• Kolom
  • BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #1: Kelahiran County North Yorkshire

BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #1: Kelahiran County North Yorkshire

Kamus Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg sudah lama menjadi rujukan. Namun biografi Jonathan Rigg sendiri belum banyak terungkap.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Foto lama Church of Saint Patrick, tempat Hugh Rigg mengabdikan dirinya menjadi kepala gereja antara 1811-1866. (Sumber: patrickbrompton.com)

31 Januari 2023


BandungBergerak.idBanyak fakta yang menunjukkan betapa A Dictionary of the Sunda Language (1862) karya Jonathan Rigg sekarang banyak dijadikan acuan. Sebagai buktinya, saya akan mengutip beberapa buku yang mengambil pembahasan dari kamus Sunda-Inggris tersebut.

Mamat Sasmita melalui karyanya (Mengenal Teknologi Tradisional Orang Sunda, 2022: 185) antara lain mencari dan menemukan arti kata “pamuk”, Jamaludin (Estetika Sunda, 2022: 76) mendapatkan keterangan di balik kata “waas”, Pepep DW (Manusia dan Gunung: Teologi-Bandung-Ekologi, 2018: 210) memperoleh penjelasan “kendang” dalam konteks gunung, dalam Membongkar Budaya Komunikasi (2017: 239) susunan Deddy Mulyana, dkk., diketahui dari Jonathan Rigg bahwa kata “surabi” sudah tertulis sejak 1862. Selain karya-karya itu, tentu saja banyak pustaka lainnya yang menggunakan A Dictionary of the Sunda Language sebagai rujukan.

Massifnya penggunaan kamus Jonathan Rigg itu, saya pikir, tidak terlepas dari beberapa hal. Pertama, pengenalan secara agak rinci mengenai Jonathan Rigg dan karya leksikografinya lebih dulu dilakukan Mikihiro Moriyama, melalui karyanya Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya, Cetak, dan Kesusastraan Sunda Abad ke-19 (2005) dan Sundanese Print Culture and Modernity in Nineteenth-century (2005). Terutama Semangat Baru, saya pikir, bisa jadi, semacam pengantar bagi kalangan luas di Indonesia untuk lebih mengenal Jonathan Rigg dan karyanya.

Kedua, penyebabnya adalah kamus itu didigitalisasi ke dalam format buku elektronik oleh Google dan dapat diakses di laman books.google.com. Buku A Dictionary of the Sunda Language yang didigitalisasi Google antara lain dari Harvard University (didigitalisasi pada 5 Februari 2008), The University of Michigan (19 Februari 2008), Ghent University (21 Oct 2009), The Bavarian State Library (30 Nov 2010), National Library of the Netherlands (21 Jan 2013), dan lain-lain.

Terutama hal kedua inilah yang sudah pasti banyak ditempuh para pemakai kamus Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg. Mereka mengunduh file digitalnya, yang bisa saja berupa format pdf, epub, atau txt. Dari file-file itulah orang dapat melakukan penelusuran kata-kata bahasa Sunda pada paruh kedua abad ke-19 dan padanannya dan atau penjelasannya dalam bahasa Inggris.

Hal ketiga, A Dictionary of the Sunda Language diterbitkan lagi secara verbatim oleh Kiblat Buku Utama pada tahun 2009 dengan tajuk A Dictionary of the Sunda language of Java: Kamus Sunda-Inggris, disertai keterangan sebagai cetakan kedua. Karena barangkali cetakannya merujuk kepada cetakan pertama oleh Lange & Co., di Batavia. Penerbitan kembali ini pun, saya pikir, banyak pengaruhnya terhadap massifnya kamus tersebut digunakan.

Pencarian sejak 2007

Sayangnya, meski kerap kali digunakan, A Dictionary of the Sunda Language masih minus biografi penyusunnya. Satu-satunya yang relatif agak banyak menyertakan keterangan tentang Jonathan Rigg adalah Mikihiro Moriyama (2005).

Dari Moriyama (2005: 26-27, 46) antara lain kita dapat mengetahui bahwa Jonathan Rigg adalah “pengusaha perkebunan teh berkewarganegaraan Inggris yang tinggal di Bogor selatan”. Ia menyusun kamus Sunda-Inggris untuk mengikuti sayembara penulisan kamus Sunda yang lebih lengkap ketimbang susunan Andries de Wilde (1841). Penyelenggara sayembaranya Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan diumumkan oleh sekretaris lembaga itu, Pieter Mijer, pada 9 Oktober 1843.

