• Kampus
  • Kuliah Tatap Muka: ITB dan Unpas tidak mau Gegabah

Kuliah Tatap Muka: ITB dan Unpas tidak mau Gegabah

Kemendikbud RI telah merekomendasikan kampus untuk menggelar kuliah tatap muka. Tetapi pihak kampus memilih hati-hati dan tidak mau gegabah.

Aula Timur Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesha, Bandung, 11 Mei 2021. (Foto: Virliya Putricantika)

Penulis Iman Herdiana6 September 2021


BandungBergerak.idKuliah hibrida (hybrid learning) yang memadukan pertemuan daring dan tatap muka masih menjadi pilihan utama bagi beberapa perguruan tinggi di Bandung, seperti Universitas Pasundan (Unpas) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kampus-kampus tetap hati-hati menyikapi penurunan jumlah kasus penularan Covid-19, tidak langsung memutuskan kuliah tatap muka secara total.

Rektor Unpas Eddy Jusuf mengatakan, mengenai kesiapan kuliah tatap muka, pihaknya akan menyesuaikan dengan aturan PPKM. Unpas tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan yang melibatkan ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Dengan kata lain, Unpas belum akan membuka kuliah tatap muka secara total. Sistem kuliah yang diutamakan adalah kuliah hibrida, itu pun berlaku bagi experiental learning, seperti pekerjaan studio atau laboratorium. Mahasiswa Unpas yang hendak praktikum diperbolehkan tatap muka dengan kapasitas dibatasi hanya 50 persen.

“Kami di perguruan tinggi belum berani membuka perkuliahan tatap muka, jadi yang dilakukan baru hybrid learning,” kata Eddy Jusuf, mengutip laman resmi Unpas, Senin (6/9/2021).

Sistem perkuliahan Unpas di era pandemi Covid-19 mengacu pada perkembangan PPKM yang diterapkan pemerintah. Jika PPKM sudah memasuki level yang dinyatakan aman, maka kuliah tatap muka bakal dilakukan secara bertahap.

“Prosesnya tentu bertahap, terlebih untuk perguruan tinggi tergantung pada izin orang tua masing-masing. Kalau orang tua mengizinkan dan kondisi lingkungan sudah masuk level 1, kita akan selenggarakan kuliah tatap muka 100 persen,” tambah Eddy Jusuf.

Baca Juga: Keputusan Pembelajaran Tatap Muka seharusnya Melibatkan Anak-anak
Universitas-universitas di Bandung Tanggapi Rencana Kuliah Tatap Muka

Kehati-hatian juga ditunjukkan ITB dalam merencanakan kuliah tatap muka, walaupun Dirjen Dikti Kemdikbud RI telah merekomendasikan agar kampus-kampus memulai kuliah tatap muka.

“Kami membuka kampus itu tidak dengan gegabah, apalagi melibatkan ribuan mahasiswa dan dosen. Hal ini dilakukan secara rinci dan bertahap,” jelas Jaka Sembiring, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB, dalam keterangan resminya.

ITB sebenarnya sudah memulai percobaan kuliah hibrida pada setahun lalu di kampus ITB Jatinangor. Namun setelah 10 hari pelaksanaan percobaan, pemerintah menerapkan kebijakan PPKM sehingga kegiatan kuliah di Jatinangor diberhentikan. Sementara untuk tugas akhir, disertasi, dan tesis sudah mendapatkan izin untuk melaksanakan di dalam kampus.

Kuliah hibrida sejauh ini menjadi pilihan ideal bagi ITB. ITB sedang melakukan pendataan mata kuliah ataupun kegiatan yang perlu menjadi prioritas. Contoh, kegiatan yang bersifat experience learning seperti praktikum, studio, dan kuliah lapangan.

Baru-baru ini ITB melakukan survei mengenai cakupan vaksinasi Covid-19. Dari total sekitar 25.000 mahasiswa ITB, terdapat lebih dari 70 persen sudah melaksanakan vaksinasi dosis pertama maupun dosis kedua. Data ini kemudian dijadikan acuan serta bahan pertimbangan untuk pembukaan kegiatan akademik tatap muka di kampus, bersamaan dengan persetujuan dari orang tua.

“Untuk mahasiswa TPB 2021, kami rencanakan dalam bentuk campus tour—bukan dalam bentuk jalan-jalan kampus, namun satu hingga dua mata kuliah praktikum yang bisa dilaksanakan di dalam kampus,” ujarnya.

Kondisi ini tentu dinamis, bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi sehingga seluruh sivitas akademika yang ada di kampus diharapkan untuk tetap memahami hal tersebut.

ITB juga memperhitungkan sistem kuliah di masa depan, ketika pandemi telah berakhir. Masing-masing prodi di ITB diminta memperbarui mindset bahwa di masa depan, antara virtual dan riil tidak akan bisa dibedakan.

“Jadi, praktikum yang berbasis experience learning pada masa depan nantinya harus ditunjang dengan pembelajaran yang sifatnya virtual learning,” kata Jaka Sembiring.

Sehingga, sedikit demi sedikit ITB mendorong seluruh program studi untuk dapat mulai menciptakan modul-modul yang sifatnya virtual learning karena hal itulah yang nantinya akan menjadi norma baru di dunia akademik.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//