Gunungan Sampah dan Kecemasan Petugas Kebersihan di Pasar Gegerkalong
Gunungan sampah di Pasar Gegerkalong membuat cemas petugas kebersihan, pedagang, dan warga. Butuh solusi, bukan aplikasi.
Yogi Esa Sukma Nugraha
Warga biasa yang gemar menulis isu-isu sosial dan sejarah
15 Oktober 2023
BandungBergerak - Pemandangan buruk terlihat di Gegerkalong Tengah. Gunungan sampah sudah meluber hingga ke pinggir jalan. Dari dekat, bau busuk yang dihasilkannya tercium begitu memacak.
Kamis, 12 Oktober 2023 pukul delapan malam, didasari niat mengunjungi seorang kerabat, saya tiba di Pasar Gegerkalong. Seorang pria ramah menyambut kehadiran di parkiran yang letaknya sekitar 10 meter dari gunungan sampah itu.
"Mangga, antosan didieu, weh, Cep," ujarnya, usai saya menanyakan seorang teman yang tinggal di sekitar Pasar Gegerkalong.
Kami berkenalan. Lelaki tua itu bernama Pak Otim. Kira-kira, usianya sudah menginjak usia 50-an tahun. Rupanya ia merupakan seorang petugas kebersihan di Pasar Gegerkalong.
Kebetulan Pak Otim mengenal kerabat saya. Ini sebuah keberuntungan bagi saya yang sedang kelimpungan karena koneksi ponsel tiba-tiba mengalami gangguan.
Sembari menunggu, kami lanjut bercakap-cakap. Pak Otim menanggapi dengan hangat. Di tengah obrolan singkat, saya melontarkan sejumlah pertanyaan mengenai persoalan yang sedang menimpa Pasar Gegerkalong: gunungan sampah.
Mulanya saya mengira isu darurat sampah hanya ada di titik tertentu saja. Nyatanya, di Pasar Gegerkalong, yang notabene bukan wilayah slum, terdapat juga persoalan serupa. Miris sekali!
Kelak, dari berbagai reportase foto, saya tahu bahwa persoalan sampah di Bandung kian menjadi masalah serius. Rasa penasaran timbul di benak. Ada satu pertanyaan yang hendak ditemui jawabannya: seperti apa upaya yang dicanangkan pemerintah untuk menanggulangi persoalan sampah ini?
Sudah hampir Sebulan
Gegerkalong merupakan kawasan favorit untuk dihuni. Alasannya sederhana. Sependek amatan saya, angka kejahatan di sana bisa dibilang rendah, meski tentu saja bukan berarti tidak ada sama sekali.
Mayoritas penghuni kawasan ini juga dikenal terpelajar. Kehidupan warganya serba teratur. Dalam soal keagamaan, tak usah diragukan. Eksistensi Daarut Tauhid memperkuat pendapat ini.
Namun semua terlihat memudar sejak 25 September 2023. Gunungan sampah menjadi masalah aktual di sekitar Pasar Gegerkalong. Menurut Pak Otim, kini Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Pasar Gegerkalong terpaksa tidak lagi menerima pembuangan sampah dalam skala besar. Hanya penghuni sekitar saja yang dibolehkan membuang sampah, itu pun dalam volume kecil.
Hingga malam datang, orang-orang masih terlihat sibuk bergelut dengan sampah di Pasar Gegerkalong. Pak Otim, bersama rekan-rekannya harus berupaya kerja lebih keras dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, para pedagang jelas merasa terganggu oleh masalah yang sedang menimpa. Gunungan sampah dengan baunya sangat mungkin mengurangi minat pembeli untuk berbelanja. Penghasilan mereka terancam menurun secara signifikan.
"Dari segi kesehatan, jelas terganggu akibat dari sampah," Kata Ogy, seorang petugas kebersihan Pasar Gegerkalong, saat dihubungi, Kamis, 12 Oktober 2023. "Belum lagi cuaca ekstrem sekarang kan."
Namun apa boleh buat! Keadaan memaksa mereka yang beraktivitas di Pasar Gegerkalong untuk tetap bergeliat. Tak peduli sampah terus menggunung dan cuaca ekstrem yang sarat mara bahaya kian mengancam. Mereka bertahan.
