• Narasi
  • Proyek Double Track Cicalengka, Kerusakan dan Manfaat Bagi Warga Sekitar 

Proyek Double Track Cicalengka, Kerusakan dan Manfaat Bagi Warga Sekitar 

Meskipun baru lima bulan, dampak yang ditimbulkan dari pembangunan jalur ganda (Double Track) kereta api Cicalengka-Bandung sungguh-sungguh terasa.

Muh. Zaky Maulana Malik

Mahasiswa Ikopin University

Proses pembangunan proyek jalur ganda (double track) kereta api di Babakan DKA, Cicalengka, Kabupaten Bandung. (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik)

28 Oktober 2022


BandungBergerak.id - Pembangunan jalur ganda (Double Track) kereta api Cicalengka-Bandung untuk kereta api cepat sudah memasuki bulan kelima yang dihitung dari bulan April. Rencananya proyek ini ditargetkan selesai dalam 18 bulan. Tapi tentu tak menutup kemungkinan akan lebih. Sebab prediksi di wilayah lain yang juga terdapat proyek double track, Rancaekek, meleset.

Meskipun baru lima bulan pembangunan, tapi dampak yang ditimbulkannya sudah sungguh-sungguh terasa oleh warga kampung Babakan DKA terutama di lingkungan RW 15-nya. Warga di lingkungan RW 14 pun terkena pengaruh juga, tapi tak sehebat di lingkungan RW-15.

Secara manusiawi, manusia, siapa pun orangnya, akan lebih mengingat hal negatif daripada hal positif terhadap suatu hal, tak terkecuali dengan warga Babakan DKA RW 15. Pada hari Sabtu kemarin, saat rapat atau musyawarah mengenai proyek double track dan hal-hal yang berkaitan dengannya yang digagas oleh ketua RW dan timnya di masjid Al-Ikhlas, semua orang yang bicara, menyoroti dampak negatif yang ditimbulkannya. Padahal tak ada satu hal pun yang mutlak negatif. Senegatif-negatifnya hal pasti memiliki hal positif.

Pada hari Sabtu kemarin saya ikut bermusyawarah mewakili bapak saya yang tak dapat hadir oleh sebab ada keperluan lain. Secara ringkas, saya akan menuliskan kerusakan dan manfaat yang terjadi dan dirasakan lingkungan RW 15 yang isinya saya ambil dari musyawarah kemarin.

Warga Babakan DKA RW 15 yang sedang bekerja pada proyek jalur ganda kereta api Bandung-Cicalengka. (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik/Penulis)
Warga Babakan DKA RW 15 yang sedang bekerja pada proyek jalur ganda kereta api Bandung-Cicalengka. (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik/Penulis)

Kerusakan yang Diakibatkan oleh Proyek Double Track

Begitu ketua RW selesai membuka musyawarah dan membahas seluk-beluk proyek ini, ada seseorang yang bertanya. Seseorang ini seorang bapak sepuh. Ia menanyakan bagaimana kebijakan PT KAI terhadap warga RW 15 yang terganggu serta kerusakan yang diakibatkan oleh proyek pembangunan itu.

Gangguan-gangguannya berupa: kebisingan-kebisingan, getaran-getaran yang terasa saat pembangunan berlangsung. Adapun kerusakan yang diakibatkannya berupa: jalanan yang rusak oleh sebab truk-truk besar dan kendaraan-kendaraan besar yang melintas—tanah menjadi semakin turun sehingga menyebabkan banjir andai kata hujan turun karena tinggi tanah dan selokan hampir sejajar. 

Sebelum Ketua RW menanggapi, seorang pemuda mengadu kalau tembok rumahnya retak akibat getaran saat para pekerja proyek menancapkan sesuatu pada saat pembangunan dan ia pun menanyakan bagaimana mekanismenya: apakah ada ganti rugi materi atau bagaimana.

Lalu Ketua RW menanggapi: menurutnya, kebisingan adalah hal yang tak mungkin dapat dihindari. Hal itu sudah menjadi konsekunsi dari pembangunan besar. Mengenai jalan yang rusak, dalam perjanjian antara tim dan pihak PT KAI yang sudah ditandatangani di atas materai, ada ganti rugi yang akan diberikan kepada warga yang terdampak kerusakan, tapi bukan berbentuk materi. Jadi, andai kata yang rusak adalah tembok rumah, maka tembok rumah itu akan diganti. Ketua RW mempersilakan siapa pun yang rumahnya rusak untuk memfoto bagian rumahnya yang rusak itu dan memberikan fotonya kepada tim, persisnya kepada bagian Humas.

