• Cerita
  • Braga Melukis Volume 3, ArtBraga, dan Mimpi Warga Lokal Membuat Acara di Rumah Sendiri

Braga Melukis Volume 3, ArtBraga, dan Mimpi Warga Lokal Membuat Acara di Rumah Sendiri

ArtBraga menjadi antitesa. Selama ini warga Braga lebih sering jadi penonton daripada terlibat langsung menggelar acara.

Kegiatan Braga Melukis Vol 3 di Jalan Braga, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Acara kesenian ini diselenggarakan warga Braga. (Foto: Dini Putri Rahmayanti)*

Penulis Tofan Aditya31 Oktober 2022


BandungBergerak.idDi Jalan Braga, warga lokal, seniman, komunitas, dan masyarakat umum nampak asyik memainkan koas yang sedang dipegangnya. Faira (10) dan Araisya (11), misalnya. Kedua anak Sekolah Dasar ini serius memadupadankan warna di palet untuk dibubuhkan ke payung geulis yang ada di hadapannya.

“Aku sedang menggambar langit, kak!” ujar Faira sambil tetap fokus menggoreskan cat dan sesekali menatap layar gawainya untuk meniru gambar langit yang diinginkannya.

Sudah sejak lama Jalan Braga ramai oleh hiruk-pikuk kendaraan. Bedanya, Sabtu (29/10) kemarin, semua mata tidak bisa tidak melirik bahu jalan di sekitar Hotel Geno Feruci. Sejak pukul 08.00, payung-payung geulis berwarna merah, kuning, biru, hijau, ungu, dan putih sudah berjejer menghadap ke jalan raya.

Di halaman hotel tersebut, beberapa lukisan bertemakan Braga menggantung dan menghiasi lampu jalan. Sesekali, musik didendangkan. Mulai dari Sinaran-nya Sheila Majid, Berharap Tak Berpisah-nya Reza Artamevia, sampai Jalan Braga-nya Hetty Koes Endang. Semua bergembira menyambut akhir pekan kali ini.

Pagi itu, perhatian seisi Jalan Braga tertuju pada kegiatan yang diinisiasi oleh warga, seniman, dan komunitas di sekitaran Braga ini, yakni Braga Melukis.

Pertunjukan wayang golek dalam acara Braga Art, Jalan Braga, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Acara kesenian ini diselenggarakan warga Braga. (Foto: Dini Putri Rahmayanti)*
Pertunjukan wayang golek dalam acara Braga Melukis, Jalan Braga, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Acara kesenian ini diselenggarakan warga Braga. (Foto: Dini Putri Rahmayanti)*

Braga Melukis, Menghidupkan Marwah Braga sebagai Kawasan Seni

Braga Melukis adalah kegiatan yang mempertemukan antara warga lokal, seniman, komunitas, dan masyarakat umum untuk melukis bersama. Setidaknya, terdapat dua media lukis yang ada pada Braga Melukis kali ini: payung geulis untuk warga lokal, seniman, dan komunitas serta totebag untuk masyarakat umum. Dengan bermodalkan 50.000 rupiah, masyarakat umum dapat melukis dan membawa pulang totebag hasil karyanya.

“Menjadi alternatif yang baik bagi masyarakat, khususnya anak-anak, dibandingkan hanya dengan mengisi waktu liburan dengan bermain handphone,” tutur Usi sambil mendampingi anaknya yang tengah melukis totebag.

Bukan yang pertama, Braga Melukis sudah tiga kali diselenggarakan. Pertama saat peringatan Hari Anak Nasional, kedua saat peringatan Kemerdekaan Indonesia. Meski menyambut momentum yang berbeda, napas yang dibawa masih tetap sama: membawa anak-anak agar mau dan mampu melestarikan marwah Braga sebagai kawasan seni, khususnya seni lukis.

“Setelah kita telusuri juga, ternyata ada gap antara pelukis senior dan yang muda. Jadi, kita butuh regenerasi pelukis lokal,“ jelas Farida Oda, warga Braga sekaligus panitia di Braga Melukis.

Tema yang diusung dalam Braga Melukis kali ini adalah ‘Aku dan Braga’. Harapannya, Braga dapat dimiliki oleh semua orang dengan berbagai latar belakang dan rentang usia. Meskipun awalnya ditujukkan untuk anak-anak, namun seiring waktu, siapa pun dapat melukis dalam kegiatan ini. Salah satunya adalah Tata Sutaryat (45), pegiat seni di kawasan Braga, yang ikut melukis payung geulis.

“Tidak hanya menjadi penonton, tapi juga harus menjadi pelaku!” tegas Pak Tata, begitu ia disapa.