Jonathan berhasil menyusun kamusnya pada 1854, tiga belas tahun setelah terbitnya kamus De Wilde, atau sebelas tahun setelah pengumuman Mijer. Kata Moriyama, “Kamus Rigg menandai suatu era dalam sejarah bahasa Sunda. Orang Inggris sukses di Jawa Barat, bukan orang Belanda, dan dalam hal ini tidaklah sulit untuk membayangkan frustrasi yang dirasakan oleh orang Belanda. Walaupun Belanda telah lama memberi perhatian pada Hindia-Timur dan mempelajarinya, orang Inggrislah (Raffles, Crawfurd, dan Rigg) yang memberikan sumbangan ilmiah terpenting, khususnya mengenai bahasa Sunda.”

Meski demikian, kata Moriyama (2005: 46), sama seperti para peneliti sebelumnya, Jonathan juga “tidak menemukan kesastraan Sunda”.

Karena minus riwayat hidup Jonathan Rigg itu, saya terdorong untuk melakukan penelusuran pustaka paling tidak sejak 2007 hingga 2022. Hasilnya, saya sempat menuliskannya dalam tulisan “Jasa Jonathan dari Jasinga” yang dimuat pada rubrik “Kampus” (HU. Pikiran Rakyat, edisi Kamis, 28 Juni 2007). Setelah diperbaharui, saya menulis lagi mengenai Jonathan Rigg dalam majalah Karsa Vol. 1 No. 5, November 2011 dengan tajuk “Jonathan dari Jasinga” dan terjemahannya dalam majalah Sunda Cupumanik No. 106, Mei 2012 berjudul “Jonathan ti Jasinga”.

Namun, tetap saja, dari ketiga tulisan itu, saya masih tetap merasa sangat kurang. Meski pada tulisan kedua dan ketiga, saya sudah memasukkan titimangsa kematian Jonathan Rigg, sejumlah artikel yang ditulisnya selain kamus Sunda, nama anak perempuannya, bidang usahanya yang tidak hanya di Jasinga melainkan juga di Surabaya, tetapi tetap saja saya masih merasa kurang.

Untung saja, tidak patah semangat. Seiring berjalannya waktu, data terkait riwayat hidup Jonathan Rigg bertambah banyak dari unggahan tulisan, buku, artikel, majalah, jurnal lama di internet. Hingga akhir 2022, saya sudah mendapatkan rincian biografi Jonathan Rigg, terutama setelah menemukan data keluarganya dalam laman genealogi wikitree.com. Meskipun tidak lengkap.

Oleh karena itu, agar gambaran hidup Jonathan Rigg relatif utuh, sekarang saya memberanikan diri untuk mencicil hasil pencarian remah-remah informasi yang sudah saya kumpulkan sejak 2007. Seperti biasanya, saya akan melakukan penulisan biografinya secara kronologis, dari kejadian paling lama menuju ke yang paling baru. Untuk tulisan pertama ini, saya akan membahas latar belakang keluarga dan lingkungan tempat Jonathan Rigg dibesarkan.

 Hugh Rigg (1782-1866) mempunyai beberapa orang anak dan Jonathan Rigg (1809-1871) adalah anak sulungnya. (Sumber: harveyhistoryonline.com)
Hugh Rigg (1782-1866) mempunyai beberapa orang anak dan Jonathan Rigg (1809-1871) adalah anak sulungnya. (Sumber: harveyhistoryonline.com)

Baca Juga: SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #1: Gagasan dan Titimangsa Terbit
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #1: Berangkat dari Paguyuban Pasundan
BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #1: Mengapa Mengkaji Tuan Tanah Ujungberung dan Sukabumi?

Anak Sulung Hugh dan Maria

Saya akan mengedepankan dulu data sedikit riwayat Jonathan Rigg di Pulau Jawa, anaknya, dan data kematiannya. Mengenai hal ini saya temukan keterangannya dari Genealogische en heraldische gedenkwaardigheden betreffende op Java, Vol 1 (1934: xvii) susunan Mr. P.C. Bloys van Treslong Prins. Di situ dikatakan Jonathan Rigg membeli 1/8 porsi lahan Jasinga dari Robert Addison pada 17 Maret 1830. Robert Addison sendiri adalah paman jauh Jonathan, dan ketika Robert meninggal pada 12 April 1862 Jonathan mendapatkan warisan 5/8 dari lahan Jasinga. Ketika Jonatahan sendiri meninggal dunia, lahan Jasinga diwariskan kepada anaknya Emma Rigg sebesar 3/4 porsi.

