• Berita
  • Darurat Sampah Menjadi Pekerjaan Rumah Besar Penjabat Wali Kota Bandung

Darurat Sampah Menjadi Pekerjaan Rumah Besar Penjabat Wali Kota Bandung

ITB maupun Unpad soroti darurat sampah Bandung Raya. Ilmuwan turun ke TPA Sarimukti. Masalah ini harus tuntas.

Dampak kebakaran TPA Sarimukti, sampah menumpuk di pinggir Jalan Rajawali, Bandung, Kamis (28/8/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana20 September 2023


BandungBergerak.idPucuk pimpinan Pemerintah Kota Bandung berganti. Jabatan ini dipegang Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono yang menggantikan Pelaksana harian (Plh) Ema Sumarna. Salah satu masalah krusial yang dihadapi Bambang Tirtoyuliono adalah darurat sampah.

Pelantikan dilakukan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin di Gedung Sate, Bandung, Rabu, 20 September. Bey mengatakan, tugas besar penjabat Wali Kota adalah memastikan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 berjalan lancar.

Selain itu, tantangan selanjutnya yakni terkait stunting dan pengendalian inflasi serat pengendalian harga kebutuhan pokok. Tak hanya itu, isu ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi dan sosial menjelang Pemilu juga menjadi perhatian.

Bey juga secara khusus memberikan pesan kepada Pj Wali Kota Bandung untuk bersama fokus dalam penyelesaian permasalahan sampah. "Khusus Kota Bandung dan kabupaten Bandung Barat mohon diperhatikan masalah sampah karena kita saat ini sedang darurat sampah," kata Bey, dikutip dari siaran pers.

Pj Wali Kota Bandung yang baru dilantik Bambang Tirtoyuliono mengatakan, terkait penanganan sampah, ia akan segera berkoordinasi dengan OPD terkait guna mendalami dan mengambil kebijakan secepatnya yang efektif dan efisien.

"Saya akan koordinasi dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup). Saya yakin teman-teman di Kota Bandung punya konsep penyelesaian sampah yang efektif dan efisien untuk bisa dimitigasi," ujarnya.

Darurat Sampah Bandung Raya jadi Sorotan ITB dan Unpad

Darurat sampah Bandung Raya yang dipicu kebakaran TPA Sarimukti yang terjadi berminggu-minggu menjadi sorotan dua perguruan tinggi negeri di Bandung, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Kebakaran di area seluas 25 hektar tersebut tidak hanya berbahaya bagi masyarakat sekitar karena polusi udara yang ditimbulkan, tetapi juga menyebabkan penumpukan sampah di mana-mana. Permasalahan mengenai sampah ini pun menjadi suatu pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan.

ITB melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) membentuk 6 tim multidisiplin untuk penanganan serta rehabilitasi TPA Sarimukti. Tim pertama telah bekerja untuk kajian pemetaan dengan output membuat peta topografi, peta situasi, foto udara maupun citra satelit, termasuk juga pemetaan mengenai area mana saja di TPA Sarimukti yang terbakar, rekomendasi zona darurat alternatif TPA, serta area peluasannya.

Kedua, ada tim dari teknik sipil yang akan melakukan kajian geoteknik serta mekanika sampah setelah kebakaran, seperti apakah ada potensi longsor di tempat kejadian. Berikut pula rekomendasi pemetaan dan kemungkinan penggunaan kembali TPA Sarimukti, termasuk mempertimbangkan ketinggian penimbunan serta sisa kapasitas.

Lalu ada tim hidrogeologi yang akan melakukan penyelidikan kondisi hidrogeologi usai TPA Sarimukti terbakar. Tim ini akan mengobservasi kondisi pencemaran terhadap air tanah dan permukaan, serta prediksi arah pencemaran dan langkah antisipasinya.

Ada pula tim Teknik Lingkungan yang telah melaksanakan kajian indeks risiko TPA, rekomendasi SOP apabila TPA akan beroperasi kembali, dan usulan konsep pemetaan operasional TPA, serta rekomendasi perbaikan atau rehabilitasinya.

Kemudian ada tim Forensik TPA yang direncanakan akan melakukan identifikasi forensik timbunan kondisi darurat sampah saat ini, lalu melakukan kajian apakah ada dampak lainnya seperti kebakaran lanjutan, longsor, pencemaraan air, dan lain sebagainya.

Terakhir ada tim kajian teknologi yang sedang melakukan assessment terhadap berbagai jenis teknologi pengelolaan sampah yang aman untuk digunakan dalam menanggulangi menumpuknya sampah di Bandung Raya.

"Tim tersebut terdiri dari para ahli serta dosen-dosen yang sudah mengembangkan teknologi guna mengatasi masalah sampah. ITB pun akan menerapkan tindakan untuk jangka pendek atau kedaruratan, jangka menengah, serta jangka panjang untuk permasalahan sampah ini," ujar Ketua LPPM ITB Yuli Setyo Indartono, dikutip dari laman ITB

"Perlu diketahui, tiga tim yakni, tim pemetaan, tim dari teknik lingkungan, serta tim assessment teknologi sudah mulai bergerak ke lapangan. Tim yang lainnya nantinya akan saling berintegrasi dan bergerak," lanjutnya.

ITB juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Lingkungan Hidup, dalam melakukan assesment terkait TPA Sarimukti.

Ia berharap tindakan terkait masalah sampah yang dilakukan oleh ITB ini akan berkelanjutan, sehingga penanganan soal sampah dan pengelolaannya di Jabar akan semakin ideal ke depannya. Dukungan masyarakat juga tentu diperlukan agar permasalahan soal sampah ini segera dapat teratasi serta semakin dapat menciptakan lingkungan yang sehat.

Baca Juga: Sudah Pahamkah DPRD bahwa Bandung Darurat Sampah?
Ancaman Berlapis Krisis Sampah Bandung bagi Perempuan
Darurat Sampah, Pemkot Bandung Seharusnya Menjalankan TPS Terpilah

Sampah Menyerang Pernapasan 

Dampak kebakaran TPA Sarimukti maupun penumpukan sampah adalah pencemaran udara. Jika tidak ada penanganan serius, masalah ini akan mengundang penyakit salah satunya gangguan pernapasan.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad Cissy B. Kartasasmita mengatakan, bau dari sampah yang tertimbun lama akan terjadi dekomposisi dan akan menghasilkan gas, salah satunya gas metan (CH4). Pembusukan gas sampah yang membusuk akan menghasilkan gas ammonia (NH3) dan hydrogen sulfida (H2S) yang berpotensi mencemari udara.

“Pencemaran udara oleh gas tersebut akan mengakibatkan kualitas udara menurun dan menurut beberapa laporan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang berbahaya, seperti sesak napas, nyeri dada, bronkitis, pneumonia, dan kambuhnya asma,” kata Cissy, dikutip dari laman Unpad.

Mantan Direktur RSHS ini menambahkan, untuk mengatasi pencemaran udara secara mandiri bisa dilakukan dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti pada zaman pandemi Covid-19, seperti memakai masker, cuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi keluar rumah, namun tidak perlu sampai lockdown.

* Simak tulisan-tulisan lain Iman Herdiana, atau tulisan-tulisan menarik tentang Bandung Raya darurat sampah

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//