Nilai Akademik Tidak Menentukan Bakat Seseorang
Menuntun anak muda untuk terus belajar tanpa diberitahu apa esensi belajar itu sama seperti berjalan tanpa tujuan.

Saskia Aulia Iskandar
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
28 Juli 2022
BandungBergerak.id - Di Indonesia sudah lama tumbuh budaya menilai murid berdasarkan nilai ujian atau ulangan harian (akademik). Padahal menentukan potensi, bakat, minat serta kecerdasan seseorang tak bisa diringkas dalam ujian atau ulangan harian. Hal ini justru berbahaya bagi perkembangan mental siswa serta semangat mereka akan keberhasilan di masa depan.
Menuntun anak muda untuk terus belajar tanpa diberitahu apa esensi belajar itu sama seperti berjalan tanpa tujuan. Seringkali sudah belajar rutin namun mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan maka siswa tersebut akan mendapatkan cap bahwa dirinya bodoh dan tidak memiliki potensi atau bakat. Cara pandang ini jika tidak diubah akan menimbulkan masalah pada generasi muda Indonesia, selanjutnya berimbas pada Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Cara pandang mengenai kecerdasan seseorang berdasarkan tolok ukur nilai harus diubah. Nilai akademik yang dikaitkan dengan bakat seorang hanya akan mengubur paksa potensi remaja untuk masa depannya. Terkait permasalahan itu sudah seharusnya cara pandang yang telah mengakar menjadi budaya tersebut ditinggalkan dan lebih memperhatikan bakat yang dipunyai remaja sesuai dengan yang dimilikinya.
Mengenal Bakat Sendiri
Pengembangan potensi bakat anak muda sudah banyak digencarkan di beberapa sekolah mapun perguruan tinggi di Indonesia melalui perubahan kurikulum maupun teknik pengajaran di kelas. Penggalian potensi bakat ini harus terus didukung oleh banyak pihak bukan hanya tenaga pengajar namun orang tua serta remaja yang bersangkutan dengan kesadaran diri.
Bakat merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak, setiap orang lahir memiliki jenis bakat yang berbeda (1997, Prof Dr. Conny Seniawan). Bakat seringkali juga dikatakan sebagai attitude, talenta serta kecerdasan tertentu dalam diri seseorang, perihal bakat banyak para peneliti berpendapat bahwa bakal merupakan unsur bawaan ketika lahir atau para peneliti mengartikan bakat merupakan sesuatu yang dilatih dan dikembangkan secara intensif untuk menuju tujuan tertentu.
Bakat yang berasal dari lahir, anggapan mengenai bakat dengan sudut pandang bawaan lahir banyak mengakar pada budaya kita, potensi dari lahir sebagai contoh ketika orang tua melihat anaknya mencoret-coret dinding dengan kreasinya, dari sini orang tua tersebut menemukan bakat anakknya dalam bidang seni dan ketika beranjak remaja maka pemenuhan penunjang pendidikan anak disesuaikan dengan pemakaian unsur seni.
Ada beberapa orang juga berangggapan bahwa bakat merupakan sesuatu yang diciptakan karena beberapa faktor penunjang lainnya, semisal ada anak muda yang menyukai bola sejak kecil karena menonton bola dan bekeinginan menjadi pesepak bola seperti idolanya dalam tim sepak bola, maka anak muda tersebut akan berusaha berlatih dengan rutin untuk membentuk bakatnya dalam bermain bola, walaupun dari kecil dia tidak memiliki bakat atau menyentuh bola sekalipun. Faktor lingkungan juga memiliki andil dalam pembentukan bakat seseorang, tuntutan zaman pula menjadikan pelatihan bakat menjadi sangat penting.
Dengan pejelasan mengenai bakat, tentu nilai bukan menjadi faktor utama anak muda berbakat atau tidak. Bakat merupakan pilihan serta kesenangan seseorang dalam menjalani serta menekuni suatu kegiatan atau aktivitas, sudah seharusnya pada zaman yang semakin berkembang pemikiran terhadap angggapan bakat pula berubah. Saling menghargai serta melihat sisi lain dari seseorang merupakan sikap yang dapat diterapkan di lingkungan kita. Bakat yang terus diasah dan dilatih secara intensif akan menghasilkan sebuah kreativitas dan inovasi yang maksimal.
Bakat serta kreativitas merupakan dua hal yang saling terkait, menghasilkan sebuah kreativitas yang memiliki nilai jual serta kegunaan. Tentu sebelumnya kita harus mengetahui bakat yang ada pada diri kita. Dengan begitu maka akan ditemuka metode untuk mengasahnya.