Baca Juga: Gejolak Hasrat Sepak Bola di Cijerah
Hikayat Kios Samsudin
Yang Senyap di Dago Pakar
Ogy, Si Penghuni Pasar
"Tos over kapasitas ieu di Gerlong, bos," tulis Ogy di Instagram Story pada Kamis, 12 Oktober 2023, sembari menyertakan foto dan menandai unggahannya itu ke dinas terkait. Ia mengeluhkan timbunan sampah di sekitar tempatnya bekerja.
Saya segera membalas cerita yang dibagikannya. Diawali dengan menanyakan kabar, karena memang telah lama tak berjumpa. Kemudian terjadilah percakapan melalui pesan masuk.
"Parah pisan dibanding nu lain," ujar Ogy membalas pesan saya.
Sang petugas kebersihan mengirimkan juga foto-foto lain sebagai bukti bahwa penumpukan sampah di Pasar Gegerkalong telah sedemikian parah. Sungguh tak sedap dilihat!
Selepas bekerja, saya langsung mengunjungi kediaman Ogy. Silaturahmi menjadi dasar pertemuan kami berdua. Dan tentu mudah saja mencari dirinya. Ia merupakan petugas kebersihan (dan keamanan) di Pasar Gegerkalong, Bandung.
Sejak kami bersama-sama mengunyah bangku sekolah menengah di bilangan Jalan Cihampelas, nama Ogy memang sudah sohor sebagai penghuni Pasar Gegerkalong. Kawan-kawan di lingkungan rumahnya biasa menyapanya Mang Ocen.
Saya dan Ogy sering berbalas candaan. Meski begitu, dalam waktu tertentu, tepatnya belasan tahun lalu, kami juga kerap mendiskusikan hal serius. Bila capai, Ogy selonjoran di kursi rumah teman kami di bilangan Geger Arum. Mengisap rokok, sambil minum segelas kopi.
Begitulah masa sebelum akhirnya kami sibuk dengan rutinitas masing-masing. Banyak hal yang telah berubah, dan banyak harapan yang dulu kami semai, memudar. Ogy kini memiliki kewajiban sebagai petugas kebersihan (dan keamanan) di Pasar Gegerkalong.
Jika sempat, tak jarang saya menyambangi Ogy. Atau kami berjanji bertemu di satu lokasi. Kadang nonton bareng klub sepak bola kesayangan.
Sekarang, kabar terbaru bahkan menyatakan bahwa Ogy menjalani pekerjaan ganda. Ia juga menjaga keamanan di Pasar Sarijadi. Semua terjadi seiring laju usia. Barangkali beban hidupnya turut bertambah.
Dan kini situasinya juga tampak lain. Ogy sedang dilanda kemuraman. Kondisi tempatnya mencari nafkah dihantui masalah sampah. Ia cemas.
Upaya Pemerintah
Isu Bandung darurat sampah telah teramplifikasi di berbagai saluran. Banyak warga yang mulai resah terhadap masalah sampah. Hal serupa tampak pula dari kebijakan pemerintah kota Bandung.
Kabar terbaru menyebut bahwa Pejabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono menggelar rapat koordinasi bersama Satuan Tugas (Satgas) Darurat Sampah. Di sana ia menyampaikan bahwa penanganan sampah bukan hanya tugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK).
"Satgas Sampah ini sudah melibatkan banyak instansi sebab darurat sampah bukan persoalan DLHK saja. Semua punya tugas tambahan ini di samping tupoksi masing-masing," ujar Bambang, seperti dipetik dari laman bandung.go.id, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Bukan hanya itu. Konon pemerintah kota tengah merancang inovasi dalam penanganan sampah. Dan itu akan dijalankan mulai pekan depan. Sebuah sistem aplikasi pelaporan yang dinamai Bandung Waste Management (BWM).
Sialnya, Pak Otim dan Ogy tentu saja tak butuh penjelasan canggih semacam itu. Yang mendesak bagi mereka, juga orang-orang lainnya, adalah jawaban dari sebuah pertanyaan: seberapa cepat (dan akurat) solusi yang ditawarkan bisa menyelesaikan masalah?
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Yogi Esa Sukma Nugraha, atau juga artikel-artikel lain tentang Bandung Darurat Sampah