• Kampus
  • Hoaks Covid-19 Bikin Program Pengendalian Pagebluk Terganggu

Hoaks Covid-19 Bikin Program Pengendalian Pagebluk Terganggu

Pengendalian pagebluk Covid-19 yang dilakukan para nakes di lapangan turut terhambat karena hoaks yang diyakini masyarakat.

Pelajar berjalan lewati mural kampanye protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19 kawasan padat Gang Benteng, Kelurahan Cicadas, Bandung, Senin (23/8/2021). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana23 Agustus 2021


BandungBergerak.idInformasi bohong alias hoaks terkait Covid 19 sangat memengaruhi kinerja tenaga kesahatan sebagai fron terdepan perang melawan pandemi. Petugas kesehatan kerap kali menemukan masyarakat yang belum memiliki pengetahuan dasar soal Covid-19, virus corona, maupun vaksinasi Covid-19. Pengendalian pagebluk pun turut terhambat.

Tak jarang para nakes di lapangan menemukan warga yang tidak mau divaksin karena termakan hoaks atau berita bohong terutama yang menyebar di media sosial. Fenomena tersebut ditemukan relawan vaskin Covid-19 dari Unpad, Ade Firman Kurniawan.

“Banyak masyarakat yang belum tahu secara mendalam mengenai corona dan manfaat vaksin tidak mau divaksin gara-gara mendengar informasi hoak tersebut,” tutur Ade Firman Kurniawan, PADA ACARA Talkshow Live My Ilkom yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, dikutip dari laman resmi UIN SGD Bandung, Senin (23/8/2021).

Ia menjelaskan, vaksin Covid-19 adalah salah satu cara untuk mengendalikan Covid-19. Dengan vaksinasi, diharapkan efek penularan virus bisa berkurang dan terkendali. Namun karena informasi hoaks, aspek kegunaan dan manfaat dari vaksin Covid-19 tidak tersempaikan.

“Masyarakat yang terkena informasi hoaks dan belum paham soal kegunaan dan manfaat vaksin akhirnya mempunyai idiologi tersendiri sehingga ketika diberikan pemahaman mengenai manfaat vaksin sulit untuk diterima,” ujar Ade.

Menurut Ade, untuk menanggulangi informasi soal hoaks corona termasuk masalah vaksin, tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan, melainkan perlu kerja sama semua pihak.

Baca Juga: Jadwal Pendaftaran dan Persyaratan Beasiswa Persiapan Studi Magister ke Luar Negeri
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Kasus Konfirmasi Aktif masih Tersebar di Kabupaten dan Kota

Hoaks Soal Gizi 

Hoaks juga melanda pada informasi tentang bahan pangan dan herbal yang diklaim dapat mencegah infeksi Coovid-19 pun terus bermunculan. Beragam pertanyaan beredar luas di dunia nyata maupun di media sosial.

Pertanyaan tersebut meliputi, apakah Covid-19 bisa ditularkan melalui makanan? Apakah aman membeli bahan makanan di supermarket? Apakah vitamin C bermanfaat untuk orang yang terinfeksi Covid-19? Apakah orang terinfeksi Covid-19 karena kekurangan vitamin D? dan sederet pertanyaan lainnya.

Pakar kesehatan anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Endy Paryanto Prawirohartono menejlaskan virus corona (penyebab penyakit Covid-19) memerlukan inang (host), yaitu binatang atau manusia. Dia hidup dan berkembang biak di dalam tubuh inangnya tersebut.

“(Virus corona) tidak mampu berkembang biak di permukaan makanan. Sampai saat ini, belum ada bukti manusia tertular Covid-19 melalui makanan,” terang Endy Paryanto Prawirohartono, dikutip dari laman UGM.

Endy menganjurkan masyarakat untuk mencuci bahan makan dengan air bersih, dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Sedangkan untuk daging, unggas dan telur setidaknya dimasak dengan suhu 700 C, memisahkan makanan mentah dan matang. Masyarakat tidak perlu mendisinfeksi pembungkus makanan, melainkan cukup dengan mencuci tangan setelah memegang bungkus makanan.

Emy Huriyati, dosen Departemen Gizi FK-KMK UGM memaparkan bahwa hoaks dapat merusak suatu tujuan dari program, khususnya program pengendalian Covid-19. Hoaks berdampak buruk dan merugikan salah satu pihak, karena berpretensi membentuk opini dan memecah belah.

Emy menjelaskan, suatu informasi harus memiliki bukti (evidence based) yang komprehensif. Oleh karenanya, Emy mengungkapkan peran ilmu sangat diperlukan dalam menimbang kadar suatu informasi.

Menanggapi beberapa hoaks gizi kesehatan yang berkaitan dengan Covid-19, Emy menegaskan, suplementasi bisa meningkatkan sistem imun tetapi tidak sepenuhnya dapat mencegah bahkan mengobati Covid-19.

Dalam menyiapkan menu sehat, masyarakat harus mengatur jumlah asupan garam, gula, lemak, harus kaya serat, dan memperhatikan kecukupan cairan. Berikutnya, memprioritaskan penggunaan produk segar, menyiapkan makanan rumahan, memperhatikan ukuran porsi, praktik penanganan makanan yang aman.

Selanjutnya, agar aktif selama pandemi, masyarakat perlu istirahat sejenak di tengah aktifitas siang hari, mengikuti kelas olahraga online, berjalan, berdiri, santai (mediatasi dan napas dalam).

Editor: Redaksi

COMMENTS

//