MAHASIWA BERSUARA: Mengukur Komitmen Indonesia dalam Mengalihkan Kendaraan Fosil ke Listrik
Pemerintah telah mendukung peralihan kendaraan berbahan bakar minyak fosil ke bahan bakar listrik. Peralihan ini setengah hati?
Giovanny Juvent Feliciana
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung.
8 Juli 2023
BandungBergerak.id - Permasalahan polusi udara dan semakin tingginya harga bahan bakar di Indonesia telah terjadi sejak lama. Berbagai solusi telah dicoba, akan tetapi belum ada solusi yang benar-benar efektif. Apalagi di tengah berbagai konflik dan ketidakstabilan ekonomi dunia, harga bahan bakar fosil di Indonesia turut menjadi tidak stabil dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Subsidi bahan bakar yang selama ini disediakan pemerintah semakin lama terasa semakin sulit untuk terus dipertahankan karena kebutuhan APBN diperlukan untuk sektor-sektor lain yang tidak kalah pentingnya. Itu sebabnya, peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan yang menggunakan sumber daya terbarukan, seperti matahari dan angin merupakan salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi permasalahan ini.
Indonesia juga memiliki sumber daya alam serta sumber daya manusia yang memadai dan mendukung sehingga peralihan ini merupakan sesuatu yang realistis jika benar-benar diupayakan secara serius.
Mobil Listrik
Mobil listrik memiliki potensi yang cukup signifikan untuk memberikan berbagai manfaat bagi Indonesia, baik dari sektor lingkungan, efisiensi, hingga perekonomian negara. Mobil listrik dapat mengurangi permasalahan polusi udara di Indonesia karena mobil listrik tidak menghasilkan emisi dalam prosesnya sehingga berkontribusi untuk memperbaiki kualitas udara dan mencapai target pengurangan emisi pada skala nasional maupun global.
Selain itu, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang hebat dan mampu menghasilkan energi terbarukan seperti tenaga surya dan tenaga angin, dan pemanfaatan energi terbarukan ini dapat dituangkan dalam teknologi mobil listrik. Itu sebabnya, diperlukan peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil seperti yang selama ini terjadi menuju era kendaraan bertenaga energi terbarukan yang jauh lebih ramah lingkungan. Dengan melakukan pengadopsian teknologi mobil listrik, maka Indonesia akan meningkatkan penggunaan energi terbarukan pada sektor transportasi serta mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil hingga mencapai tujuan utamanya, yaitu diversifikasi energi nasional.
Secara efisiensi, energi pun mobil listrik terbukti lebih unggul dibandingkan mobil yang menggunakan bahan bakar minyak. Mobil listrik memiliki efisiensi energi yang jauh lebih tinggi jika kita bandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil konvensional dan dapat menempuh jarak yang cukup jauh dengan sekali pengisian. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kementrian Perindustrian dan Kemendikbudristek, ditemukan bahwa mobil listrik mampu menghemat energi hingga 80 persen dibandingkan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil. Apalagi saat ini berbagai riset dan pengembangan terus dilakukan sehingga ke depannya mobil listrik masih bisa jauh lebih efisien lagi dibandingkan sekarang. Hal ini jelas membantu mengurangi konsumsi energi total pada sektor transportasi dan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil yang selama ini diimpor dari negara lain.
Ketergantungan dari Negara Lain
Selama ini Indonesia masih melakukan impor minyak dari negara lain, tentu keseimbangan harga minyak di Indonesia bergantung pada negara yang menjualnya sehingga perang dan bencana di negara lain dapat memengaruhi harga minyak dan bahan bakar minyak di Indonesia. Harga bahan bakar bensin di Indonesia saat ini bahkan menyentuh lebih dari 11 ribu per liter dan pada tahun 2022, bahan bakar minyak dan LPG sendiri telah menelan anggaran negara sebesar 149 triliun rupiah. Bahkan biaya yang dikeluarkan pemerintah dari APBN negara untuk membayar impor, subsidi bahan bakar bensin, solar, dsb. yang dari 152 triliun rupiah pada tahun 2021 telah naik menjadi 502 triliun rupiah pada tahun 2022.
