• Opini
  • Meningkatkan Produktivitas Perusahaan dengan Teori Dua Faktor

Meningkatkan Produktivitas Perusahaan dengan Teori Dua Faktor

Masalah yang sering kali muncul, bagaimana mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja sesuai dengan tuntutan perusahaan.

Clio Nirell Marvelyn

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Unjuk rasa buruh atau pekerja di Gedung Sate, Bandung, akhir 2022. (Foto Ilustrasi dan desain: Prima Mulia, Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

18 Januari 2023


BandungBergerak.idSumber daya manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam menentukan efektivitas organisasi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus terus berinvestasi dalam rekrutmen, seleksi, dan retensi SDM.

Namun masalah yang sering kali muncul yaitu bagaimana mempertahankan karyawan untuk tetap dapat bekerja sesuai dengan tuntutan yang ada, dan selalu semangat dalam mengerjakan setiap pekerjaan. Kondisi ini dipengaruhi oleh seberapa besar kepuasan kerja karyawan terpenuhi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan teori dua faktor sebagai solusi terbaik untuk meningkatkan motivasi karyawan guna meningkatkan produktivitas perusahaan.

Kontribusi pemimpin organisasi dalam memotivasi karyawan

Menurut teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg, ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi kerja seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) atau intrinsik dan faktor ketidakpuasan (hygienes) atau ekstrinsik. Penelitian Frederick Herzberg menunjukkan bahwa motivasi karyawan paling kuat dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), prestasi (achievement), pekerjaan itu sendiri (the work itself), Adanya kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth) dan kemajuan (advancement).

Tiga di antaranya dapat digolongkan sebagai faktor internal yang memerlukan peran seorang pemimpin. Dia sebagai orang yang menggunakan wewenang dan kepemimpinannya dalam memotivasi dan mengarahkan bawahan untuk melakukan sebagian pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi.

Pertama, work itself pemimpin atau manajer bertanggung jawab untuk membagi tugas sesuai dengan keterampilan dan bidang khusus masing-masing karyawan, lebih baik lagi jika pembagian kerja ini dapat disesuaikan dengan kesukaan atau kegemaran karyawan.

Kedua, possibility of growth. Manajer dapat memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri, misalnya dengan selalu memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan dan kegiatan lain yang meningkatkan profesionalisme dan pemahaman.

Ketiga, achievement dorongan dan kesempatan untuk tampil lebih baik di tempat kerja juga yang dicapai dengan menawarkan hadiah atau penghargaan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.

Baca Juga: Membedah Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di Area Pertambangan
Aplikasi Arsitektur Hijau Berkelanjutan dalam Pembangunan Perkantoran
Pajak Minuman Berpemanis dalam Kemasan, Apakah Perlu?

Kepuasan Karyawan Mengarah pada Kinerja Produktif

Karyawan yang terdorong secara intrinsik akan lebih menyukai pekerjaan yang memungkinkan menggunakan kreativitas, inovasinya, dan bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi. Otonomi kerja sendiri didefinisikan sebagai sejauh mana pekerjaan menawarkan kebebasan yang cukup besar, membuktikan kebebasan pilihan kepada individu dalam penjadwalan pekerjaan dan juga mendefinisikan maksud dari tugas yang ingin dicapai.

Karyawan yang dapat bekerja dengan tingkat otonomi tinggi akan diberi kebebasan substansial, kemandirian, dan keleluasaan untuk menjadwalkan pekerjaan, menentukan prosedur, dan keputusan strategis dalam melaksanakan pekerjaan. Mereka dianggap dapat bertanggungjawab dan profesional sehingga tidak memerlukan pengawasan yang ketat. Hal ini  akan  meningkatkan kinerja karena memberikan tanggung jawab atau responsibility yang lebih akan membuat orang lebih termotivasi untuk menjalankannya dengan baik karena dipercaya, dianggap mampu dan bisa diandalkan.

Penundaan PHK

Berdasarkan data dari serikat pekerja dan Dinas Tenaga Kerja Jawa Barat, krisis global yang sedang terjadi dari awal tahun sampai 29 September 2022 menghasilkan 43.567 orang di PHK dari 87 perusahaan. Pada dasarnya pemutusan hubungan kerja atau PHK merupakan hal yang wajar dalam dunia ketenagakerjaan, akan tetapi pelaksanaannya membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang cukup banyak.

Oleh karena itu, PHK sebaiknya tidak dilakukan dan dapat menjadi upaya terakhir yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah. Ada tiga aspek yang dapat memicu keputusan PHK oleh perusahaan diantaranya adanya penyederhanaan organisasi, pelanggaran disiplin, dan ketidakmampuan karyawan. Penyederhanaan organisasi ini disebabkan oleh pihak perusahaan yang sedang mengalami kesulitan sehingga penyederhanaan dan rasionalisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas perusahaan.

Pelanggaran disiplin dan ketidakmampuan karyawan disebabkan oleh faktor intrinsik yang tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi saat perusahaan tidak memberikan pelatihan yang memadai hal itu akan meningkatkan kemungkinan karyawan melakukan kesalahan fatal dan ketidakpuasan karyawan yang mengurangi efisiensi karyawan membuat perusahaan berasumsi bahwa karyawan tersebut tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Kinerja karyawan yang optimal merupakan aspek penting dari suatu organisasi karena dapat meningkatkan keterampilan, efisiensi, dan produktivitas perusahaan. Motivasi kerja yang tinggi menjadi pendorong agar setiap orang dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Kepemimpinan yang baik dan otonomi pekerjaan yang tinggi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, dan menjadi panutan dalam mendorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik sesuai dengan harapan dan tujuan perusahaan itu sendiri.

Selain itu, faktor kepuasan karyawan yang berhasil terpenuhi memastikan bahwa perusahaan puas dengan kinerja karyawan, sehingga pemutusan hubungan kerja dapat diminimalkan. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk memenuhi faktor kepuasan karyawan adalah dengan mengidentifikasi setiap karakteristik karyawan untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan kepribadian karyawan sehingga produktivitas dapat tercapai secara maksimal.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//