• Opini
  • Superkarbon sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi

Superkarbon sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi

Minyak bumi secara cepat atau lambat akan habis jika digunakan secara terus menerus. Maka diperlukan energi alternatif, salah satunya superkarbon.

Hansen Octavianus Halim

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan.

Kendaraan di Tol Pasteur, Bandung, Jumat (6/7/2021). Tingginya volume kendaraan membuat konsumsi BBM pun meningkat. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

8 September 2021


BandungBergerak.idMinyak bumi merupakan energi fosil tertua yang bersifat tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar ini sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber energi untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk menghidupkan kendaraan, bahan utama perlengkapan rumah tangga, dan kebutuhan lainnya.

Minyak bumi memiliki posisi sangat krusial karena dibutuhkan oleh hampir semua manusia di dunia. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan minyak bumi terus meningkat. Namun minyak bumi memiliki cadangan yang terbatas dan ketersedian minyak bumi secara cepat atau lambat akan habis jika digunakan secara terus menerus.

Di sisi lain, harga minyak dunia rentan dengan peristiwa internasional. Tiap tahunnya harga minyak dunia mengalami kenaikan. Pemerintah kerap dihadapkan pada dilema antara mempertahankan harga BMM atau menaikknya. Jika harga BBM tidak disesuaikan dengan harga internasional yang mengalami kenaikan, maka defisit keuangan negara tak bisa terhindarkan.

Maka untuk menjaga ketersediaan minyak bumi, diperlukan pencarian sumber-sumber energi alternatif yang bisa menggantikan peran minyak bumi. Sumber energi secara sederhana didefinisikan sebagai kekayaan alam yang dapat memberikan sejumlah daya dan tenaga apabila diproses dan diolah dengan baik serta hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Sebagian besar sumber energi dapat digunakan sebagai sarana transportasi, penerangan jalan, dan keperluan rumah tangga.

Bahan bakar alternatif tersebut harus murah, mudah dibuat, dan mudah dicari sumber bahannya. Walaupun Indonesia memiliki berbagai sumber alternatif dalam jumlah yang cukup besar, seperti gas, batu bara, tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga surya, tetapi dalam penyebarannya masih menemui berbagai macam kendala.

Salah satu bahan potensi sumber energi alternatif di Indonesia adalah superkarbon. Pada prinsipnya, superkarbon adalah bahan bakar karbon dalam bentuk briket yang dapat diproduksi dari limbah bahan organik maupun turunannya yang masih mengandung sejumlah energi.

Superkarbon sama dengan karbon-karbon lain yang sudah beredar di masyarakat, seperti arang kayu, arang sekam, dan arang tempurung kelapa. Perbedaan superkarbon dengan briket-briket alami tersebut dalam hal daya nyalanya yang cepat, kuat, dan tahan lama, serta asap pembakaran dari superkarbon lebih sedikit dengan sisa pembakaran yang minim.

Superkarbon dapat diproduksi kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan, karena bahan baku dan bahan pendukungnya tersedia melimpah di setiap daerah di seluruh wilayah nusantara.

Limbah organik sebagai hasil ikutan dari kegiatan industri dan pertanian dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk memproduksi superkarbon, misalnya, sekam padi, jerami, serbuk gergaji, eceng gondok, dedaunan, rerumputan, gambut, serta sampah organik rumah tangga. Dalam proses produksinya, superkarbon relatif membutuhkan biaya produksi yang murah karena hanya membutuhkan limbah sebagai bahan bakunya.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60 persen dari total sampah. Sampah plastik menempati posisi kedua (14 persen), disusul sampah kertas 9 persen, dan karet 5,5 persen. Sampah lainnya terdiri atas logam, kain, kaca, dan lain-lain.

Seperti yang kita ketahui, sampah organik merupakan komposisi sampah yang sangat banyak di Indonesia dan diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahunnya. Sehingga pemanfaatan sampah organik menjadi superkarbon pun terkait erat dengan penyelesaian masalah kebersihan dan keindahan lingkungan.

Baca Juga: Akar Masalah DAS Citepus Bukanlah Sampah melainkan Tata Ruang
Sidak Penegakan Aturan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bandung Minim
Selain Penanaman Pohon, Pemkot Bandung Disarankan Menambah Luas RTH

Proses Pengolahan Limbah Organik menjadi Superkarbon

Ada beberapa langkah dalam memproses limbah organik menjadi bahan bakar alternatif berupa briket superkarbon. Pertama-tama, limbah organik dijadikan arang terlebih dahulu dengan cara memisahkan sampah organik yang bisa dijadikan briket berupa daun, ranting, kertas, kayu, tempurung kelapa, serbuk gergaji.

Untuk mengubah sampah organik menjadi arang, diperlukan proses pembakaran. Sampah organik yang telah dipilih kemudian menjalani proses pembakaran khusus, yakni ada penjagaan agar tidak ada udara yang keluar masuk tempat pembakaran, sehingga sisa pembakaran tidak menjadi abu.

Jika asap yang keluar dari lubang pembakaran mulai mengecil, maka pembakaran sudah selesai. Selanjutnya, jika masih terdapat bara arang yang menyala pada tempat pembakaran, perlu dimatikan dengan cara disiram dengan air agar arang yang sudah dibakar tidak berubah menjadi abu.

Setelah sampah yang dibakar berubah menjadi arang sepenuhnya, maka arang tersebut ditumbuk dengan halus. Lalu disiapkan kanji yang telah diencerkan dengan air panas. Kanji tersebut dicampurkan dengan bubuk arang yang tadi sehingga menjadi adonan yang lengket. Kemudian disiapkan cetakan dari seng atau pipa paralon yang bisa berbentuk bulat atau kotak.

Campuran kanji dan arang organik dimasukkan ke dalam cetakan dan dilakukan pemadatan. Setelah itu, briket tersebut dijemur sampai kering. Setelah briket kering, maka briket sampah organik ini sudah siap dipakai untuk menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi.

Superkarbon merupakan bahan bakar alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi. Superkarbon memiliki ketersediaan bahan baku yang mudah didapatkan, murah, dan dapat menyelesaikan masalah kebersihan lingkungan di Indonesia. Dengan penggunaan superkarbon ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan sumber daya minyak bumi yang sangat terbatas.

Pemerintah Indonesia juga harus meningkatkan investasi di bidang pengembangan terhadap sumber energi alternatif ini agar ke depannya kita dapat menggunakan bahan bakar alternatif secara mudah dan murah. Sebagai masyarakat, kita juga harus bisa berpartisipasi dalam penggunaan bahan bakar alternatif ini dengan cara membuang dan memisahkan sampah organik dan nonorganik pada tempatnya, sehingga proses pembuatan briket dapat berlangsung dengan lebih mudah.

Intinya, kita harus bisa saling berjuang bersama sama untuk menjaga bumi ini dengan saling bekerja sama satu sama lain.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//