Baca Juga: Menanti Terobosan untuk Segudang Masalah Kesehatan Mental di Indonesia
Perlukah Tax Amnesty Jilid 2 Diberlakukan di Indonesia?
Bakan Umum dan Bakat Khusus
Bakat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, bakat umum serta bakat khusus. Bakat umum merupakan bakat yang bersifat dasar dan kebanyakan orang pasti memiliki bakat ini, misalnya kemampuan berbicara, berfikir serta berjalan dan bergerak. Klasifikasi bakat yang kedua adalah bakat khusus, bakat ini yang harus dicari serta diperhatikan oleh anak muda dalam hal menciptakan kreativitas dan karya.
Bakat khusus merupakan bakat atau potensi diri yang khusus hanya dimiliki oleh orang orang tertentu saja dan setiap orang memiliki jenis bakat yang berbeda dalam klasifikasi bakat khusus ini. Beberapa jenis klasifikasi bakat khusus yaitu:
1. Bakat verbal, bakat ini merupakan kemampuan seseorang yang ditunjukkan dengan konsep atau dalam kata-kata;
2. Bakat numerial, yaitu bakat kemampuan khusus seseorang di bidang seni hitung dalam angka dan matematika.
3. Bakat skolastik, yaitu kemampuan seseorang dalam hal hal yang berubungan dengan angka dan kata, jenis bakat ini mencakup kekuatan penalaran, berfikir, mengurutkan, menciptakan hipotesis, pandangan hidup rasional serta lainnya;
4. Bakat abstrak, yaitu bakat seseorang dalam hal membuat pola, rancangan, ukuran serta posisi;
5. Bakat mekanik, merupakan kemampuan seseorang dalam bentuk prinsip ilmu pengetahuan alam, alat alat serta tata kerja;
6. Bakat relasi ruang, yaitu kemampuan khusus dalam hal mengamati serta menceritakan pola dua dimensi, biasanya dimiliki fotografi maupun arsitek;
7. Bakat ketelitian klerikal, merupakan kemampuan dalam hal tulis menulis, meramu dan pada bidang laboratorium;
8. Bakat bahasa, merupakan kemampuan seseorang dalam penalaran analisis bahasa, bakat ini biasanya dimiliki seseorang pada bidang penyiaran, hukum, dll;
9. Bakat seni, bakat yang berubungan dengan seni entah itu menggambar atau melukis;
10. Bakat musik, bakat atau kemampuan dalam membuat atau mengaransemen sebuah musik.
Beberapa bakat yang telah dijabarkan merupakan bentuk perbedaan yang terjadi di kehidupan kita, dengan adanya bakat-bakat khusus tersebut tentu kita sebagai anak muda harus memahami potensi yang ada pada diri sendiri. Penemuan serta pencarian bakat seseorang antara satu dengan yang lainnya memiliki metode serta jangka waktu yang berbeda-beda. Seringkali anak muda menemukan bakatnya di usia usia sekolah menengah namun tidak bisa dipungkiri pada bangku perguruan tinggi baru menemukan bakat yang melekat pada dirinya.
Untuk menemukan bakat diri sendiri terkadang kita memerlukan bantuan orang lain, namun terkadang pula kita sendiri dengan sendirinya menemukan bakat itu. Semisal pada jenjang sekolah menengah kita mengikuti organisasi intrasekolah, dalam jangka beberapa bulan orang tersebut menyadari dirinya memiliki bakat khusus jenis verbal atau bahasa.
Faktor orang di sekitar kita juga bisa membantu kita menemukan bakat yang ada pada diri sendiri. Sebagai contoh, di saat kita diberi tugas melukis di sekolah kita tidak menyadari hasil yang dihasilkan memiliki value yang berbeda dengan teman kita, kita mengganggap hasil dari lukisan kita biasa dan tidak ada yang istimewa, namun melalui sudut pandang teman kita, lukisan ini bakat. Berkat pandangan teman orang tersebut dapat menemukan bakatnya di dunia seni.
Berkreasi sesuai Bakat
Setelah kita menemukan bakat dalam diri tentu kita akan mudah berkembang ke depannya, dengan terus dilatih maka bakat ini akan memberikan dampak bagi diri sendiri serta bisa juga bagi orang lain.
