• Berita
  • Ketika Kereta Cepat Jakarta Bandung Sudah Meluncur, Mobil Travel akan semakin Menjamur?

Ketika Kereta Cepat Jakarta Bandung Sudah Meluncur, Mobil Travel akan semakin Menjamur?

Masyarakat masih dalam euforia Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh. Mobil travel menjadi pesaing utama karena ongkosnya lebih murah.

Penumpang turun di stasiun kereta cepat Jakarta Bandung Halim, Jakarta, 27 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul15 Oktober 2023


BandungBergerak.idKereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh sudah bisa digunakan masyarakat umum. Konsumen sepur kilat yang diklaim pertama di Asia Tenggara ini diprediksi akan tersegmentasi, yakni masyarakat menengah ke atas dan yang memiliki kesadaran lingkungan.

Moda transportasi publik ini juga menghadapi banyak pesaing. Selain berhadap-hadapan dengan kereta api Argo Parahyangan yang melayani rute Jakarta Bandung, Whoosh juga menghadapi persaingan dari perusahaan travel Bandung Jakarta yang lama menjamur.

Travel Bandung Jakarta banyak ditemukan di kawasan Pasteur, Dipati Ukur (DU), hingga Buah Batu. Mereka menawarkan titik turun di banyak tempat di Jakarta dengan tarif bersaing.

Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Andika Tjitrajaya menyebutkan, kereta cepat Whoosh dan travel merupakan moda transportasi yang sama-sama menawarkan perjalanan ke Bandung Jakarta. Meski secara spesifik, kereta cepat dan Argo Parahyangan adalah transportasi publik, sedangkan travel adalah transportasi privat.

Kehadiran kereta cepat menghadirkan alternatif pilihan bagi masyarakat yang akan berpergian dengan rute Bandung Jakarta dan sebaliknya. Namun pilihan ini bersifat jangka pendek.

“Untuk jangka pendek menurut saya kereta cepat akan menjadi pilihan. Karena dalam jangka pendek orang cenderung menggunakan kercep itu bukan karena rutinitas, tapi lebih kepada, oh ini sesuatu yang baru di Indonesia,” ungkap Andika, kepada BandungBergerak.id melalui sambungan telepon, Rabu, 11 Oktober 2023.

Jika membandingkan ongkos, kereta cepat tentu lebih mahal. Tiket kereta cepat direncanakan berkisar 250-350 ribu rupiah dengan pilihan tiga kelas. Sedangkan travel, berdasarkan harga dari salah satu aplikasi pemesanan tiket online. berkisar 70.000 hingga 195.000 rupiah.

Dengan harga tiket tersebut, kata Andika, kereta cepat memberikan efisiensi waktu, fasilitas yang lebih nyaman, dan minim risiko kecelakaan. Berbeda dengan travel yang bisa terjebak macet, banyak faktor risiko kecelakan, dan fasilitas yang belum sebanding dengan kereta cepat.

“Kalau bagi konsumen mungkin akan tersegmentasi dari segi pendapatan, kenyamanan, dampak lingkungan, preferensi masyarakat. dan juga terkait dengan jadwal,” papar dosen yang meneliti isu pembangunan di Indonesia ini.

Maka dari itu, lanjut Andika, pengguna kereta cepat cenderung masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas, sedangkan travel menengah ke bawah. Masyarakat menengah ke atas menggunakan kereta cepat karena mobilitas tinggi yang cenderung bisnis ke bisnis. Hal tersebut tidak dapat diakomodasi oleh travel.

Selain itu, lokasi tempat tinggal dan tujuan juga menentukan faktor segmentasi konsumen. Dalam hal ini travel dinilai memiliki poin lebih karena mudah diakses dan menawarkan titik tujuan yang lebih banyak dibandingkan kereta cepat. Lokasi dan tujuan ini juga akan menentukan banyaknya biaya pengeluaran.

Jika travel bisa mengantarkan ke pool dengan lokasi tujuan terdekat, kereta cepat tentu tidak memiliki kemampuan ini. Konsumen kereta cepat harus melanjutkan tujuan dengan moda transportasi lain (feeder). Otomatis konsumen harus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos feeder.

Faktor lainnya, sebagai moda transportasi anyar kereta cepat memiliki jadwal operasional yang masih terbatas. Berbeda dengan travel yang memiliki jadwal keberangkatan setiap jam.

“Itu juga akan mempengaruhi kepada masyarakat yang mungkin karena cuma waktunya sedikit, sehingga lebih memilih moda travel. Walaupun perjalan lebih lama dari kercep,” tambah Andika.

Dua unit EMU kereta cepat Jakarta Bandung memasuki Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat,  13 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Dua unit EMU kereta cepat Jakarta Bandung memasuki Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, 13 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Membandingkan Tarif Kereta Cepat Jakarta Bandung dengan Ongkos Kereta Api dan Kendaraan Pribadi
Menanti Tanggung Jawab Pemulihan Lingkungan dan Warga Terdampak Megaproyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Kritik dan Saran dari Calon Penumpang Kereta Cepat Jakarta Bandung

Travel Vs Kereta Cepat

Masih ada harapan bagi kereta cepat untuk menarik lebih banyak lagi minat konsumen. Misalnya, kata Andika, konsumen yang memiliki kesadaran lingkungan. Kereta cepat yang menggunakan bahan bakar listrik bisa jadi pilihan bagi masyarakat yang mempertimbangkan moda transportasi mana yang memberikan kontribusi pencemaran paling rendah pada lingkungan. Walaupun kesadaran masyarakat terkait hal ini masih terbilang rendah.

