• Kolom
  • BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #7: Menyusun Kamus Sunda-Inggris

BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #7: Menyusun Kamus Sunda-Inggris

Jonathan Rigg mengundang juru pantun Ki Gembang untuk menyusun kamus Sunda-Inggris yang kemudian terbit dengan judul” A Dictionary of the Sunda Language of Java”.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Jonathan Rigg memberi titimangsa Jasinga, 5 Agustus 1862, pada kata pengantar kamus susunannya. Sumber: Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weenschappen, Deel XXIX (1862). (Sumber: Google Books)

14 Maret 2023


BandungBergerak.id – Kontribusi besar Jonathan Rigg bagi perkembangan kebudayaan Sunda adalah kamus Sunda-Inggris. Judul lengkapnya A Dictionary of the Sunda Language of Java, dimuat sebagai edisi khusus Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weenschappen (Diskursus Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) edisi ke-29 (1862), dan diterbitkan Lange & Co, Batavia.

Tebal bukunya terdiri atas “Preface” sebanyak 16 halaman Romawi (XVI), lema setebal 537 halaman, dan “Errata” di bagian belakang sebanyak 5 halaman Romawi (V). Lema yang dimuat sebanyak 9.308 buah, dengan lema K yang terbanyak (1.034), kemudian S (946 lema), P (937 lema), dan yang paling sedikit adalah Y (16 lema). Di halaman awal judul terdapat semacam persembahan, yang berbunyi: “Beunang guguru ti gunung, beunang nanya ti Guriang (I have been taught it among the mountain, I have enquired after it from the mountain spirit)”.

Mengenai latar belakang penyusunannya, diterangkan Jonathan Rigg dalam “Preface” (kata pengantar). Di situ antara lain dia menyampaikan masyarakat Sunda, sekarang ini, tidak memiliki aksara tulis sendiri. Di sepanjang Banten dan Bogor, mereka menggunakan aksara Arab ketika menulis, yang dapat dibilang jarang digunakan dalam bahasa daerahnya sendiri, tetapi mereka menulis peringatan apapun dalam bahasa Melayu. Di kabupaten-kabupaten Priangan aksara Jawa yang kerap digunakan. Batu Tulis di dekat Bogor yang belakang dibaca oleh R. Friederich barangkali adalah sisa aksara Sunda asli. Meski demikian, prasasti ini berisi kata-kata Sunda yang sukar dikenali, melainkan percobaan kasar untuk mencampuradukkan banyak kosakata Sanskerta, yang juga bisa diterapkan pada prasasti Kawali di Cirebon.

Selanjutnya, ia mengakui berhutang budi pada pembacaannya atas karya-karya tulis Crawfurd, Marsden, P. P. Roorda (1835), Andries de Wilde (1841), serta orang-orang Eropa lainnya yang meneliti kebudayaan Sunda khususnya dan kebudayaan Indonesia umumnya.

Selain itu, ia merasa sangat berutang budi pada Ki Gembang, juru pantun, yang diundangnya untuk mementaskan pantun Sunda agar memperoleh pengetahuan bahasa Sunda. Katanya, dengan maksud mengumpulkan sedikit-sedikit adat dan pengetahuan lama serta bahasa negeri ini (Sunda), bertahun-tahun lalu, saya mengundang penyair kampung, disebut tukang pantun atau juru dongeng untuk membawakan kisah. Orang ini disebut Ki Gembang yang 12 atau 15 tahun yang lalu, sangat populer di kalangan bumiputra, dan banyak diundang ke sekitar bagian barat Provinsi Bogor. Subjek kisahnya masa lalu, kala Pajajaran maju, lalu bumiputra saat ini akan duduk semalam suntuk, menyimak lakon yang terlelap lama di masa lalu. Legenda-legenda seperti itu tidak berharga dari sisi sejarah, tetapi kaya kejenakaan dan humor bumiputra, dan banyak sekali mengandung kata-kata, yang jarang terdengar dalam percakapan sehari-hari. Keahlian Ki Gembang saat ini telah diturunkan kepada anak laki-lakinya.

