• HAM
  • Mempersiapkan Pemuda yang Toleran Menjelang Pemilu 2024

Mempersiapkan Pemuda yang Toleran Menjelang Pemilu 2024

Politik identitas seperti suku agama ras dan antargolongan (SARA) kerap meningkat menjelang tahun politik. Isu ini bahkan menjadi gorengan politik.

Foto bersama peserta Youth Interfaith Camp di Wisata Alam Jabar Nur, Tasikmalaya. (Dok. Pribadi Sobat KBB).

Penulis Awla Rajul1 Maret 2023


BandungBergerak.idMenjelang Pemilu 2024, isu-isu seputar intoleransi dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) sering mencuat dan memanas. Bahkan isu-isu KBB ini bisa berkembang menjadi gorengan politik. Upaya mitigasi untuk meminimalkan kasus pelanggaran terhadap KBB harus dipersiapkan sejak dini.

Wacana tersebut mencuat dalam acara Solidaritas Bersama Korban Tindak Kekerasan Beragama dan Berkepercayaan (Sobat KBB) saat melaksanakan kegiatan “Youth Interfaith Camp” bagi pemuda lintas iman dan agama dari Tasikmalaya dan Garut di Wisata Alam Jabar Nur, Tasikmalaya. Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini, sejak Jumat hingga Minggu, 24-26 Februari 2023, dihadiri 20 orang peserta perwakilan dari agama, kepercayaan dan organisasi kepemudaan dari dua daerah tersebut.

Koordinator Sobat KBB Angelique Maria Cuaca mengatakan, berkaca dari tahun politik saat pilpres dan pemilu 2019, pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan selalu marak. Isu politik identitas seperti suku agama ras dan antargolongan (SARA) hingga gelombang radikalisme kerap meningkat menjelang tahun politik.

Akibat yang ditimbulkan adalah masyarakat mengalami keresahan, terjadinya pecah-belah dan saling membenci antarmasyarakat. Maria menyebutkan bahwa kondisi seperti ini bukan hanya terjadi menjelang pemilu, tapi hingga pascapemilu.

“Kita mendorong supaya menjelang tahun 2024, isu-isu intoleran, isu bernuansa SARA itu bisa kita minimalkan. Karena belajar dari pengalaman pilkada dan pilpres sebelumnya, isu terkait SARA dan intoleransi ini selalu meningkat menjelang tahun politik,” ungkap Maria ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (28/2/2023).

Mengenai acara Sobat KBB, Maria menyebutkan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada peserta agar belajar mitigasi konflik terkait persoalan konflik identitas menjelang 2024. Harapannya dari kegiatan ini, pemuda-pemuda yang datang dari latar belakang berbeda ini bisa berkontribusi untuk perdamaian dan toleransi di Tasikmalaya dan Garut.

Para peserta Sobat KBB juga disiapkan agar mampu meminimalisir upaya pemecahan di masyarakat di masa tahun politik. Selain itu, kegiatan ini mendorong agar peserta membuat simpul-simpul komunitas anak muda lintas iman di daerahnya masing-masing.

Tempat kegiatan dipilih berdasarkan laporan dari Setara Institute yang menyebutkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan angka kasus KBB terbanyak, di mana tingkat persolan intoleransi di Tasikmalaya dan Garut cukup tinggi. Di tambah saat pemilu 2024, kedua daerah ini akan menghadapi empat pemilihan secara bersamaan, yaitu pilpres, pileg, pilgub, dan pilbup.

“Sehingga ini menjadi zona yang kenapa kita memfokuskan Jawa Barat di dua tempat itu di awal tahun ini,” tambahnya.

Indonesia saat tahun-tahun politik memang cenderung melahirkan segregasi atau pemisahan kelompok dari isu-isu intoleransi, radikalisme, politik identitas, dan lainnya. Sehingga, Maria melanjutkan membangun ruang interaksi sangat penting untuk merawat keberagaman dan membangun solidaritas sebagai usaha untuk menghapus praktik diskriminasi dan intoleransi.