Tidak hanya melukis, Braga Melukis Volume 3 juga diisi oleh beragam bentuk kegiatan lain, seperti tari jaipong, pertunjukan wayang golek, dan musikalisasi puisi. Deril, salah satu anak di RW 03 Kelurahan Braga, memukai penonton dengan keterampilannya dalam menari jaipong.

Setelah Deril, Hanafi, dari RW 08, tak mau kalah memukau penonton dengan permainan wayang golek-nya yang berjudul ‘Sabda Ismaya’. Meski baru berusia 15 tahun, Hanafi tampak cakap memainkan wayang yang digenggamnya. Setelah semua rangkaian tersebut, kegiatan ditutup dengan musikalisasi puisi dari Abah Omtris dan Mandrae Kobatik.

“Braga itu punya potensi yang sangat banyak. Ketika mereka dikasih panggung, everybody will know that mereka itu talented,” ucap Oda sambil tanggannya menunjuk ke Dalang Cilik yang sedang pentas.

Selepas kegiatan, payung-payung geulis yang sudah dilukis dikumpulkan kembali. Tentu, bukan tanpa alasan. Selain menyambut momentum Sumpah Pemuda, Braga Melukis kali ini adalah pra-event untuk kegiatan ArtBraga, antitesis dari kegiatan ‘klise’ Braga selama ini.

Baca Juga: PROFIL RUMAH BELAJAR GARTALA: Harapan Pendidikan bagi Masyarakat Terpinggirkan
Proyek Double Track Cicalengka, Kerusakan dan Manfaat Bagi Warga Sekitar
Cahaya di Lorong Gelap

Pertunjukan musik balada Abah Omtris dalam acara Braga Art, Jalan Braga, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Acara kesenian ini diselenggarakan warga Braga. (Foto: Dini Putri Rahmayanti)*
Pertunjukan musik balada Abah Omtris dalam acara Braga Melukis Vol 3, Jalan Braga, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Acara kesenian ini diselenggarakan warga Braga. (Foto: Dini Putri Rahmayanti)*

ArtBraga dan Upaya Menghidupkan Kembali Warga Lokal

“Braga adalah sebuah kawasan,pungkas Oda, yang juga merupakan Ketua Pelaksana ArtBraga.

Di luar hiruk-pikuknya, Braga adalah sebuah kelurahan, bukan hanya sekadar nama jalan. Di dalamnya, banyak cerita-cerita yang belum banyak didengarkan oleh publik luas.

Di tengah himpitan gedung tinggi dan hotel berbintang, warga Braga sering kali hanya menjadi penonton di setiap kegiatan yang terselenggara di kawasan Braga, tanpa pernah bisa terlibat di dalamnya. Tak aneh apabila warga hanya merasa menjadi ‘objek’ dari acara-acara tersebut.

“ArtBraga menjadi antitesa, karena selama ini warga Braga tuh tidak pernah bikin event, hanya jadi penonton,lanjut Oda dengan nada bicara yang meninggi.

ArtBraga tidak ingin seperti acara pada umumnya, yang hanya meminjam Braga sebagai tempat kegiatannya. ArtBraga ingin kembali menghidupkan kawasan Braga agar mampu dimiliki oleh semua orang, utamanya warga lokal. ArtBraga adalah bukti bahwa warga Braga mampu menghadirkan kegiatan sendiri, tentu dengan bantuan akademisi, komunitas, dan pegiat seni, yang ditujukan untuk semua orang.

“Kebanyakan festival dilaksanakan oleh luar. Sekarang oleh masyarakat sendiri. Bahkan orang lain yang kita undang untuk meramaikan,komentar Tata, yang juga pengurus Rumah Seni Ropih, terkait ArtBraga.

Tema yang diusung dalam ArtBraga adalah ‘urban culture’, masalah yang dirasakan dan sangat dekat dengan warga Braga. Melalui aktivitas kolaborasi seni, seminar, lokakarta, pemutaran film, pameran dan performansi, diharapkan mampu lahir karya seni yang merupakan buah ekspresi dari kawasan Braga itu sendiri. Seluruh kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada 3 sampai 18 Desember 2022.

“ArtBraga dapat merespons segala hal yang ada di Braga, khususnya dengan karya seni. Bukan hanya di jalan braga panjang dan pendek, tapi di gang-gang,” harap Oda, dalam sambutan Braga Melukis Volume 3.

Dalam menyonsong ArtBraga, akan ada kegiatan mural yang di gang-gang yang ada di Braga seperti gang Apandi, gang Cikapundung, dan Gang Banceuy. Selain itu, Braga Melukis juga akan hadir kembali. Rencananya, Braga Melukis Volume 4 akan menjadi rangkaian penutup dari seluruh bentuk kegiatan di ArtBraga.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//