Menurut van Treslong Prins (1934: 186), Jonathan Rigg meninggal dunia dan dimakamkan di Jasinga, Bogor, pada 1 Februari 1871, dalam usia 61 tahun. Selain Emma Rigg, ternyata ia juga memiliki seorang anak laki-laki yang meninggal sewaktu kecil di Jasinga. Namanya sama dengan ayahnya, Jonathan, dilahirkan di Surabaya pada 6 April 1848 dan meninggal di Jasinga pada 16 Juni 1855.

Dengan data di atas, kita dapat memperkirakan Jonathan Rigg dilahirkan selambat-lambatnya pada tahun 1810. Kemudian dalam usianya yang baru 20 tahun pada 1830, ia sudah berada di Pulau Jawa, dan membeli sebagian lahan Jasinga dari pamannya sendiri. Selain di Jasinga, menurut data di atas, Jonathan aktif juga di Surabaya paling tidak pada tahun 1848 saat anak lelakinya lahir di sana. Kemudian pada 1862 saat pamannya meninggal dunia, ia dapat dibilang menguasai seluruhnya lahan Jasinga.

Namun, keterangan di atas belum dapat menjelaskan kapan dan bagaimana latar belakang Jonathan Rigg, termasuk bapak dan ibunya, dan anggota keluarga lainnya? Mengenai hal ini, saya mendapatkan jawabannya dari data yang dikumpulkan wikitree.com dan harveyhistoryonline.com. Dari sana, jelaslah latar belakang keluarganya.

Dari England Births and Christenings, 1538-1975  (yang dikutip wikitree.com), diketahui Jonathan Rigg dilahirkan dan dibaptis pada 13 April 1809 di Patrick Brompton, Yorkshire, Inggris. Ayahnya Hugh Rigg (1782-1866) dan ibunya Maria Addison (aft. 1783-1871). Ayahnya dilahirkan pada 10 Februari 1782 di Crosby Ravensworth, Westmorland, dan ibunya setelah tahun 1783 di Morland, Westmorland, Inggris. Mereka menikah pada 18 Mei 1808 di Crosby Ravensworth.

Dari hasil pernikahan tersebut, pasangan Hugh dan Maria dianugerahi beberapa orang anak, yaitu Jonathan Rigg (dilahirkan pada 13 April 1809), Elizabeth Rigg (lahir pada 18 Februari 1811), Margaret Rigg (dilahirkan pada 15 Juli 1812), Dinah Maria Rigg (3 April 1814), Christopher Robert (19 September 1819), dan Letnan Kolonel Hugh Rigg (6 January 1823). Dari urutan tersebut, kita mafhum bahwa Jonathan Rigg adalah anak sulung pasangan Hugh dan Maria.

Hugh Rigg bekerja sebagai pendeta. Mula-mula dia ditempatkan di East Hauxwell hingga dipindahkan ke North Yorkshire pada tahun 1811. Ia kemudian menjadi kepala gereja St Patrick's Church atau Church of Saint Patrick di Patrick Brompton, selama hampir 55 tahun. Hugh dilantik menjadi kepala gereja St Patrick's Church pada 31 Maret 1811 hingga kematiannya menjelang pada 20 Februari 1866 dalam usia 84 tahun.

Desa dan Paroki Patrick Brompton

Mengenai Patrick Brompton, khususnya St Patrick's Church, menarik untuk dibahas, karena nantinya akan terus berpengaruh kepada Jonathan Rigg. Menurut berbagai pustaka, seperti A New and Complete History of the County York (1831: 318) karya Thomas Allen, History, Gazetteer, and Directory, of the East and North Ridings of Yorkshire (1840: 580) karya William White, History and Topography of the City of York; and the North Riding of Yorkshire, Vol. 2 (1859: 345) karya Whellan T & co.

