• Kampus
  • ITB Meluluskan Doktor Pertama Bidang Nano Teknologi

ITB Meluluskan Doktor Pertama Bidang Nano Teknologi

Penelitian nano teknologi diterapkan dalam menggali potensi kendaraan listrik yang terus berkembang di Indonesia.

Tugu Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa (4/12/2021). ITB sebagai kampus teknik negeri tertua di Indonesia. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana22 Juli 2023


BandungBergerak.idInstitut Teknologi Bandung (ITB) untuk pertama kalinya meluluskan doktor Program Studi Doktor Sains dan Teknologi Nano. Prodi ini merupakan multidisiplin kelanjutan dari Program Studi Magister Teknologi Nano, berada di bawah naungan Sekolah Pascasarjana ITB dengan afiliasi ke Pusat Penelitin Nanosains dan Nanoteknologi ITB.

Lulusan tersebut bernama Jotti Karunawan yang dinyatakan lulus Jumat (14/7/2023). Jotti berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul Modifikasi Struktur dan Permukaan Material Katode Li-rich Kapasitas Tinggi untuk Aplikasi Baterai Ion Litium.

Penelitian Jotti tersebut dilatarbelakangi oleh potensi kendaraan listrik yang terus berkembang pada beberapa tahun belakangan ini khususnya di Indonesia.

“Saat ini, baterai ion litium merupakan pilihan utama perangkat penyimpan energi pada kendaraan listrik karena memiliki densitas energi dan daya yang paling dekat dengan combustion engine. Densitas energi pada baterai Li-ion sangat tergantung pada material katode. Oleh karena itu, berbagai penelitian berfokus untuk mengembangkan material katode dengan spesifik kapasitas tinggi, tegangan kerja tinggi, serta masa hidup yang panjang,” tutur Jotti di awal pemaparannya di Lantai 3 Gedung Annex ITB, dikutip dari laman ITB, Sabtu (22/7/2023). 

Jotti menjelaskan bahwa material katode Li-rich memiliki kapasitas yang paling tinggi dibandingkan dengan material katode lain yang telah dikembangkan. Selain itu, material ini juga memiliki kestabilan termal yang baik, densitas energi yang tinggi, serta rentang tegangan kerja yang lebar. Oleh karena itu, Jotti berpendapat bahwa material katode Li-rich berpotensi dikembangkan menjadi next generation battery.

Namun, menurut hasil risetnya, material tersebut belum dapat dikomersialisasikan karena memiliki beberapa permasalahan seperti cacat struktur saat sintesis dan degradasi permukaan pada materialnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, di bawah bimbingan Ferry Iskandar dan Afriyanti Sumboja, Jotti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan material katode Li-rich dengan memodifikasi struktur dan permukaan materialnya.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Jotti menyimpulkan bahwa radiasi gelombang mikro pada metoda sintesis solid-state meningkatkan keseragaman struktur material katode Li-rich. Selain itu, terbentuknya multi struktur layered-layered-spinel menyebabkan kestabilan siklus meningkat. Degradasi permukaan juga dapat dihambat dengan pelapisan SiO2+CN pada skala nanometer.

“Hasil penelitian ini memiliki potensi yang sangat besar untuk diterapkan di Indonesia dalam rangka mendukung hilirisasi pemanfaatan hasil tambang di Indonesia untuk pengembangan industri baterai,” ungkap Ferry Iskandar.

Perjuangan Jotti dalam studi S3-nya selama kurang lebih tiga tahun membuahkan hasil yang baik. Jotti Karunawan berhasil meraih gelar doktor dengan yudisium cumlaude. Selama studi, dia juga sudah menerbitkan 10 publikasi terindeks. Dari 10 publikasi tersebut, terdapat 8 publikasi yang masuk ke dalam kategori jurnal internasional Q1 dan Q2. Pencapaian ini menunjukkan dedikasi Jotti yang kuat dalam dunia penelitian.

“Kalau ditanya cita-cita dan rencana ke depannya, saya sendiri masih ingin melanjutkan penelitian untuk mengembangkan material katoda baterai ini,” jawab Jotti di sesi pertanyaan dari dosen penguji.

Baca Juga: Membaca Masa Depan Kendaraan Listrik di Indonesia
Membayangkan Bandung Lautan Kendaraan Listrik
Subsidi Kendaraan Listrik hanya Memindahkan Polusi

Selaku promotor, Ferry Iskandar menyampaikan selamat kepada Jotti atas gelar barunya yaitu Dr. Jotti Karunawan. Dengan gelar tersebut, Jotti sudah mempunyai izin sebagai peneliti yang memiliki kemampuan untuk melakukan riset secara independen.

“Di Indonesia, terdapat banyak permasalahan kompleks yang memerlukan solusi yang efektif. Oleh karena itu, harapan besar bangsa ini tertuju kepada Anda saat ini. Sebagai seorang doktor, tugas Anda adalah berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan tersebut,” pesan Ferry.

Program Studi Doktor Sains dan Teknologi Nano merupakan multidisiplin yang merupakan kelanjutan dari Program Studi Magister Teknologi Nano, berada di bawah naungan Sekolah Pascasarjana ITB dengan afiliasi ke Pusat Penelitin Nanosains dan Nanoteknologi ITB.

Prodi ini bertujuan menghasilkan sumberdaya manusia dengan penguasaan keilmuan dan kemampuan dalam riset di bidang nanosain dan nano teknologi. Program studi ini didukung oleh para promotor yang merupakan para profesor ITB yang berasal berbagai disiplin keilmuan seperti Fisika, Teknik Fisika, Kimia, Teknik Kimia, Biologi, Farmasi dan Teknik Material yang memiliki reputasi sebagai peneliti dan pendidik di tingkat nasional maupun internasional.

Semua mahasiswa akan dilibatkan dalam penelitian para dosen dan akan dilakukan di Pusat Penelitin Nanosains dan Nanoteknologi ITB dan memiliki kewajiban mempublikasikan hasil risetnya di jurnal internasional bereputasi untuk dapat dipromosikan sebagai doktor dalam bidang nanosain dan nanoteknologi.  

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//