• Buku
  • RESENSI BUKU: Benarkah Internet Membuat Kita Bodoh?

RESENSI BUKU: Benarkah Internet Membuat Kita Bodoh?

Internet merupakan temuan manusia yang paling berpengaruh pada abad ke-21 ini. Teknologi informatika banyak membantu sekaligus menghasilkan ketergantungan yang akut.

Buku The Shallows, Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita? karya Nicholass Carr ( Mizan, 2011). (Foto: Muh. Zaky Maulana Malik/Penulis)

Penulis Muh. Zaky Maulana Malik21 Desember 2022


BandungBergerak.id - Ketika jam ditemukan, orang yang tadinya mengatur waktu secara alami mulai memahami bahwa hidup mereka memiliki waktu yang terbatas. Begitu juga ketika peta muncul, dia mulai bergantung pada peta. Selanjutnya internet hadir dan mambuat kehidupan manusia abad ke-21 menjadi bergantung pada mesin pencarian.

Semua itu, khususnya pengaruh internet, dibahas dalam buku “The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita?”. Buku setebal 279 halaman yang berisi tentang dampak dari penggunaan internet bagi cara berpikir ini ditulis oleh Nicholass Carr dengan kata pengantar oleh Ninok Leksono, Rektor Universitas Multimedia Nusantara dan Redaktur Senior Kompas.

Buku ini terbagi dalam beberapa bab. Setiap bab memiliki tema dan pembahasan yang berbeda. Meskipun berbeda, tapi isinya saling berkaitan.

Buku ini memberi saya perspektif baru mengenai teknologi, terutama internet. Betapa kehadiran teknologi sangat membantu kehidupan orang-orang—mudah dan nyaman saat digunakan. Berkat adanya teknologi, produktivitas orang-orang meningkat. Tak hanya produktivitas saja yang mengalami peningkatan, efisiensi pun merupakan buah darinya. Meskipun demikian, pada saat yang bersamaan teknologi pun memiliki sisi negatifnya.

Dimulai dari Jam

Sebelum jam ditemukan, tak ada ukuran waktu bagi orang-orang yang pergi bekerja atau ke kebun atau murid-murid yang pergi ke sekolah. Begitu jam ditemukan, waktu keberangkatan mereka mulai teratur. Tanpa mereka sadari, mereka mulai belajar membagi dan mengatur waktu. Kini mereka punya jadwal waktu untuk bekerja, istirahat, tidur. Mereka tak lagi asal dalam melakukan aktifitas karena mereka sadar segala sesuatu menyedot waktu. Waktu yang mereka miliki terbatas dan dalam waktu yang terbatas ini banyak kewajiban yang harus mereka selesaikan. Oleh sebab itu mereka jadi lebih menghargai waktu bahkan hingga ke detik-detiknya.

Mereka kini diatur oleh waktu dan menjadi mekanis.

Selanjutnya Peta

Sebelum peta ada, orang-orang mengandalkan ingatan mereka untuk setiap wilayah yang mereka jelajahi. Mereka akan berusaha mengingat wilayah itu secara baik-baik di pikirannya. Karena pada saat itu belum ada teknologi, yaitu peta, maka mereka bersandar dan mengandalkan kemampuan mereka. Maka bukan hal yang aneh: ingatan orang-orang dulu mengenai suatu wilayah lebih kuat daripada ingatan orang-orang sekarang.

Kita tengok para pengemudi taksi dan ojek online sekarang. Ingatan mereka mengenai jalanan kota tempat mereka menjelajah begitu buruk. Ini disebabkan karena mereka bergantung pada peta online sehingga jarang mempergunakan otaknya. Menjelajah suatu kota dengan bantuan peta online memang sangat memanjakan pikiran. Pikiran tak merasa lelah karena memang tak dipekerjakan dan tak ada waktu yang terbuang. Tapi akibatnya, mereka kehilangan kemampuan mengingat dengan baik.

Filsuf Jerman, Nietzsche—juga memiliki pengalaman berkenaan dengan teknologi. Sejak adanya mesin tik, Nietzsche menjadi lebih produktif daripada saat ia menulis dengan tangan. Bahkan ia mengakui kalau kemampuan menulisnya jadi lebih baik. Lebih jauh, Nietzsche pun mengatakan kalau ide yang keluar saat ia menulis dengan mesin tik berbeda dengan ide yang keluar saat ia menulis tangan.