Menurut Thomas Allen (1831: 318), Patrick Brompton adalah kota parko, tiga mil dari Bedale, terdiri atas 158 orang penghuni. Gerejanya, yang dipersembahkan bagi St. Patrick, terus menerus mendapatkan jabatan kepala gereja, dalam Keuskupan Chester, yang bernilai parlementer sebesar 47 poundsterling; patronnya adalah Uskup Chester. Aula St. Patrick menjadi tempat kediaman bagi G. Elsley, Esq.

Hampir satu dasawarsa kemudian, William White (1840: 580) menyatakan bahwa Patrick Brompton adalah desa yang menyenangkan, terletak di kedua sisi anak sungai kecil, beberapa mil di barat laut Bedale, dan jumlah penghuninya sebanyak 188 orang. Lahannya sebesar 1173A. 2R. 30P, yang 593A. 3R. 36P di antaranya berada di sisi timur anak sungai, di Paroki Bedale, tetapi bagian terbesar desa tersebut berada di seberang sungai, yang dilintasi dengan jembatan batu berkualitas bagus dan dibuat pada 1820. Paroki Patrick Brompton juga mencakup Newton-le-Willows dan sebagian besar Hunton dan Arrathorne.

Selanjutnya, kata William White, Duke of Leeds yang mempunyai lahan yang besar sebagai tuan tanah, sementara C.H. Elsley, Esq yang mempunyai aula dengan lahan besar dan impropriator sebagian besar zakat yang diberikan gereja, bagian yang dia jual kepada para tuan tanah lainnya. Sementara gerejanya sendiri, St. Patrick berupa bangunan gotik yang indah dan terus menerus mendapatkan jabatan kepala gereja, bernilai 96 poundsterling ditambah 200 poundsterling QAB pada tahun 1767; dana bantuan parlementer sebesar 1.300 poundsterling pada 1813 dan 1818; 200 poundsterling diberikan oleh Nyonya Ursula Taylor; dan 300 poundsterling diberikan oleh patron dan kepala gereja yang sedang menjabat, untuk membeli lahannya. Uskup Chester adalah patronnya dan kepala gereja yang sedang menjabat adalah Rev. Hugh Rigg.

Data yang diterakan oleh Whellan T & co (1859: 345) kurang-lebih sama dengan William White. Sebagai pengayaannya, Whellan T & co menyebutkan bahwa Paroki Patrick Brompton yang terdiri atas empat desa itu jumlah lahanya mencapai 5,757 acre dan jumlah penduduknya pada tahun 1851 sebanyak 1.159 orang. Khusus Desa Patrick Brompton-nya sendiri, jumlah lahannya sebesar 1.280 acre dengan penduduk berjumlah 191 orang.

Di masa sekarang, sebagaimana yang dicatat oleh Janet Whitfield (Patrick Brompton & its people, dalam patrickbrompton.com) dan Wikipedia, Patrick Brompton masih berstatus sebagai desa dan paroki sipil. Desa tersebut masuk ke Distrik Richmondshire, County North Yorkshire, England. Lokasinya berada sekitar 4 mil dari Bedale dan berada pada A684. Nama Desa Patrick Brompton pertama kali disebut-sebut dalam Domesday Book, yang ditulis pada tahun 1086. Desa ini terletak pada akses baik ke Wensleydale maupun Swaledale, dua lembah yang paling menarik di Yorkshire.

Jumlah penduduk Paroki Patrick Brompton agaknya berkurang dibandingkan dengan sensus pada abad ke-19 sebagaimana yang dikemukakan dalam buku-buku di atas, karena pada 2001 jumlahnya tercatat 155 orang dan meningkat menjadi 167 orang pada sensus tahun 2011. Selengkapnya alamat paroki itu adalah The Parish Church of Saint Patrick, Dale End, Cowling Ln, Patrick Brompton, Bedale DL8 1JW, United Kingdom. Jaraknya dari Kota London sejauh 234 hingga 257 mil yang dapat ditempuh dengan berkendara mobil selama sekitar 5 jam.

Demikianlah latar belakang lingkungan asal Jonathan Rigg nun beribu-ribu kilometer jauhnya dari Jasinga, tempat dia mengembara, meniti karier sebagai tuan tanah, menjadi anggota lembaga ilmiah kolonial Hindia Belanda, aktif menulis, termasuk menyusun kamus Sunda-Inggris yang pertama, hingga dipusarakan di sekitar tanah yang dimilikinya di Pulau Jawa itu.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//