• Berita
  • Great Talk Membuka Ruang Aman untuk Kesehatan Mental

Great Talk Membuka Ruang Aman untuk Kesehatan Mental

Ruang aman sebagai tempat untuk mengungkapkan perasaan. Kesehatan mental memerlukan perhatian serius seiring meningkatnya fenomena bunuh diri.

Kegiata berbincang dan bercerita tentang kesehatan mental di Great Talk bersama Great UPI, di Sekre Great UPI, Bandung, Senin, 23 Oktober 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Fitri Amanda 26 Oktober 2023


BandungBergerak.idSetiap orang membutuhkan ruang aman untuk berbicara mengenai keadaan dirinya. Keberadaan ruang berperan penting dalam menopang kesehatan mental seseorang. Di ruang aman ini orang bisa mengungkapkan perasaan, masalah, serta pengalaman tanpa rasa takut akan pandangan orang lain atau dicap sebagai manusia yang lemah.

Ruang aman adalah lingkungan atau suasana di mana tiap individu dapat mendengarkan dan mendukung satu sama lain. Upaya menciptakan ruang aman ini dilakukan oleh teman-teman dari Gender Research Student Center (Great Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, melalui kegiatan “Great Talk: Capek, ya? Cerita yuk!”, Senin, 23 Oktober 2023.

Great Talk yang dihadiri oleh 9 mahasiswa perempuan dan 3 mahasiswa laki-laki ini mengajak peserta untuk berbagi cerita mengenai berbagai aspek dalam kehidupan, termasuk perasaan dan pengalaman pribadi mereka.

Great Talk diharapkan dapat menjadi wadah di mana mereka dapat merasa bebas untuk berbicara, mendengarkan, dan mendukung satu sama lain.

Great Talk tidak hanya memberikan ruang aman untuk ekspresi diri, tetapi juga memberikan pemahaman dan membangun empati kepada orang lain, seperti yang diungkapkan oleh Ica (25 tahun), salah seorang peserta Great Talk.

Ica menyadari bahwa masalah yang dihadapi oleh setiap individu sangat beragam dan memiliki kompleksitas yang berbeda-beda. Mahasiswi S2 Bimbingan Konseling UPI ini menjelaskan, setiap orang memiliki cara mereka sendiri dalam menghadapi masalah dan tantangan dalam menjalani hidup.

Pengalaman tersebut juga memberikan wawasan penting bagi Ica, terutama karena latar belakangnya yang merupakan mahasiswi Bimbingan Konseling.

Ica merasa Great Talk telah membuka matanya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh orang lain. Ia merasa lebih toleran dan memahami orang lain setelah mendengarkan berbagai cerita dan pengalaman yang dibagikan oleh peserta lainnya dalam kegiatan tersebut.

Cerita-cerita yang ia dengar selama menghadiri Great Talk ini juga menjadi salah satu pendorong Ica untuk terus belajar dan meningkatkan pemahamannya tentang berbagai aspek kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis.

Ica menyadari masih banyak hal yang perlu ia pelajari dalam bidangnya, dan pengalaman Great Talk telah memberikannya perspektif baru yang berharga.

“Aku merasa senang karena banyak teman-teman yang sudah melakukan step (langkah) pertama untuk mengakui perasaannya dan terbuka sama orang lain. Aku juga merasa sedih sekaligus, karena ternyata orang-orang di sekitar kita yang dekat pun, mereka tuh kesulitan ternyata buat divalidasi perasaannya,” kata Ica.

Menurut Ica, kegiatan Great Talk ini banyak menumbuhkan dinamika kelompok serta membantu untuk menyadarkan bahwa perasaan yang dirasakan setiap individu adalah valid dan bukan perasaan yang berlebihan, serta membuka matanya bahwa ternyata lebih memperhatikan bagaimana diri bersikap kepada orang lain agar orang tersebut tidak merasa tersakiti merupakan hal yang juga penting.