Lalu seorang haji mempertanyakan ucapan dari pihak PT KAI. PT KAI dulu mengatakan kalau lebar jalan untuk akses warga akan mencapai 1, 5 meter. Tapi kini kenyataannya hanya 1 meter. Ketua RW dibantu tim menjawabnya: memang dulu PT KAI mengatakan akan memberikan jalan selebar 1, 5 meter untuk akses jalan warga. Namun, setelah diperiksa, lebar jalan antara rumah di depan dan belakang tidak rata. Rumah-rumah yang berada di depan lebar jalannya menuju selokan ada yang mencapai 5 meter. Sedangkan rumah yang berada di belakang—yang dekat dengan proyek pembangunan, karena pembangunan dimulai dari belakang—ada yang hanya selebar 1, 5 meter. Kontur jalan yang berbelok juga memengaruhinya. Jadi, hal ini di luar prediksi dari PT KAI. Meskipun demikian kami sebagai tim yang berposisi sebagai jembatan antara warga dan PT KAI akan mengusahakan yang terbaik.

Menjelang akhir musyawarah, seorang remaja yang rumahnya retak akibat getaran proyek double track meminta salinan surat perjanjian antara tim dan pihak PT KAI. Katanya untuk dibaca dan dipahami di rumah. Ketua RW mengizinkannya sekaligus juga mengingatkan kalau surat itu tidak bersifat final. Artinya masih ada kemungkinan direvisi. Surat perjanjian yang sekarang pun sudah dua kali revisi. Pemuda itu mengangguk. Di akhir musyawarah, seorang ibu mengatakan kalau surat perjanjian itu harus dibagikan kepada semua warga untuk antisipasi kalau-kalau pihak PT KAI ingkar janji terhadap perjanjian itu. Kalau semua warga memegang dan tahu isi surat, menurutnya, mereka dapat memprotesnya beramai-ramai.

Baca Juga: Minggu Pagi di Bukit Candi Cicalengka
Renungan dari Antrean Panjang di SPBU Cikancung
Voice Of Baceprot, Perempuan dan Musik Metal

Jalan yang rusak karena terdampak pembangunan jalur ganda kereta api Bandung-Cicalengka. (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik/Penulis)
Jalan yang rusak karena terdampak pembangunan jalur ganda kereta api Bandung-Cicalengka. (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik/Penulis)

Manfaat Proyek Double Track bagi Lingkungan RW 15

Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, warga Babakan DKA lebih fokus pada kerusakan yang ditimbulkan proyek daripada manfaatnya. Hal ini tentu menjadi sebuah kewajaran mengingat manusia lebih mengingat hal negatif daripada hal positif. Tapi mengingat warga RW 15 mayoritas orang yang beragama, tentu hal itu menjadi kurang baik. Orang beragama harus bisa melihat segala sesuatu secara objektif atau dengan kata lain adil. Dan memang, hal itu luar biasa sulit.

Namun untungnya pada musyawarah kemarin, ikut hadir seorang ustaz yang sekaligus menjadi bagian dari tim yang dibentuk ketua RW, tepatnya menjadi penasihat. Tempat dia duduk persis di sebelah saya sehingga saya dapat mendengar setiap perkataannya dengan jelas.

Ustaz ini tak mengeluh seperti beberapa orang lain. Ia hanya menanggapi pendapat orang-orang sesekali. Pada saat seorang bapak sepuh mengeluh karena jalan depan rumahnya rusak akibat proyek double track, ia belum bicara. Barulah saat bapak sepuh ini terbawa emosi, ustaz ini bicara.

Seorang bapak sepuh mengatakan, andai kata ada orang yang rumah atau jalan depan rumahnya rusak dan orang ini meminta ganti rugi kepada pihak PT KAI melalui perantara pihak RW beserta tim, maka orang ini tak akan mendapatkannya. Tapi justru, menurutnya, yang akan mendapatkannya adalah pihak RW beserta tim.

Mendengar bapak sepuh ini bicara demikian, cepat-cepat ustaz ini meluruskannya. Katanya, kita tidak boleh berburuk sangka. Bapak sepuh berkata, kalau ia tidak berburuk sangka. Ia tahu. Lalu ustaz ini memberikan tanggapannya terhadap ucapan bapak sepuh ini yang segera mendapat persetujuan dari orang-orang.

Di akhir, setelah orang-orang mengeluh, ustaz ini berpendapat: kita tak boleh melihat sesuatu hanya dari sisi negatifnya saja. Banyak juga manfaat yang kita peroleh dari proyek ini. Uang dari setiap truk sebesar 15.000 ribu yang dipotong sebesar 3.000 ribu yang dibagi untuk orang yang menghitung setiap truk yang masuk ke lingkungan RW 15 dan juga uang kas tim untuk keperluan membeli ATK, memfotokofi, mencetak kertas, jaga-jaga andai kata suatu hari ada ormas dan lain-lain.

Selain daripada itu tersedia lapangan pekerjaan juga. Namun pekerjaan ini bukan kerja yang enak, melainkan kotor dan melelahkan. Ada juga kerja menunggui truk beko selama satu malam yang upahnya sebesar 100.000 rupiah per orang dengan jumlah orang yang jaga sebanyak tiga orang.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//