Menanam Kepedulian Lingkungan sejak Usia Dini di Kampoeng Tjibarani
Program edukasi lingkungan untuk anak-anak ini berlangsung di Kampung Tjibarani, pinggiran Sungai Cikapundung, Bandung. Edukasi ini diwarnai pergelaran seni tradisi.
Penulis Iman Herdiana10 Juni 2023
BandungBergerak.id - Kepedulian terhadap lingkungan idealnya perlu ditanamkan sejak kanak-kanak. Dengan demikian, nilai-nilai penghormatan terhadap lingkungan dapat mereka implementasikan sampai dewasa dan ditularkan kepada orang lain.
Program edukasi tentang lingkungan hidup untuk anak-anak tersebut dipraktikkan dalam acara Field Trip Edukasi hasil kolaborasi Sequoia School bersama Komunitas Kampoeng Tjibarani, Bandung, Kamis (8/6/2023). Kegiatan terkait Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini diawali kesenian tarawangsa yang dilanjutkan program edukasi Konservasi Sungai Cikapundung oleh komunitas Kampoeng Tjibarani.
Melalui program tersebut, anak-anak diajak mengenal kondisi Sungai Cikapundung yang sudah tercemar. Mereka diajak ikut berpendapat tentang apa yang mereka pikirkan mengenai sungai yang tercemar limbah dan sampah.
Acara lalu disambung dongeng nusantara yang berisi pesan tentang lingkungan hidup dan satwa langka oleh dalang Samsudin. Dongeng ini berpesan kita selalu menjaga alam sehingga alam pun akan menjaga kita.
“Kegiatan pelestarian alam dalam hal ini upaya mewujudkan kembali Sungai Cikapundung menjadi sungai yang bersih, jernih, dan bebas sampah terus diupayakan oleh anak muda terutama anak muda di Kota Bandung,” kata Samsudin, dikutip dari siaran pers Kampoeng Tjibarani, Sabtu (10/6/2023).
Samsudin juga menyinggung pentingnya kolaborasi dalam menjaga lingkungan. Kolaborasi bisa dilakukan dengan siapa pun seperti yang dilakukan Kampoeng Tjibarani. Selain berkolaborasi dengan Sequoia School, komunitas ini juga menjalin kerja sama dengan Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) yang merupakan perguruan tinggi yang berdekatan dengan aliran Sungai Cikapundung.
Menurut Samsudin, lembaga pendidikan harus menjadi ujung tombak dalam upaya penyadartahuan kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan lingkungan, termasuk menjaga sungai.
“Agar semua elemen masyarakat tahu kemudian sadar lalu turut serta bahu membahu menjaga Sungai Cikapundung agar jadi sungai yang layak dikonsumsi masyarakat," kata Samsudin.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penanaman bibit pohon bambu yang memiliki banyak manfaat sebagai tanaman konservasi, penghasil oksigen, meningkatkan volume air, serta dapat dijadikan bahan kerajinan dan konstruksi bangunan. Selain itu, peserta diajak mengikuti workshop pengelolaan sampah dari botol air mineral menjadi media tanam sebagai upaya bersama untuk mengolah sampah menjadi sesuatu barang yang bermanfaat. Peserta tampak antusias mengikuti acara. Mereka aktif mengikuti berbagai kegiatan.
Kepala Sekolah Sequoia School Novalia Ariska berharap semua aktivitas edukasi ini mendorong anak-anak menjadi lebih mencintai lingkungan dan juga lebih peduli terhadap kebersihan sungai. Hal serupa disampaikan perwakilan Komunitas Kampoeng Tjibarani Erland.
“Kegiatan Field Trip ini bermanfaat untuk membangun nilai kepedulian lingkungan dan kesadaran ekologi sejak usia dini, harapannya nilai-nilai ini dapat mereka implementasikan dimulai dari diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya,” katanya.
Kampoeng Tjibarani memandang bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan pengalaman praktis sehari-hari dan harus dilaksanakan secara aktif oleh siswa-siswi. Dengan begitu, siswa-siswi akan memiliki pengalaman nyata dan keterampilan yang dapat berguna dalam konteks masyarakat sekitar mereka.