Di samping itu, kereta cepat sangat mungkin akan menarik minat orang banyak apabila harganya bisa lebih murah. Bukan tak mungkin pemerintah memberi subsidi pada tarif kereta cepat agar masyarakat ramai-ramai mau menggunakannya. Masalahnya, proses balik modal untuk pembangunan kereta cepat ini masih menjadi persoalan karena membutuhkan waktu yang panjang.

“Kalau dari public transport, kemungkinan akan adanya subsidi itu besar. Salah satunya misal bisa dengan alasan faktor lingkungan, sehingga diberikan subsidi bagi yang menggunakan kercep daripada mobilitas degan kendaraan pribadi atau travel,” lanjutnya.

Dengan adanya subsidi ongkos kereta cepat, Andika yakin persaingan dengan travel akan semakin ketat karena perbedaan tarif yang relatif tipis. Belum lagi travel yang bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM) dan kemungkinan kenaikan tarif tol yang menjadi acuan penetapan tarif.

Bagi perusahaan travel, Andika menyarankan agar mereka meningkatkan kenyamanan dan fasilitas yang setara dengan kereta cepat, termasuk menurunkan risiko kecelakaan. Bahkan Andika menyarankan agar travel bisa beralih ke kendaraan yang berbahan bakar listrik.

“Karena menurut saya Jakarta Bandung ini adalah dua kota yang tingkat polusinya tertinggi. Bisa jadi ada preferensi tertentu tuh bagi masyarakat yang menggunakan transportasi yang ramah lingkungan,” tutup Andika.

Baca Juga: Membandingkan Tarif Kereta Cepat Jakarta Bandung dengan Ongkos Kereta Api dan Kendaraan Pribadi
Menanti Tanggung Jawab Pemulihan Lingkungan dan Warga Terdampak Megaproyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Kritik dan Saran dari Calon Penumpang Kereta Cepat Jakarta Bandung

Bukan Pilihan Utama

Saat ini masyarakat sedang dalam euforia kereta cepat. Sebagai gambaran, saat ini sampai 16 Oktober mendatang tiket kereta cepat masih digratiskan. Namun seluruh tiket sudah habis dipesan. Bahkan terdapat masyarakat yang hanya mendapatkan tiket pergi, dia harus kembali dengan moda transportasi lain.

Bagi Ervan Masoem (24 tahun), kereta cepat bukanlah pilihan utama dibandingkan travel atau kereta api Argo Parahyangan. Ervan yang bekerja di perusahaan sekuritas kerap pulang-pergi Jakarta Bandung. Sepanjang awal Oktober ini saja ia sudah dua kali pulang-pergi Jakarta Bandung.

Ervan biasanya menggunakan kereta api Argo Parahyangan setiap Jumat untuk mengejar waktu kembali ke Bandung. Untuk kembali ke Jakarta, biasanya ia menggunakan travel.

Menurutnya, ongkos kereta cepat sebesar 350 ribu rupiah cukup mahal. Meski menawarkan kecepatan.

Ia bias menempuh Bandung Jakarta selama 45 menit menggunakan kereta api Argo Parahyangan. Jarak tempuh dengan travel tiga hingga empat jam, tergantung kondisi kemacetan jalanan.

“Ya itu, pilihannya buat kegunaan kalau waktunya butuh cepat, ya okelah dengan harga segitu. Tapi kalau misalnya gak terlalu cepet kayaknya enggak deh kereta cepat, bukan jadi pilihan yang utama,” terang Ervan kepada BandungBergerak.id.

Selain itu, Ervan mengakui travel lebih banyak menawarkan titik tujuan. Ada banyak travel Bandung Jakarta dengan titik tujuan beragam. Ia bahkan terakhir kali mendapatkan diskon dari salah satu travel sebanyak 70 ribu rupiah. Ia tinggal menyesuaikan titik tujuan, lalu memilih pool yang paling dekat dari travel.

“Enggak pakai satu travel aja. Banyak pakai travel yang lain disesuaikan dengan lokasi tujuan. Salah satu daya tariknya adalah murah dan banyak pilihan tempat turun yang dekat dengan tujuan,” tambahnya.

Ervan lalu membandingkan aksesibilitas kereta cepat. Dari rumahnya di Bandung timur, kereta cepat memang cukup dekat karena stasiun terakhirnya di Tegalluar. Tapi ketika ia tiba di Halim, Jakarta, ia harus melanjutkan dengan LRT atau MRT.

Di situlah permasalahannya karena ia harus menyambung dengan moda transportasi lain yang akan menambah waktu dan biaya. Jika dihitung-hitung, selisih waktu antara kereta cepat, travel, dan kereta api Argo Parahyangan jadi hanya satu jam. “Menang di situnya sih, waktunya, tipis-tipislah,” kata Ervan.

Namun begitu, keberadaan kereta cepat tidak akan mematikan travel. Pilihan antarmoda transportasi akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan masyarakat yang berbeda-beda.

“Saya harus coba dulu sih sebenarnya, gimana enaknya dan manfaatnya kereta cepat. Bisa jadi pilihan kalau pengin Bandung Jakarta lebih cepat kalau ada yang mendesak. Bagus juga ini, Indonesia punya pilihan kereta yang cepat banget. Cuma ya mungkin itu ya, waktunya kalau gak santai bisa gak jadi pilihan, kalau mendesak bisa jadi pilihan,” tutupnya.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Awla Rajul, atau juga artikel-artikel tentang kereta cepat Jakarta Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//