Dengan bakat yang ada dan sudah dipahami, anak muda nantinya bisa berkreasi sesuai dengan apa yang menjadi bidangnya. Berkreasi sesuai dengan bidangnya merupakan suatu hal yang sangat penting sebab, jika dilakukan sesuai bakat pasti akan menciptakan minat dalam diri, dan ketika dijalankan maka hasil akhir yang dihasilkan akan masksimal dan bernilai kreasi baru. Berbeda jika anak muda memaksakan berkarya tidak pada bidangnya, hal tersebut akan membuat mereka merasa tertekan serta terbebani dengan apa yang dikerjakannya, tentu output yang dihasilkan tidak maksimal.
Anak muda dan kreativitas merupakan aspek yang harus menyatu di era yang ketat akan persaingan baik skala nasional maupun internasional. Adanya narasi Indonesia Emas 2045, tentu anak muda sekarang harus berlomba-lomba mencipkan kreativitas dalam berkarya, karena saingan kita bukan hanya dalam negeri namun merambah ke skala internasional.
Pasar bebas membuka peluang asing dalam persaingan, sudah pasti kita sebagai anak muda penerus bangsa terus semangat mencipkan karya-karya yang memiliki nilai jual yang tidak main-main. Berkarya dengan bakat potensi diri merupakan langkah yang terbaik agar dapat bersaing di era sekarang, memaksimalkan potensi diri dengan minimal satu bakat dalam diri jika terus diasah tentu menjadikan kita memiliki nilai jual yang berbeda.
Anak muda yang memiliki semangat berkreasi bukan hanya akan dapat bersaing di era digital ini, namun mereka dapat mengasah soft skill, misalnya otak kita bakal terasah dengan berpikir, secara bertahap akan mempunyai mindset seorang creator dan memiliki segudang ide untuk pembangunan bangsa.
Berkreasi sesuai bakat akan melatih kita untuk fokus pada satu bidang. Namun bukan tidak mungkin jika anak muda memiliki banyak bakat yang ada pada dirinya. Banyak orang beranggapan memiliki satu bakat dan terus diasah merupakan pilihan yang terbaik daripada memiliki atau memilih banyak bakat namun terbengkalai dan dibiarkan. Jika kita fokus pada satu tujuan maka kita akan menemukan sesuatu yang istimewa dan berbeda dalam diri kita.
Sebagai contoh, kita sudah memiliki dunia gambar dan seni sebagai bakat atau passion. Setiap hari kita latih atau kita mengembangkan bakat lewat pendidikan, selama bertahun-tahun dengan serius diasah dan dikembangkankan, maka bisa saja di masa depan akan menjadi designer fashion yang handal. Contoh lain, anak muda memilih bakat bakat relasi ruangan sebagai langkah untuk berkarya, maka dengan pendidikan dan latihan otodidak maka anak muda tersebut bisa menjad arsitektur yang mumpuni.
Kreasi anak muda berkaitan erat dengan kemajuan suatu bangsa, memaksimalkan bakat untuk berkreasi akan menciptakan ide serta inovasi dalam pembangunan bangsa. Anak muda dengan bakat apa saja bisa berkreasi guna membuat perubahan pada bangsanya sendiri. Tentu kita sebagai anak muda bukan hanya berkreasi untuk diri sendiri, namun tonggak kepemimpinan juga ada dipundak kita maka memaksimalkan potensi merupakan suatu aspek yang harus ditekuni.
Stereotip Menghambat Bakat
Salah satu hal yang menghambat anak muda untuk berkreasi adalah adanya stereotip mengenai bakat, kemampuan atau kecerdasan seseorang, yaitu cara pandang terhadap hasil nilai yang dihasilkan. Padahal jika dilihat dalam skala yang cukup besar, bakat seseorang memiliki beberapa klasifikasi dan jenis.
Menemukan bakat dalam diri merupakan suatu hal yang terpenting sebelum kita berkreasi, agar lebih maksimal serta menimbulkan rasa nyaman dalam menjalankannya. Berkreasi sesuai bakat memiliki dampak, baik dampak untuk diri sendiri maupun bagi negaranya, yaitu dengan kreasi dan inovasi yang dihasilkan dapat mengharumkan nama bangsa serta dapat ikut andil dalam program pembangunan berkelanjutan. Anak muda dengan kreasi dan inovasi serta semangat bekarya merupakan aset bangsa yang dapat menentukan nasib Indonesia ke depan
Adapun saran dari penulis, anak muda harus terus berkarya dan berkreasi dengan bakat serta potensi diri, terus bangkit dan semangat menjadi creator untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Ciptakan ide dan inovasi baru untuk merubah negeri dan melampaui yang tidak terbatas, terus bersaing dengan sehat dan kiat untuk melawan ketakutan serta perubahan yang berasal dari luar.