Banjir Berulang di Kabupaten Bandung
Sampai 9 Oktober 2022, tercatat jumlah kejadian bencana sebanyak 166 kejadian. Masyarakat terdampak bencana hidrometerologi ini mencapai 14.495 jiwa.
Penulis Emi La Palau24 Oktober 2022
BandungBergerak.id - Bencana banjir kembali melanda sejumlah kecamatan di Bandung selatan setelah hujan mengguyur wilayah ini sejak Sabtu (22/10/2022) sore. Hingga Senin (24/10/2022), beberapa titik di wilayah Kabupaten Bandung ini masih digenangi banjir dengan ketinggian antara 50 centimeter sampai 2 meter. Pemerintah diminta membenahi akar persoalan banjir, yakni pembenahan daerah aliran sungai (DAS) Citarum.
Kepala Lapangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Uka Suska mengungkapkan banjir masih menggenangi Kampung Parung Halang tepatnya di RW 01, 02, kamudian Kampung Muara RW 07 Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah, Desa Dayeuhkoloot RW 01 sampai dengan RW 14, Desa RW 01, 02, 03, 14, 07, 06 Kecamatan Dayeuhkolot. Desa Bojong Soang RW 09 dan 10 Kecamatan Bojong Soang.
Sementara itu, Ipin (45), Ketua RT 06 RW 01 Kampung Babakan Leuwi Bandung, Citeurep, mengatakan ada sebanyak 45 kepala keluarga yang terdampak banjir. Kebanyakan warga memilih untuk bertahan di rumah masing-masing.
Ipin menuturkan air mulai naik ke rumahnya pada pukul 3 subuh Minggu. Sebelumnya, warga sudah sering mengeluhkan banjir yang selalu datang saat musim hujan. Ia berharap ada penanganan yang tepat dari pemerintah.
Ipin mengaku sudah capek menghadapi banjir. Ia dan warga sedusunnya menjadi yang terdampak banjir.
“Semoga ada perubahan, warga sudah jenuh kayak begini terus sudah capek,” ungkap Ipin, kepada BandungBergerak.id, Senin (24/10/2022).
Menurut data BPBD Kabupaten Bandung sampai 9 Oktober 2022, tercatat jumlah kejadian bencana sebanyak 166 kejadian. Masyarakat terdampak bencana hidrometerologi ini mencapai 14.495 jiwa.
Dari 166 kejadian, rinciannya terdiri dari 42 bencana banjir yang terlaporkan pada 17 kecamatan, yaitu Baleendah, Bojongsoang, Cangkuang, Cileunyi, Ciwidey, Dayeuhkolot, Katapang, Kurawaringin, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pangalengan, Pasirjambu, Rancaekek, Solokanjeruk, dan Soreang.
Untuk angin puting beliung tercatat 48 kali yang melanda 20 kecamatan, 69 bencana longsor terjadi pada 22 kecamatan, dan 7 kebakaran di 6 kecamatan.
Baca Juga: Petani Kopi Gagal Panen karena Terdampak Perubahan Iklim
Cahaya di Lorong Gelap
TPA Sarimukti Bermasalah, Pemkot Bandung Perlu Menetapkan Status Darurat Sampah
Tak Menyelesaikan Akar Masalah
Persoalan banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung kerap terjadi setiap musim hujan. Pemerintah dinilai dinilai belum mampu menyelesaikan akar permasalahan musiman ini.
Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Jawa Barat, Wahyudin, mengatakan persoalan utama banjir di Kabupaten Bandung berkaitan erat dengan maraknya alih fungsi lahan dari hulu sampai hilir. Ditambah lagi dengan persoalan sungai yang tidak terurus, tidak mengenanya kebijakan pemerintah, dan rencadahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai.
Hal itu membuat Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum meliputi wilayah cekungan Bandung mengalami kerusakan parah. Karena itu, Wahyudin meminta agar kelestarian sungai diperhatikan. Pelestarian sungai ini harus dibarengi dengan edukasi terhadap seluruh lapisan masyarakat.
“Sungainya dulu perhatikan, masih rusak masih banyak penumpukan, gunungan sampah di sungai. Jadi bagaimana masyarakat ini bisa lebih dekat dengan sungainya. Kembali dulu merasa penting, merasa butuh dengan sungai dengan kualitas air yang baik,” kata Wahyudin.
Ia meminta pemerintah mesti melakukan evaluasi terhadap program penanganan banjir. Dengan begitu akan diketahui akar persoalannya.
“Sekarang buktinya masih terjadi, maka upaya pemerintah tidak bisa diklaim, terlepas ada sedikit perubahan, misalnya teratasi, waktunya berkurang, tinggi banjirnya berkurang, tapi kuncinya banjir masih tetap terjadi. Jadi saya pikir penting kita melihat situasi saat ini hujan dalam seminggu saja masih terjadi banjir,” katanya.
Menurutnya, membangu infrastruktur bukan jawaban untuk mengatasi banjir. Misalnya, membangun kolam retensi dan lain-lain.
“Tapi permasalahan di akarnya yang semestinya lebih banyak didiskusikan dan dikerjakan. Salah satunya program membenahi DAS itu sekarang sejauh mana dampaknya terhadap keberlangsungan sungai,” katanya.