Situasi nasional menjelang pemilu 2024 juga mulai memanas dengan terjadinya gelombang radikalisme dan intoleransi, seperti pelarangan pembangunan madrasah yang dikelola oleh Ahmadiyah di Sukabumi, pembubaran ibadah yang dialami Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) di Bogor, dan pelarangan beribadah Gereja Protestan Injil Nusantara (GPIN) Filadelfia di Bandar Lampung.

Maria berharap organisasi sipil masyarakat harus bisa berkolaborasi untuk mengurangi isu SARA, intoleransi dan ujaran kebencian.

“Harapannya bagaimana CSO-CSO (organisasi masyarakat sipil) ini bisa memulai kolaborasi untuk mempersiapkan itu dan persoalan-persoalan intoleransi yang memang sudah terjadi. Dan sama-sama melakukan kampanye damai menjelang 2024,” lanjutnya.

Sobat KBB merupakan wadah solidaritas bagi korban kekerasan, pengabaian, pelanggaran dan kejahatan KBB di Indonesia. Sobat KBB juga merupakan wadah dukungan bagi para peduli korban untuk membentuk aliansi di Indonesia yang toleran dan damai. Solidaritas ini tidak hanya dibentuk oleh korban, tapi juga dibentuk dari inisiatif pendamping-pendamping korban. Dalam melakukan advokasi solidaritas ini berjejaring dengan YLBHI, Sejuk, Setara Institute, dan lain-lain.

Baca Juga: Jawa Barat Peringkat Dua dalam Catatan Pelanggaran Kebebasan Beragama
Tarawangsa dalam Panggung Modern Pidangan Rumawat Padjadjaran
Mengukur Jawa Barat sebagai Provinsi Toleran atau tidak

Anak Muda Paham Politik

Fenomena pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di tahun-tahun politik memang kerap kali terjadi. KBB sekaligus menjadi isu yang sensitif bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Terlebih isu ini kerap kali digoreng oleh tokoh-tokoh politik untuk mendapatkan suara. Sehingga potensi kasus pelanggaran KBB, intoleransi, dan semacamnya menjadi keniscayaan.

Anak muda dinilai memiliki peran penting dalam mengurangi risiko pelanggaran KBB. Koordinator Divisi Program Jaringan Kerukunan Antar Umat Beragama (Jakatarub) Gilang Prasetyo Adjie Muhamad mengajak anak muda agar mau memahami isu KBB dan pentingnya merawat toleransi.

“Kami dari Jakatarub pengin membuat sesuatu untuk merespons itu. Pengin membuat ajakan-ajakan untuk anak muda untuk lebih aware dan lebih peka agar isu-isu ini jangan sampai terpengaruh,” ungkap Gilang, kepada BandungBergerak.id, Selasa (28/2/2023).

Anak muda dinilai cepat terpengaruh dengan isu-isu agama. Hal ini ditengarai oleh doktrin agama yang sensitif di Indonesia. Gilang menyebutkan potensi pelanggaran KBB akan terasa tidak hanya terjadi menjelang pemilu namun juga pascapemilu. Terlebih di Jawa Barat dengan mayoritas penduduknya Islam.

Jawa Barat juga dinilai berpotensi mengalami kasus pelanggaran KBB yang tinggi. Menurut laporan Setara Institute, Jawa Barat dalam beberapa tahun ke belakang menduduki posisi pertama dengan angka kasus pelanggaran KBB terbanyak. Baru di tahun 2022 pelanggaran KBB di Jawa Barat turun di posisi kedua.

Gilang menyebutkan Jakatarub sedang menyiapkan agar potensi pelanggaran KBB bisa diminimalkan. Ia juga menyebutkan, program Jakatarub yang akan dilaksanakan di tahun 2023 menyasar anak muda. Pihaknya berencana akan membuat kegiatan dengan topik-topik umum seperti HAM dan KBB, dan topik khusus tentang politik identitas. Ia menekankan agar anak muda harus mengerti politik dan harus skeptis saat melahap informasi.

“Anak muda harus lebih peka lagi terhadap suatu berita itu hoax atau bukan. Karena nanti akan digoreng adalah isu-isu yang gak benar, hoax. Kita pengin ngajak anak-anak muda untuk lebih peka lagi, lebih kritis lagi untuk mencari tau dan menelaah itu suatu berita yang benar atau hanya di-hoax-kan,” lanjutnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//