• Kampus
  • Mengenal Aplikasi Bersuara untuk Korban Perundungan dari Mahasiswa ITB

Mengenal Aplikasi Bersuara untuk Korban Perundungan dari Mahasiswa ITB

Aplikasi Bersuara menciptakan keamanan bagi korban untuk menyampaikan pengalaman mereka melalui fitur report yang masuk ke Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak.

Pertanyaan yang ditujukkan kepada pengunjung yang hadir dalam acara Launching dan Pameran Buku Foto BULLY yang diselenggarakan oleh Raws Syndicate. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana13 Juli 2023


BandungBergerak.idTim IDE dari Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang ide pembuatan aplikasi antiperundungan (bullying/penindasan/perisakan) bernama Bersuara. Aplikasi ini akan terintegrasi untuk memulihkan korban perundungan melalui pendekatan dari seorang psikiater sekaligus peneliti.

Tim IDE ITB terdiri dari tiga mahasiswa ITB dengan jurusan yang berbeda, yaitu Deftendy Virgiatman dari jurusan Teknik Fisika, Eli Sulistyowati dari jurusan Manajemen, dan Indira Akmalia Hendri dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.

Salah satu anggota tim Deftendy Virgiatman mengatakan, aplikasi Bersuaran akan terintegrasi untuk memulihkan korban perundungan melalui pendekatan dari seorang psikiater sekaligus peneliti Judith Herman.

“Pendekatan ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam model penerimaan dari trauma yang dialami oleh korban perundungan, yaitu tahap security, reconciliation, reconsolidation, dan transformation,” terang Deftendy, dikutip dari laman ITB, Kamis (13/7/2023). 

Deftendy menjelaskan, aplikasi Bersuara memiliki tiga fitur utama, yaitu report, feedback, dan community. Pada tahap security, aplikasi ini menciptakan keamanan bagi korban untuk menyampaikan pengalaman mereka melalui fitur report.

Laporan yang masuk akan langsung ditangani oleh Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak (P3A) dan Bimbingan Konseling (BK) sekolah. Pada tahap rekonsiliasi, korban diharapkan dapat memahami dan menerima kejadian yang terjadi melalui fitur feedback. Fitur ini memungkinkan korban untuk melakukan konseling dengan para pakar yang terintegrasi dengan P3A, guru BK, dan konselor sebaya.

Selanjutnya, pada tahap rekonsolidasi, korban dapat memulai kembali kehidupan mereka setelah mengalami trauma. Hal ini diimplementasikan melalui fitur community yang memungkinkan para korban untuk saling mendukung satu sama lain. Fitur ini bekerja sama dengan Forum OSIS Kota Bandung (FOTBAN), Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (FOKAB), dan akademi perlindungan anak.

Baca Juga: Tiga Kolaborator Melawan Perundungan
Belum Maksimalnya Perlindungan Hukum terhadap Korban Bullying
Masyarakat Wajib Mengetahui Ciri-ciri Anak Korban Perundungan

Sementara itu, pada tahap terakhir, yaitu tahap transformasi, hasil pemulihan trauma korban akan tetap dijangkau melalui komunitas mereka sebagai bukti bahwa setiap korban perundungan dapat pulih kembali. Fitur ini juga bekerja sama dengan FOTBAN dan FOKAB.

Selain aplikasi Bersuara, tim IDE juga mengusulkan ide solusi berupa kampanye media sosial untuk membagikan pengalaman korban yang telah melewati keempat tahapan tersebut. Dengan harapan, kampanye ini dapat menjadi inspirasi bagi korban perundungan lainnya.

Keberhasilan tim IDE dalam mengajukan ide solusi inovatif melalui aplikasi Bersuara dan kampanye media sosial yang mereka usulkan mendapatkan apresiasi tinggi dari juri Ideathon Inovasi Sosial 2023. Ide mereka menyabet juara 1 pada Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities). Ide ini dinilai memberikan solusi yang relevan terhadap isu perundungan di SMA dan sederajat di Kota Bandung.

“Harapannya, implementasi dari ide dan inovasi yang mereka usulkan dapat memberikan dampak positif dan membantu membangun kota Bandung yang aman dan nyaman bagi semua warganya,” tutupnya.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//