• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #12: Agus Sopandi Sang Pelopor Literasi Cicalengka

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #12: Agus Sopandi Sang Pelopor Literasi Cicalengka

Agus Sopandi mendirikan Rumah Baca Kali Atas, perpustakaan bagi warga Cicalengka. Sempat sepi setelah ia meninggal dunia, namun rumah baca ini bangkit kembali.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Beberapa relawan Rumah Baca Kali Atas yang sedang berdiskusi. Rumah Baca Kali Atas merupakan perpustakaan yang didirikan Agus Sopandi di Cicalengka. (Sumber Foto : Andrian Maldini Yudha/penulis)

16 November 2022


BandungBergerak.id - Bapak Agus. Demikianlah kami memanggilnya. Sosok guru yang kami kenal sekaligus seorang perintis literasi di Cicalengka. Namanya telah menggema di seantero Cicalengka bahkan di Jawa Barat. Hal itu bukan tanpa sebab. Hal itu dikarenakan jejak dan langkahnya menyebarkan virus-virus literasi di kalangan masyarakat.

Gerakannya terhadap dunia literasi telah berhasil memobilisasi sebagian masyarakat, khususnya warga Cicalengka, untuk peduli akan pentingnya literasi. Agus sadar betapa pentingnya kemampuan literasi harus dimiliki oleh setiap individu. Tatkala seseorang memiliki kemampuan literasi, maka dia akan memiliki pola pikir yang kritis untuk meninjau isu-isu sosial yang terjadi dan peka untuk menghayati alam sekitarnya.

Tentu hal ini sangat penting sekali dimiliki oleh setiap individu. Oleh karena itu, kemampuan literasi adalah instrumen yang mutlak dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan literasinya akan sangat berguna ketika dia menghadapi suatu isu. Entah itu isu sosial, politik, budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.

Sebuah contoh kongkretnya adalah mengingat di mana kita hidup di sebuah era yang di mana era hidup kita ini dipenuhi dengan dinamika gejolak berita-berita hoax, ujaran kebencian, fitnah, dan seterusnya. Hal itu tentu akan menimbulkan sebuah konflik dan suatu tindakan anarkisme. Lantas bagaimanakah cara supaya kita menghadapi hal itu? Adakah sebuah upaya bagi kita supaya tidak mudah terprovokasi akan hal itu? Maka jawabannya adalah literasi.

Literasi adalah sebuah konsep yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan keterampilan seorang individu dalam membaca, menulis, berbicara, dan memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian tertentu. Maka ketika seseorang memiliki kemampuan literasi, dia tidak akan mudah terjerumus ke dalam berita-berita hoax yang tak jelas asal-usulnya. Kemampuan literasinya akan sangat berguna untuk meninjau dan merefleksikan suatu isu-isu atau berita yang tak jelas genealoginya, maka pada kondisi di era hidup kita sekarang ini literasi adalah komponen yang sangat berguna sekali.

Itulah sebuah niat otentik yang disemai oleh Agus Sopandi pada setiap orang, beliau sangat prihatin sekali melihat orang betapa mudahnya diprovokasi oleh informasi-informasi yang dapat menimbulkan sebuah perpecahan dan konflik yang dapat berimplikasi pada tindakan anarkisme.

Maka dari itu, Agus memulai langkah dan gertakannya untuk membangun sebuah budaya literasi untuk masyarakat. Ia melakukan hal ini tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan suatu imbalan. Semata-mata ia lakukan berdasarkan niat otentiknya untuk membantu masyarakat.

Rumah Baca Kali Atas Sebagai Pilar Untuk Menebar Virus Literasi 

Rumah Baca Kali Atas adalah sebuah perpustakaan yang dibangun Agus Sopandi pada bulan Agustus 28 Oktober 2013 silam yang saat ini masih berdiri kokoh. Terletak di Kp. Kebon Kapas RT 01/01, Desa Cicalengka Wetan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Kurang lebih 9 tahun Rumah Baca Kali Atas telah hadir untuk masyarakat. Rumah Baca Kali Atas memiliki seribu lebih koleksi buku yang terklasifikasi ke dalam beberapa kategori seperti buku novel, buku pendidikan, buku anak-anak, buku komik, buku sejarah, serta beberapa koleksi buku-buku langka.

Agus mendirikan Rumah Baca Kali Atas ini semata-mata diperuntukkan bagi setiap orang yang ingin membaca. Setiap orang yang hendak menyambangi dan meminjam buku ke perpustakaan ini akan disambut dengan sangat baik sekali tanpa harus membayar sepeser pun. Ia akan sangat bahagia sekali ketika perpustakaan banyak disambangi oleh orang-orang.

Tempat inilah titik awal sebagai langkah beliau memulai gerakan literasinya kepada masyarakat. Lewat peranan dan keberadaan perpustakaan Rumah Baca Kali Atas ia telah berhasil menggaet sebagian besar orang untuk tertarik ke dalam dunia literasi. Seperti halnya contohnya saya sebagai muridnya di sekolah dulu.

Ketika saya menjadi muridnya dulu saat sekolah, ia selalu mengedukasi kepada murid-muridnya supaya tertarik ke dalam dunia literasi. Awalnya, saya dulu tidak begitu peduli terhadap dunia literasi. Namun, lambat-laun ia dengan caranya berhasil menyapih saya dan akhirnya pun saya tertarik ke dalam dunia literasi berkat.

Saya menjadi pengunjung setia perpustakaan Rumah Baca Kali Atas. Seminggu 2 kali saya selalu menyambangi tempat itu untuk meminjam buku-buku. Berkat beliau saya pun sadar, bahwa literasi adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dengan kemampuan literasi, orang akan lebih peka untuk menghadapi suatu masalah dan merefleksikan permasalahan itu guna membuat solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan itu. Entah itu masalah pendidikan, budaya, sosial, ataupun politik.

