandung yang terus-menerus melakukan evakuasi jenazah Covid-19 dari permukiman-permukiman penduduk. Nyaris 24 jam sehari, tanpa istirahat yang cukup. Juga para tenaga kesehatan yang harus ikut membantu proses pemakaman jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut saat gelombang jenazah yang datang tak lagi mampu diatasi oleh para relawan pemakaman.
Berdasarkan data yang dilansir laporcovid-19.org, per 4 Desember 2021, tercatat tidak kurang dari 2.066 orang tenaga kesehatan di Indonesia gugur selama pandemi.
Yang gugur selama pandemi tentu bukan hanya tenaga kesehatan. Yang berjuang menangani bencana ini juga tidak terbatas pada tenaga kesehatan, relawan, dan ASN. Namun pembangunan Monumen Pahlawan Covid-19 di Bandung ini setidaknya menjadi pengingat bersama: pandemi telah menghadirkan sekian banyak kehilangan, namun ia juga melahirkan perjuangan-perjuangan.
Foto dan teks: Prima Mulia
COMMENTS