Selain itu, Jonathan Rigg sangat berterima kasih kepada Demang Jasinga Raden Nata Wireja, yang menjadi narasumber sekaligus teman diskusinya mengenai keseluruhan kamus serta jasa baiknya memeriksa kata-kata Sunda yang sulit selama beberapa bulan pada 1854 (“The last of my authorities, to whom I am perhaps the most indebted, is the present Demang of Jasinga, Raden Nata Wiréja, with whom I have gone over the whole dictionary, that is all words of which I was not sufiiciently certain , and who during several months of 1854, at intervals, devoted a couple of hours per day, to assisting me with the elucidation of difficult or doubtful words”).

Menariknya, kata pengantar Jonatahan selesai ditulis di Jasinga pada 5 Agustus 1862. Ini mengandung arti ada selisih delapan tahun setelah ia memeriksakan naskah kamus kepada Nata Wireja sekaligus menandakan kata pengantar itu ditulis menjelang naskah masuk ke percetakan. Karena menurut Mikihiro Moriyama (Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19, 2005: 26), naskah Jonathan Rigg diselesaikan pada 1854. Namun, apakah demikian? Dan apa sesungguhnya yang mendorong Jonathan menyusun kamus Sunda-Inggris? Bagaimana prosesnya?

Penerbitan kamus Jonathan Rigg sudah direncanakan Perhimpunan Batavia sejak 24 April 1855. Sumber: Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Deel IV (1855). (Sumber: Google Books)
Penerbitan kamus Jonathan Rigg sudah direncanakan Perhimpunan Batavia sejak 24 April 1855. Sumber: Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Deel IV (1855). (Sumber: Google Books)

Baca Juga: BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #6: Anggota Perhimpunan Ilmiah
BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #5: Sejumlah Tulisan di Jurnal Ilmiah
BIOGRAFI JONATHAN RIGG 1809-1871 #4: Pemilik Kapal Laut Jane Serena
SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #12: Mohamad Koerdie

Tertunda-tunda

Mikihiro Moriyama menjawab pertanyaan terakhir dengan menyebutkan latar belakang penyusunan kamus oleh Jonathan Rigg adalah pengumuman sekretaris Perhimpunan Batavia Pieter Mijer pada 9 Oktober 1843. Ia mengiming-imingi hadiah uang sebesar 1000 gulden dan medali emas (atau 300 gulden) untuk yang berhasil menyusun Kamus Bahasa Sunda yang baru yang lebih baik, dari susunan Andries de Wilde (1841).

Sumber rujukan oleh Mikihiro adalah “Prijsvragen, uitgeschreven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen” dalam Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Deel XIX (1843). Namun, saya sendiri menemukan Pieter mengumumkan hal yang sama sebelumnya pada 1842, melalui tulisan “Prijsvragen, uitgeschreven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen” (dalam Tijdschrift voor Neêrland's Indie, Deel II, 1842: 310-317; dan Javasche Courant edisi 1 Juni 1842). Tulisan itu diberi titimangsa Batavia, 25 Mei 1842.

Memang Jonathan yang pertama menyerahkan kamus Sunda ke Perhimpunan Batavia. Saya sendiri mendapatkan rencana-rencana penerbitan karya Jonathan Rigg itu sejak 1855, yaitu dari laporan-laporan rapat umum Perhimpunan Batavia. Dari “Verslag van den Staat van het Bataviaasc Genootschap van Kunsten en Wetenchappen, Uitgebragt door de Voorzitter, in de Algemeene Vergadering op den 24 April 1855” (dalam Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Deel IV, 1855: 198) saya tahu semula kamus Jonathan Rigg akan dimuat dalam Verhandelingen jilid ke-27 (“Voor het XXVIIste deel zijn bereids bestemd: een soendaasch en engelsch woordenboek, bewerkt door J. Rigg”).

