Mahasiswa Unpad Menciptakan Detektor E. coli, Bakteri yang Mencemari Sungai Cikapundung
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sungai terbesar di Kota Bandung, Sungai Cikapundung, tercemar bakteri E. coli.
Penulis Iman Herdiana17 Agustus 2023
BandungBergerak.id - Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) menciptakan inovasi alat detektor bakteri Escherichia coli (E. coli) berbasis ponsel cerdas (smartphone). Alat ini mampu mendeteksi keberadaan bakteri E. coli hanya dalam waktu 5 detik.
Bakteri E. coli merupakan bakteri penyebab penyakit seperti diare. Dalam penelitian, bakteri ini banyak ditemukan di sungai-sungai, termasuk di Sungai Cikapundung, Kota Bandung. Bakteri bersumber dari limbah domestik.
Detektor E. coli disusun tim yang terdiri Asep Wirayasa, Nurul Mufliha, Nindya Khairunisa, dan Liana Awalia, disertai dosen pembimbing Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno.
“Jika normalnya untuk mendeteksi E. coli memerlukan waktu 1 sampai 2 hari menggunakan kultur bakteri, atau PCR yang memakan waktu 20 menit tamun hanya bisa digunakan 1 kali, alat ini bisa digunakan berkali-kali karena berbasis Android dan Infrared, dan memiliki waktu deteksi yang sangat cepat yaitu dibawah 5 detik,” terang Asep, dikutip dari laman Unpad, Rabu (16/8/2023).
Penemuan tersebut merupakan hasil kolaboratif mahasiswa dengan para mentor yang telah membimbing mereka. Proses uji coba dan pengembangan alat ini membawa hasil yang baik.
Detektor E. coli ini telah berjaya dalam sejumlah kompetisi tingkat internasional, yaitu World Intellectual Property Association, Taiwan Intellectual Property Association, memperoleh apresiasi khusus dari Ministry of Higher Education, Science, Research and Innovation, Thailand, Gold Medal ITEX Malaysia, dan Gold Medal Japan Design Invention Expo.
“Perjalanan alat ini belum berakhir. Pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan tingkat sensitivitas yang optimal dan penggunaan yang semakin praktis,” ungkap Asep.
Detektor E. coli berbasis ponsel pintar ini dipresentasikan di Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas RI dalam acara “Diskusi Inovasi Air Minum dan Sanitasi Aman”, di Menara Bappenas Jakarta, 9 Agustus 2023 lalu.
Diskusi dipimpin oleh Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman Bappenas Tri Dewi Virgiyanti. Disebutkan, alat detektor bakteri E. coli ini bisa digunakan secara mudah, murah, cepat, dan dapat digunakan berulang kali.
Tri Dewi Virgiyanti mengatakan, alat ini berpotensi memberi manfaat bagi banyak pihak, seperti hotel, restoran, wisatawan, dan pedagang kaki lima. Alat ini akan menjadi solusi praktis untuk memastikan keamanan konsumsi makanan di berbagai lapisan masyarakat.
Dari Kemenkes, Kepala Subdirektorat Penyehatan Pangan Tutut Indra Wahyuni, mengatakan bahwa alat pendeteksi ini jika diproduksi massal akan bermanfaat sebagai bagian dari pencegahan penyakit. Alat ini dapat dipasang setidaknya satu di setiap Puskesmas.
Penemuan tersebut pun mendapat apresiasi dari para hadirin diskusi tersebut. Sejumlah lembaga, seperti Bappenas, Kementerian Kesehatan, AMPL, dan UNICEF ingin mendukung pengembangan alat ini.
“Jika jiwa kreatif para pemuda Indonesia semuanya seperti ini, maka tak diragukan lagi masa depan Indonesia akan bersinar terang,” kata tim Sekretariat WASH UNICEF di Bappenas Nadya Sitompul.
Baca Juga: Tiga Jam Lewat Tengah Malam di Dago Elos
Pengepungan oleh Polisi di Dago Elos Menimbulkan Trauma pada Perempuan dan Anak-anak
AJI Bandung Kutuk Kekerasan pada Jurnalis dalam Kaos Dago Elos
Sungai Cikapundung Tercemar Bakteri E. Coli
Penelitian terhadap Sungai Cikapundung pernah dilakukan oleh Ferlita Andriani dan Herto Dwi Ariesyady dari Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2013. Meski penelitian ini sudah lama, namun masih bisa menjadi acuan mengingat jumlah penduduk Kota Bandung terus meningkat termasuk yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung.
Ferlita Andriani dan Herto Dwi Ariesyady melacak keberadaan bakteri E. coli di 3 titik di sepanjang badan air Sungai Cikapundung. Pada daerah hulu di titik 1 mengindikasikan belum terjadi pencemaran pada badan air Sungai Citarum. Sebaliknya pada titik 3 (hilir sungai) nilai Coliform Total cukup tinggi dikarenakan konsentrasi pencemar yang masuk meningkat di sepanjang badan air serta lokasinya yang dekat dengan peternakan, permukiman padat, dan kegiatan industri.
“Sumber pencemar Escherichia coli pada sungai Cikapundung terbanyak berasal dari kotoran manusia. Dengan demikian pada daerah ini disarankan untuk meningkatkan sarana sanitasi dan pengolahan limbah domestic,” demikian tulis peneliti.