Namun, bukan hanya saya yang akan sadar terhadap pentingnya kemampuan literasi. Kawan-kawan saya yang lain dan sebagian besar masyarakat pun menjadi sadar akan pentingnya kemampuan literasi. Semua itu berkat jasa dan kiprah beliau yang tanpa pamrih menyadarkan kami untuk mengasah dan mempertajam kemampuan literasi.

Oleh karena itu, Rumah Baca Kali Atas selalu menjadi tempat yang selalu dirindukan bagi setiap orang yang peduli akan kemampuan literasi. Selain meminjam buku, di sana kami bisa berdiskusi, membicarakan buku, bertukar pikiran, serta membicarakan isu-isu terbaru yang diperbincangkan oleh masyarakat, entah itu isu-isu sosial, politik, budaya, dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu pun Rumah Baca Kali Atas telah dikenal luas oleh kalangan masyarakat. Rumah Baca Kali Atas kini telah menjalin afiliasi dengan berbagai instansi lain. Berbagai sumbangan buku dari berbagai pihak pun telah tersalurkan ke Rumah Baca Kali Atas sehingga menambah beberapa koleksi buku kami untuk masyarakat dan pengunjung setia Rumah Baca Kali Atas.

Semua ini dikarenakan relasi Agus Sopandi dengan berbagai pihak sehingga Rumah Baca Kali Atas kini telah berkembang pesat sebagai pilar literasi bagi masyarakat Cicalengka.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #9: Kerja Lingkar Kopi Cicalengka Menciptakan Ekosistem Kopi Lokal
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #10: Seniman itu Bernama Ade
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #11: Teten Nuroddin, Penggagas Taman Baca dan Kopi Cikahuripan

Agus Sopandi, pendiri Rumah Baca Kali Atas di Cicalengka. (Sumber Foto : Andrian Maldini Yudha/penulis)
Agus Sopandi, pendiri Rumah Baca Kali Atas di Cicalengka. (Sumber Foto : Andrian Maldini Yudha/penulis)

Peninggalan dan Warisan Agus Sopandi Menjadi Mandat Tersendiri bagi Kami 

Setelah berjuang melawan virus corona varian Delta, tepat pada tanggal 4 Juli 2021, Agus Sopandi dipanggil oleh Sang Maha untuk menghadap-Nya. Rasa pilu pun menghinggapi kami. Kami kehilangan guru sekaligus sosok yang sudah kami anggap sebagai orang tua kami sendiri. Hal ini membuat kami terbenam dalam muara nestapa selama beberapa waktu.

Berbagai pihak dan komunitas-komunitas literasi pun turut berkabung atas kepergian beliau. Karena, perasaan mereka sama, mereka merasa kehilanggan sosok yang semangatnya begitu menggebu-gebu dalam menyebarkan virus literasi serta dedikasihnya untuk masyarakat yang tanpa pamrih tidak dapat diragukan lagi menjadi sebuah berita pilu untuk semua pihak.

Seusai kepergiannya, hal ini begitu berat bagi kami sehingga aktivitas literasi di Rumah Baca Kali Atas sempat terhenti selama beberapa waktu. Rumah Baca Kali Atas menjadi sepi.

Namun, setelah kurang lebih satu tahun kepergiannya. Kami di Rumah Baca Kali Atas membentuk organisasi kerelawanan untuk mengenang semangat dan jasanya untuk menyebarkan virus literasi kepada masyarakat. Seakan Rumah Baca Kali Atas menjadi sebuah Peninggalan yang dimandatkan kepada kami untuk meneruskan perjuangannya untuk menyemai virus literasi.

Oleh karena itu, kini Rumah Baca Kali Atas pun hadir Kembali untuk masyarakat. Kami mengkonfigurasi kembali peninggalan almarhum serta melanjutkan perjuangannya. Semangat yang kami warisi dari almarhum adalah semangatnya yang menggebu untuk menyebarkan virus literasi kepada masyarakat.

Organisasi relawan Rumah Baca Kali Atas kini mencoba untuk mengikuti jejak dan langkah Agus Sopandi untuk memantik dan menggamit masyarakat untuk tertarik ke dalam dunia literasi. Kini atensi literasi di Cicalengka sedikit demi sedikit mulai berkembang.

Kami mencoba untuk mengedukasi betapa pentingnya hidup di era sekarang yang mesti dilengkapi oleh kemampuan literasi yang di mana kemampuan itu secara niscaya akan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat. Walau tak pelak, di era yang serba digital ini sangat sulit sekali untuk memobilisasi masyarakat ke perpustakaan.

Dapat dikata masyarakat sudah terlepas dari buta huruf, meraka bisa membaca. Hanya saja, mereka lebih disibukkan dengan membaca pesan WhatsApp dari pacar, membaca pesan-pesan dari Instagram, atau Tik-tok, yang tak jelas asal-muasalnya. Andai kata mereka tertarik dengan budaya literasi dengan membaca informasi dari buku yang sudah pasti asal-muasalnya, tentu kemampuan literasinya akan lebih otentik dan lebih baik dari sekedar membaca informasi yang kering asal-muasalnya. Karena aroma dari serpihan buku tetap lebih nyaman untuk dibaca daripada layar kontras handphone yang menusuk mata.

Berbagai kegiatan dan program di Rumah Baca Kali Atas pun kini kami sedang upayakan kembali untuk masyarakat. Itulah yang sedang kami teruskan dalam upaya melanjutkan perjuangan beliau dalam menyebarkan virus literasi di Cicalengka. Bapak Agus Sopandi kini telah tiada, namun semangat tetap menggebu-gebu sampai sekarang.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//