SUARA LIYAN DARI CIMAHI #2: Perpustakaan HMPM Menyerukan Gerakan Literasi Kampus!
Program literasi Perpustakaan HMPM diharapkan mendongkrak minat baca di lingkungan Kampus IKIP Siliwangi Cimahi.
Faudzil Adhiem
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra IKIP Siliwangi.
15 Juni 2023
BandungBergerak.id - Matahari kurang terik pada siang di bulan Juni 2023. Angin tidak begitu kencang, tetapi daun-daun tetap jatuh dan mendarat di antara buku-buku yang terhampar dan dijajarkan oleh kawan-kawan dari Perpus Himpunan Mahasiswa Pendidikan Masyarakat (HMPM) Kampus IKIP Siliwangi.
Di bawah pohon, 11 orang mahasiswa Pendidikan Masyarakat IKIP Siliwangi Cimahi (Annisa Dewi, Cahya Saepudin, Cantika Lutpiah, Fitri, Iqbal, Lutfi Aulia Hakim, Mitra Rahayu, Mae Munah, Silvi, Rangga, Salsa dan Tegar Padilah). Mereka membacakan buku bersama berjudul Perpustakaan Kelamin, karya Sang Hyang Mughni.
Seru. Mereka bergiliran membaca laiknya sedang tadarus. Seusai tadarus, masing-masing dari mereka mengungkapkan hasil pembacaanya. Kegiatan ini bagian dari program kerja HMPM.
Ketua HMPM Cahya Saepudin memaparkan kegiatan perpustakaan HMPM ini sebagai iktiar menghidupkan habitus dan budaya literasi di kampusnya. Tidak hanya itu, pria kelahiran Padalarang ini memberitahukan bahwa di Kampus IKIP Siliwangi habitus baca-diskusi cenderung tidak ada dan sepi peminat. Padahal menurut Cahya literasi sangat penting karena di sana akan mendapatkan pengetahuan baru, pembendaharaan kata yang melimpah guna membentuk mahasiswa-mahasiswa yang pandai berbicara dan beretorika.
“Ya, di IKIP tuh jarang yang suka baca, padahal literasi atau kegiatan baca buku tuh kan sangat penting dan berguna untuk membentuk manusia yang jago bicara. Dalam konteks para organisatoris kan, hanya dengan membaca, para organisatoris bisa maju dan teguh dalam beradu argument,“ ujar Cahya.
Cahya menyatakan bahwa program yang ia sedang garap sudah berjalan empat 4 bulan dan hasilnya 80 persen mahasiswa Penmas sudah giat membaca dan berani berbicara. Hal itu bagi Cahya merupakan lompatan kualitatif yang sangat menggembirakan. Ia pun mengklaim bahwa ke depan dalam konteks bonus demografi apabila program paling fundamental dalam sejarah kemanusiaan ini terus digalakkan, bonus demografi tidak akan bermetamorfosa menjadi bencana demografi.
“Ya, saya kira saya berhasil sih, karena sudah empat bulan kegiatan ini berjalan sudah ada hasilnya. Contohnya tuh, teman-teman sudah mau baca, diskusi dan berani berpendapat. Saya jadi mikir bahwa toolls untuk menciptakan SDM unggul guna menghadapi bonus demografi 2045 tuh ya dengan kegiatan seperti inilah. Gak ada cara lain,“ ujar Cahya.
Cahya amat berharap bahwa habitus-habitus ini tersebar dan menjadi jamur di setiap kampus. Dengan kata lain, perpustakaan HMPM dan program kerja mereka ihwal gerakan literasi kampus dan Turba (turun ke bawah) dapat menyertai aktivitas rakyat.
Baca Juga: SUARA LIYAN DARI CIMAHI #1: Bebas Pentilasi Membunyikan Darurat Iklim
Surat Cinta untuk Presiden
Pendidikan dan Politik Bahasa, Sekolah sebagai Mitos Juru Selamat?
Membaca Teks dan Konteks
Kordinator Perpustakaan HMPM Lutfi Aulia Hakim menegaskan, memasuki era disrupsi mahasiswa kiwari perlu punya daya. Daya tersebut adalah critical thingking. Melalui literasi itulah ciritical thingking bisa didapat.
“Sekarang itu kan kita memasuki era disrupsi, di mana semuanya serba cepat. Di era yang kayak gitu tuh, mahasiswa-mahasiswi perlu kemampuan berpikir kritis, yang kemampuan tersebut bisa didapat melalui literasi,” ujar Luthfi.
Namun, Luthfi mengungkapkan keberatannya terhadap makna literasi yang dikebiri. Menurutnya, literasi bukan soal calistung (membaca, menulis, dan berhitung), tetapi soal membaca konteks.
“Saya tidak sepakat jika literasi itu hanya soal membaca teks. Bagi saya literasi itu baca teks dan konteks. Sehingga orang yang literat bisa mengurai problem-problem kerakyatan. Kalau kata Roem Topatimasang begini, ‘litersi bukan hanya sekadar membaca teks, melainkan pula kemampuan membaca keadaan sekitar’,” ujarnya.
Tidak itu saja, Luthfi mengungkapkan hal senada dengan Cahya, bahwasanya kegiatan ini bertujuan membentuk SDM unggul melalui pola pendidikan Freirean guna mempersiapkan tantangan bangsa ke depan dan problem-problem kerakyatan yang ada di depan mata.
Cahya dan Luthfi lantas merapat lagi ke lingkarannya dan melanjutkan obrolannya tentang buku Perpustakaan Kelamin dengan rekan-rekan. Matahari sudah berada di atas kepala, dan angin seperti ciuman putri. Amat menyejukkan.