Nietzsche mendapatkan ide dan kemampuan menulis yang lebih baik berkat mesin tiknya, Tapi di sisi lain, ia kehilangan kecakapan tangannya dan sentuhan emosional saat menulis dengan tangan. Beberapa orang bernasib seperti Nietzsche. Orang-orang sekarang membajak sawah tidak lagi dengan tangan tapi dengan mesin. Konsekuensinya, tenaga mereka melemah dan mereka kehilangan kecakapan tangan dan sentuhan emosional saat membajak dengan tangan. Tapi produktivitas mereka meningkat.

Baca Juga: Proyek Double Track Cicalengka, Kerusakan dan Manfaat Bagi Warga Sekitar
Minggu Pagi di Bukit Candi Cicalengka
Renungan dari Antrean Panjang di SPBU Cikancung

Zaman Internet

Efek yang sama dan bahkan lebih berbahaya terdapat pada internet.

Orang-orang abad ke-21 mengalami kehidupan yang sangat berbeda dibanding orang-orang pada abad sebelumnya. Penyebab terbesar dari perbedaan ini tentu saja teknologi. Teknologi yang saat ini hampir semua orang gunakan adalah internet.

Segala sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan orang-orang disediakan oleh internet. Berkat adanya internet, siswa-siswa jadi lebih efisien (dalam hal waktu, pikiran dan tenaga) dalam mencari jawaban yang berkenaan dengan tugas-tugasnya. Mereka tak perlu lagi pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan atau bertanya kepada orang yang lebih tua. Mereka hanya perlu membuka gawai atau komputer pribadi lalu pergi ke mesin pencarian—seperti google—dan mengetikkan apa yang mereka butuhkan dan jawaban akan muncul begitu mereka meng-klik-nya.

Kepraktisan yang disediakan internet membuat sebagian orang beralih dari membaca buku ke membaca di layar. Persoalannya, siapa pun dapat menulis di internet. Jadi, sebagian tulisan yang ada belum tentu benar. Tak hanya itu, isinya yang berupa potongan-potongan pun membuat informasi yang diserap tak utuh.

Selain daripada itu, banyak gangguan yang dirasakan saat membaca di internet. Mulai dari notifikasi yang tiada henti dan link­-link yang menggoda untuk disentuh. Apakah membaca di internet yang memiliki banyak gangguan itu efektif?

Jawabannya adalah tidak.

Untuk menyimpan informasi ke dalam otak, seseorang perlu berkosentrasi penuh, mencerna, lalu merenungkan informasi yang baru saja dibaca. Diperlukan suasana yang tenang untuk dapat demikian. Suasana semacam itu tidak ditemukan di internet. Banyaknya notifikasi dan link-link di internet membuat seseorang sulit untuk berkonsentrasi saat membaca. Perhatian yang berpindah-pindah secara cepat dan tak beraturan menurunkan kualitas memori aktif seseorang. Kualitas ingatan seseorang bergantung pada memori aktifnya. Dan kualitas memori aktif bergantung pada lamanya kemampuan memperhatikan. Efek dari menurunnya memori aktif yaitu tak dapat mengingat sesuatu yang baru saja terjadi.

Karena tak dapat mengingat sesuatu yang baru saja terjadi, dan karena internet menyediakan segala yang dibutuhkan, orang-orang menjadi semakin bergantung kepadanya. Secara tak sadar, mereka mulai di bawah kendali internet. Kecerdasan yang dimiliki mereka bukan murni milik mereka, melainkan milik internet. Seperti yang diramalkan sutradara film 2001: Space Of Odyssey, Kubrick, jauh-jauh hari: ketika kita mulai bergantung pada komputer untuk menjadi perantara pemahaman kita tentang dunia, kecerdasan kita sendirilah yang berubah menjadi kecerdasan buatan.

Informasi Buku

Judul: The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita?
Penulis: Nicholass Carr
Penerbit: Penerbit Mizan
Tebal: xvi + 224 halaman
Cetakan: Pertama, 1 Juli 2011
ISBN: 978-979-433-640-3

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//