Di sisi lain, R. Friederich (“Ont Cijfering der Inscriptien te Kawali, Residentie Cheribon” dalam Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Deel III, 1855: 150) mengakui penguasaan Jonathan Rigg atas bahasa Sunda. Friederich antara lain mengatakan, saat membaca Prasasti Kawali satu-satunya sumber bahasa Sunda adalah kamus de Wilde yang sangat tidak lengkap, sehingga bisa dibilang tak dapat digunakan. Oleh karena itu, Friederich mencari sumber lain, dan untungnya ia bertemu sahabatnya Jonathan Rigg, yang telah mengetahui literasi bangsa Hindia. Dari Jonathan, Friederich mendapatkan penjelasan kata “noe”, “dajeh”, “panderi”, kata ganti “na”, dan kata-kata lainnya.

Ternyata, pengurus Perhimpunan Batavia memang terkesan menunda-nunda penerbitan kamus Jonathan Rigg. Terbukti, pada “Verslag van den Staat van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenchappen, Uitgebragt door de Voorzitter, in de Algemeene Vergadering op den 23 July 1856” (dalam Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Deel VI, 1857: 269) penerbitan kamus itu bergeser lagi ke Verhandelingen jilid ke-27 (“Intusschen is bereids het XXVII deel der Verhandelingen ter perse gelegd en aan gevangen met den afdruk van Sundaasch woordenboek, bewerkt door het lid des Genootschaps J. Rigg, landheer van Jassinga onder Buitenzorg”).

Hal yang sama diulangi Pieter Johannes Veth pada tulisan “Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen” yang dimuat dalam De Gids: nieuwe vaderlandsche letteroefeningen, Deel II (1857:415).

Akhirnya, Perhimpunan Batavia menerbitkan A Dictionary of the Sunda Language of Java dalam Verhandelingen jilid ke-29 (1862). Penegasannya saya temukan dari “Overzigt van den Staat van Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, over de Jaren 1853 tot 1861” (dalam Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Deel XII, 1862: 181). Di dalamnya antara lain dinyatakan kamus Jonathan ditujukan bagi Verhandelingen jilid ke-29 (“Voor deel XXIX is bestemd een reeds afgedrukt Soendaasch en Engelsch woordenboek, door den heer J. Rigg”).

Soal kapan kamus Jonatah Rigg diterbitkan, saya mendapatkan ancar-ancarnya dari Java-bode edisi 10 Desember 1862. Di situ ada tanggapan pembaca yang terkejut dengan terbitnya kamus Jonathan. Ia bertanya-tanya apa yang dapat dilakukan di tanah jajahan Belanda terhadap kamus yang kata-kata Sundanya semuanya ditulis berdasarkan ejaan bahasa Inggris? (“Maar wat moeten wij nu in eene Nederlandsche Kolonie beginnen met een woordenboek, waarvan de Sundanesche woorden allen volgens de Engelsche uitspraak zijn ter neer gesteld?”) Apa gunanya buku besar tersebut bagi orang Belanda dan bangsa bumiputra? Oleh karena itu, ia sangat menyayangkan Perhimpunan Batavia nampaknya tidak menyadari hal tersebut.

Bila titimangsa Java-bode edisi 10 Desember 1862 disandingkan dengan titimangsa kata pengantar pada 5 Agustus 1862, dapat diperkirakan A Dictionary of the Sunda Language of Java selesai dicetak antara Agustus-Desember 1862.

Hal lain, yang dapat memperkaya informasi mengenai proses penyusunan kamus Sunda-Inggris itu adalah tulisan Roesjan (“Kamus Sunda”, dalam Kalawarti Djawatan Kabudajan Djawa-Kulon No. 8, hal 17-23). Di situ Roesjan menyebutkan Jonathan menempuh tiga langkah untuk menyusunnya. Kata Roesjan, Jonathan mengumpulkan kata-kata Sunda dari Paririmbuan-ketjap karya Bupati Cianjur R.A.A. Kusumaningrat (Dalem Pancaniti).

Kedua, Jonathan erat bergaul dengan Demang Jasinga Raden Nata Wireja yang berpengetahuan luas mengenai bahasa Sunda dialek Jasinga. Dari Demang Nata Wireja, Jonathan memperoleh banyak pengetahuan tentang kata-kata Sunda. Ketiga, ia mengundang Ki Gembang, juru pantun terkenal dari Bogor, untuk melantunkan carita-carita pantun, tahun 1847, 1848, dan 1850.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//