• Berita
  • Bandung Belum Bebas Buang Air Besar Sembarangan, Ada Pandangan yang Salah pada Sungai

Bandung Belum Bebas Buang Air Besar Sembarangan, Ada Pandangan yang Salah pada Sungai

Sungai Citarum digunakan untuk berbagai fungsi kehidupan. Namun ironisnya, sungai pun menjadi tempat pembuangan limbah.

Seorang anak bermain air di aliran kotor Sungai Cikapundung yang melintasi Jalan Ir Sukarno, Bandung, Jawa Barat, 5 Januari 2022. Sungai Cikapundung pernah dijuluki septic tank raksasa karena tercemar limbah rumah tangga dan bakteri E-coli. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana5 November 2022


BandungBergerak.idKota Bandung dialiri sekitar 40 sungai yang ujungnya akan bermuara ke Sungai Citarum. Sungai-sungai ini disebut juga anak Sungai Citarum yang kindisinya kini dipastikan dalam kondisi tercemar, entah oleh industri maupun rumah tangga. Salah satu sumber pencemaran sungai adalah buang air besar sembarangan atau open defecation.

Cara pandang yang salah pada sungai menjadikan sungai sebagai septic tank raksasa. Sungai dianggap tempat pembuangan limbah. Pandangan ini berlaku di Indonesia, di kota-kota besar maupun di perkampungan. Begitu juga dengan di Kota Bandung yang tidak lain Ibu Kota Jawa Barat.

Sampai saat ini, dari 151 kelurahan yang ada di Kota Bandung belum 100 persen Open Defecation Free (ODF). Pemerintah Kota Bandung mengklaim sebesar 93 kelurahan telah ODF atau 61 persen. Sisanya masih diupayakan dengan membangun septic tank komunal, sehingga kotoran tidak dibuang langsung ke sungai.

Sudah lama para peneliti menyoroti kebersihan sungai. Termasuk cemaran sungai oleh tinja. Penelitian tentang pentingnya membebaskan sungai dari cemaran tinja misalnya dilakukan Andira Rahmawati, Endra Susila, Taufik Taufikurahman, Maryam Al Lubbu, Asih Suryati, dalam jurnal ilmiah berjudul Program Percontohan Pembuatan Septic Tank Umum Menuju Lingkungan Dengan Open Defecation Free, Studi Kasus Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman yang keliru terhadap sungai sudah lama tertanam kuat pada masyarakat. Tak heran jika Sungai Citarum pernah dijuluki sungai terkotor di dunia. Pemahaman yang salah pada sungai tentu perlu segera dikoreksi mengingat dampaknya yang besar bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan.

“Tinja yang dibuang ke selokan dan sungai merupakan sumber penyakit karena mengandung bakteri fekal yang patogenik, menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. Dari selokan kotoran yang dibuang ini selanjutnya mencemari sungai, dan untuk di daerah Jawa Barat menyebabkan tercemarnya sungai Citarum,” para peneliti dari ITB tersebut, diakses Sabtu (5/11/2022).

Para peneliti menekankan bahwa daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan sumber air dan kehidupan bagi masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kawasan yang dialiri oleh sungai ini adalah kawasan Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi, Karawang, dan Jakarta.

Sungai Citarum digunakan untuk berbagai fungsi, antara lain: irigasi pertanian, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sumber air untuk masyarakat, dan industri. Namun ironisnya, sungai pun menjadi tempat pembuangan limbah

Menurut Andira Rahmawati dkk, salah satu faktor yang memegang peran penting dalam upaya pembersihan sungai Citarum adalah sanitasi. Sanitasi juga merupakan salah satu faktor penting dari indikator planet (lingkungan) dalam menuju sustainable city.

Peneliti menemukan bahwa Sungai Citarum mengalami penurunan akibat tiga unsur utama yaitu fecal coliform yang berasal dari limbah domestik, fenol yang berasal dari limbah industri, dan sulfida yang berasal dari domestik dan sulfida.

“Jumlah coliform dan faecal coliform di sungai Citarum berada di antara 23 x 103 hingga lebih dari 11 x 104 APM/100 mL yang dikategorikan melewati ambang batas baku mutu air dan juga positif E. coli serta Salmonella sp,” kata para peneliti.

Karena itu, para peneliti merekomendasikan bahwa fasilitas septic tank bisa menjadi salah satu solusi untuk membebaskan Sungai Citarum dari limbah rumah tangga. Peneliti menyarankan agar pemerintah daerah membangun banyak septic tank komunal selain menyosialisasikan pentingnya perubahan cara pandang terhadap sungai.

Baca Juga: Trans Metro Pasundan adalah Hak Warga untuk Mendapatkan Transportasi Publik
Tim Advokasi Keadilan Iklim: Kementerian ESDM Harus segera Mencabut IUPTL PLTU Tanjung Jati A
Jadwal Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas-puskesmas Kota Bandung, Jangkauan Vaksin Booster masih di Bawah 50 Persen

Pencemaran Tinja pada Sungai di Bandung

Pemkot Bandung saat ini berusaha mengejar seluruh kelurahannya berstatus ODF atau tidak ada lagi kasus buang air besar sembarangan ke sungai. Arah untuk memperbanyak septic tank komunal memang sudah terlihat dilakukan Pemkot Bandung dengan membangun septic tank komunal. Namun upaya ini perlu lebih digencarkan lagi.

"Kita dorong septic tank komunal untuk diadakan di tempat-tempat padat penduduk. Dan itu sudah cukup banyak titik komunal yang kita bangun," ucap Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, usai peresmian C-Bodas RC, Kamis 3 November 2022, dikutip dari siaran persnya.

Yana mengatakan, septic tank komunal tidak memerlukan lahan yang luas. Menurutnya, septic tank komunal akan dibangun di tempat-tempat padat penduduk. “Dan itu sudah cukup banyak titik komunal yang kita bangun," ucapnya, tanpa membeberkan data berapa jumlah septic tank komunal di Bandung yang telah dibangun.

Yana menjelaskan bahwa septic tank komunal merupakan septic tank yang digunakan oleh beberapa hunian dalam satu lingkungan. Septic tank dengan model seperti ini cocok digunakan dalam lingkungan tinggal dengan jarak berdekatan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//