• Nusantara
  • Melawan Ujaran Kebencian Bermuatan SARA Bersama Komunitas Japelidi

Melawan Ujaran Kebencian Bermuatan SARA Bersama Komunitas Japelidi

Ujaran kebencian atau hate speech berbau SARA marak di media sosial. Saatnya anak muda mengubah media sosial menjadi lebih damai.

Komunitas Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) melaksakan Rapat Koordinasi Nasional di Gedung Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang, 1-3 September 2023. (Sumber Foto: Komunitas Japelidi)

Penulis Iman Herdiana5 September 2023


BandungBergerak.idUjaran kebencian atau hate speech yang muncul di media sosial sering kali berbentuk suku bangsa agama ras dan antar golongan atau SARA. Fenomena ini terjadi pada pengguna media sosial di Indonesia. Ujaran kebencian jelas merugikan pihak-pihak yang digunjingkan di media sosial.

Komunitas Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) menilai maraknya ujaran kebencian bermuatan SARA terkait erat dengan rendahnya pemahaman salah dan benar (etika) di kalangan pengguna media sosial. Anak muda punya andil besar untuk tetap membiarkan media sosial sebagai belantara ujaran kebencian atau mengubahnya menjadi lebih damai.

“Sedihnya di Indonesia, anak mudanya tidak memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk membuat dunia maya di Indonesia lebih etis. Ini bisa dilihat dari data Microsoft ya. Kawan muda menjadi penting karena perilaku orang dewasa di media sosial ternyata membuat indeks ini memburuk,” tulis Frida Kusumastuti, Yanti Dwi Astuti, Ni Made Ras Amanda Gelgel, Mario Antonius Birowo, dan Mohammad Solihin dalam esai “Kawan Muda Etis”, diakses Selasa (5/9/2023).

Tulisan Frida dkk bagian di dalam modul berjudul “Lentera Literasi Digital Indonesia: Panduan Literasi Digital Kaum Muda Indonesia Timur” yang diterbitkan Tiga Serenada (2022). Modul ini disusun oleh tim penulis dari (Japelidi).

Farida dkk memaparkan bahwa media sosial banyak digunakan oleh kalangan muda maupun dewasa. Hasil riset Microsoft 2020 tentang Digital Civility Index (DCI) menunjukkan bahwa peran orang-orang dewasa Indonesia di media sosial lebih dominan dalam menggoreng isu SARA. Bahkan riset Microsoft memberi peringkat bahwa Indonesia bertengger sebagai warganet yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik.

“Persoalan etika, masih menjadi isu yang penting dalam program Indonesia semakin cakap digital. Bahkan menjadi prinsip yang harus ditanamkan pada setiap diri seorang warganet Indonesia. Tentu saja, kita tidak mau kalau tahun depan masih bertengger sebagai warganet yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik, seperti hasil riset Microsoft 2020 tentang DCI,” tulis Farida dkk.

Rakornas Japelidi

Komunitas Jaringan Pegiat Literasi Digital baru sajamelaksakan Rapat Koordinasi Nasional di Gedung Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang, Jumat-Minggu, 1-3 September 2023 lalu. Dalam kegiatan ini Japelidi menegaskan komitmen untuk semakin fokus dalam upaya meningkatkan literasi digital warganet Indonesia di berbagai bidang.

Koordinator Japelidi Novi Kurnia dari Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) menuturkan, fokus pada kegiatan literasi digital merupakan marwah Japelidi yang merupakan komunitas yang berangkat dari niat untuk mengabdikan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat.

Novi membeberkan, Japelidi sudah berkontribusi dalam berbagai kegiatan literasi digital baik yang dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan berbagai pihak yang juga peduli pada literasi digital. Program tersebut antara lain berbagai penerbitan buku panduan literasi digital, program kampanye Lawan Hoax Covid-19, program Makin Cakap Digital yang bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta berbagai program literasi digital yang didukung oleh Konsulat Jenderal Amerika Serikat Surabaya.

“Kegiatan itu belum termasuk berbagai kegiatan seminar dan pelatihan baik yang langsung menggandeng Japelidi maupun yang melibatkan anggota-anggota kami yang memiliki kepakaran yang beragam,” kata Novi, dikutip dari siaran pers yang diterima BandungBergerak.id.

Co Koordinator Japelidi Santi Indra Astuti dari Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba) menuturkan, ke depan Japelidi sudah mengantongi beberapa program literasi digital yang sedang berjalan. Termasuk program penyusunan modul literasi digital untuk anak yang ditujukan bagi pembaca belia dan upaya penguatan literasi digital yang inklusif.

Santi juga menuturkan dari rakornas ini juga lahir 44 rencana program lain baik program penelitian, sosialisasi, hingga penyusunan kerangka kurikulum. Program tersebut terbagi dalam berbagai klaster topik seperti klaster pengasuhan digital, klaster pendidikan politik, atau klaster pencegahan dan penanggulangan pornografi.

“Ide yang masuk dari Rakornas ini banyak dan beragam. Lami akan berusaha untuk memilih kembali mana yang akan diprioritaskan agar program ini bisa dieksekusi semaksimal mungkin dengan mengedepankan kolaborasi akademisi, pegiat literasi digital, dan komunitas,” kata Santi.

Baca Juga: Selamat Datang September Hitam, dari Agustus yang Melawan
BANDUNG HARI INI: Peringatan September Hitam
Hari Jadi Kota Bandung dalam Bayang-bayang Darurat Sampah

Tentang Komunitas Japelidi

Japelidi adalah komunitas literasi digital yang beranggotakan 222 orang dari berbagai wilayah baik di Indonesia maupun di luar negeri. Komunitas ini didirikan sejak 2017.

Para pegiat ini sebagian besar berlatar belakang akademik dan peneliti, meskipun terdapat pula kalangan professional yang menaruh kepedulian pada isu literasi digital.

Rakornas yang dikemas sebagai Lokakarya Penguatan Model Literasi Digital di Indonesia ini diikuti 85 anggota secara luring dan daring. Mereka berasal dari berbagai universitas di seluruh Indonesia, seperti Universitas Bengkulu, Universitas Pattimura Ambon, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Udayana Denpasar Bali, dan lain-lain.  

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//