Baca Juga: Great UPI Mengadakan Konferensi Kampus Se-Jawa Barat, Mendesak Pendidikan Tinggi Menciptakan Ruang Aman dari Kekerasan Seksual
Hadirnya Teknologi, Ruang Aman Semakin Samar?
Mendefinisikan Ulang Ruang Aman dalam Gerakan Kolektif

Kegiata berbincang dan bercerita tentang kesehatan mental di Great Talk bersama Great UPI, di Sekre Great UPI, Bandung,  Senin, 23 Oktober 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Kegiata berbincang dan bercerita tentang kesehatan mental di Great Talk bersama Great UPI, di Sekre Great UPI, Bandung, Senin, 23 Oktober 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

“Ternyata sebesar itu dampak yang ditimbulkan dari perilaku maladaptif manusia kepada manusia lainnya, dan membuat kita semakin aware bahwa mental health itu penting untuk diperhatikan untuk diri kita, orang-orang sekitar kita, dan lingkungan kita yang lebih besar lagi,” jelas Ica.

Cici (21 tahun) yang juga merupakan bagian dari Great UPI, juga berbagi perasaannya setelah kegiatan Great Talk. Ia mengungkapkan kebahagiaannya karena banyak yang hadir dalam kegiatan tersebut, dan ini membuatnya merasa bahwa Great Talk berhasil menjadi pemicu untuk mendorong mereka menjadi terbuka tentang diri mereka dan berani untuk bercerita kepada orang lain.

“Aku senang karena Great bisa menjadi ruang aman untuk semua,” ungkap Cici.

Mahasiswi bahasa Jerman UPI ini menggarisbawahi betapa pentingnya acara yang dapat menciptakan ruang aman untuk banyak orang seperti Great Talk.

Cici menuturkan, Great sebelumnya juga telah menyelenggarakan Great Talk dengan membahas isu lainnya, salah satunya adalah “Ospek Tanpa Kekerasan”. Pemilihan tema untuk setiap acara Great didasarkan pada kebutuhan dan keresahan yang dirasakan oleh teman-teman dalam komunitas.

Hal tersebut tercermin dalam pemilihan tema Great Talk kali ini yang berkaitan dengan isu kesehatan mental, sebagai respons terhadap berita yang mengkhawatirkan mengenai meningkatnya kasus bunuh diri dan isu-isu kesehatan mental lainnya.

“Kenapa sih menyelenggarakan dalam tema yang hari ini, karena ini juga biasanya kebutuhan teman-teman yang ingin mereka angkat isunya,” jelas Cici.

Cici menyoroti pentingnya memiliki ruang aman di mana setiap individu dapat merasa didengar dan diterima. Ia menekankan bahwa sering kali kita menginginkan kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman, namun sulit untuk menemukan ruang yang aman di tengah masyarakat yang masih terkait dengan stigma terhadap isu kesehatan mental.

“Dan aku harap Great bisa menjadi ruang aman untuk semua, baik dari perempuan, laki-laki, dan semua gender yang ada,” katanya.

Meningkatnya Kasus Bunuh Diri

Penelitian Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang terbit Oktober 2022 melaporkan, 1 dari 3 remaja (34,9 persen setara dengan 15.5 juta remaja) Indonesia memiliki masalah kesehatan mental.

Pada 10 Oktober 2023 Komnas Perempuan merilis data Polri antara rentang Januari hingga Juni 2023, bahwa terdapat 663 insiden bunuh diri di Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 36,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021, yakni 486 kasus bunuh diri.

Kasus-kasus bunuh diri tersebut umumnya disebabkan oleh berbagai masalah yang terkait dengan kesehatan mental.

Fenomena bunuh diri menunjukkan bahwa kesehatan mental merupakan permasalahan serius yang terjadi di Indonesia. Peningkatan angka kasus bunuh diri selama beberapa tahun terakhir menjadi peringatan keras bahwa pendekatan terhadap kesehatan mental di masyarakat perlu ditingkatkan.

Kerja sama antara pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat secara bersama-sama perlu dilakukan secara lebih optimal lagi guna meningkatkan kesadaran mengenai isu kesehatan mental, menyediakan sumber daya yang memadai, serta mengurangi stigma yang masih melekat pada masalah ini.

Hal tersebut dapat dimulai dengan langkah kecil dengan berupaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan peduli, sehingga setiap remaja merasa didengar, didukung, dan memiliki akses kepada perawatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan kesehatan mental.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Fitri Amanda, atau artikel-artikel lain tentang Gender dan Kesetaraan

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//