Hal itulah yang semakin memberikan alasan untuk mendukung peralihan dari kendaraan fosil ke kendaraan listrik. Beban negara untuk untuk melakukan subsidi biaya bahan bakar saat ini sudah sangat tinggi sehingga subsidi tidak dapat ditahan lagi dan supaya APBN yang ada dapat dialihkan untuk meningkatkan sektor lain yang perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, peralihan menuju transportasi berbahan bakar listrik mutlak menjadi kebutuhan negara kita dalam 5 tahun ke depan.
Sumber daya alam yang ada di Indonesia sebenarnya sangat berlimpah untuk mendukung peralihan ini, akan tetapi selama ini justru kita menjual bahan bakunya dengan harga murah dan membiarkan negara lain yang mengolahnya, lalu kita membeli produknya dengan harga yang mahal. Contohnya, Indonesia memiliki cadangan lithium banyak sebagai bahan utama pembuatan baterai, tentu sangat disayangkan bila kita mengekspornya dengan harga murah, padahal bila kita olah dapat menjadi lebih berguna dan dimanfaatkan oleh negara kita sendiri.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Siapa itu Mahasiswa?
MAHASISWA BERSUARA: Misinterpretasi Ideologi di Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Rahasia Gelap dalam Seduhan Teh
Selain itu, dengan mengolah sendiri sumber daya alam kita, maka industri baterai dan mobil listrik dalam negeri bisa dikembangkan serta membuka banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan nilai tambah, hingga mengurangi ketergantungan pada impor kendaraan bermotor. Pengembangan industri baterai dan mobil listrik sendiri sangat memungkinkan karena Indonesia kaya akan sumber daya lithium, nikel, dan kobalt yang merupakan bahan baku baterai dan mobil listrik.
Terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam memperluas pengadopsian sistem mobil listrik di Indonesia, seperti harga yang masih relatif tinggi, keterbatasan jangkauan baterai, dan kebutuhan pengembangan infrastruktur. Namun, dengan upaya yang tepat dari pemerintah, keuntungan jangka panjang dari adopsi mobil listrik justru dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi Indonesia dalam hal lingkungan, energi, dan ekonomi. Maka dari itu, pemerintah harus secara serius mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan menyediakan infrastruktur yang memadai seperti pembangunan fasilitas SBPU listrik di seluruh pelosok negeri agar peralihan ini dapat terjadi secara lancar.
Mengadopsi mobil listrik akan mendorong pengembangan infrastruktur pengisian baterai di seluruh Indonesia dan membuka peluang bagi pengusaha lokal serta memperluas aksesibilitas mobilitas listrik di berbagai wilayah. Infrastruktur pengisian baterai yang baik juga dapat mendukung pengembangan transportasi umum berbasis listrik, seperti bus dan angkutan kota listrik serta mewujudkan impian Indonesia untuk menjadi negara yang modern dan ramah lingkungan.
Dengan demikian, tentu Indonesia tidak perlu lagi merasa ragu untuk memulai peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan menuju era mobil listrik yang ramah lingkungan dan jauh lebih efisien dalam penggunaan energinya. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan peralihan ini, apalagi di tengah masalah polusi dan pemanasan global yang semakin parah serta kondisi perekonomian Indonesia yang semakin tertekan akibat subsidi BBM yang terus meningkat.
Kita sudah mendapatkan solusi nyata yang dapat memberikan berbagai manfaat dan pemerintah hanya perlu mendukungnya dan mengupayakannya secara serius agar peralihan ini dapat terealisasikan. Memang selama ini, pemerintah telah mendukung upaya peralihan ini, tapi saya merasa pemerintah masih kurang berani menggeser kendaraan berbahan bakar fosil yang selama ini telah nyaman digunakan oleh masyarakat. Infrastruktur pendukung peralihan yang dibangun pun masih belum merata di seluruh daerah. Oleh karena itu, semoga pemerintah bisa lebih lagi dalam memberikan perhatian serta upaya agar peralihan menuju kendaraan listrik ini dapat benar-benar terwujud hingga manfaatnya dapat dirasakan baik oleh kita secara pribadi maupun bangsa Indonesia secara nasional.