Tiga Pasang Kontestan Pilpres 2024 Dianggap Belum Bisa Mewadahi Aspirasi Pemilih Muda
Bagaimana pemilih muda melihat pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud MD, dan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka?
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah31 Oktober 2023
BandungBergerak.id - Hajatan demokrasi 2024 tinggal menghitung bulan. Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah mulai melancarkan kampanye dengan janji-janji manisnya. Mereka ialah pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud MD, dan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Di mata pemilih muda, pasangan capres dan cawapres tersebut dinilai kurang mewadahi isu-isu yang dihadapi orang-orang muda. Upaya pelibatan anak muda di panggung politik pun masih minim.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung Dzikri Nasrullah (22 tahun) mengatakan, pemilih muda umumnya menginginkan keterbukaan dalam Pemilu 2024. Pemuda juga ingin dilibatkan dalam pendidikan politik yang baik.
"Agar pemuda Indonesia disadarkan dengan pendidikan politik yang baik jangan hanya melibatkan pemuda secara langsung pada politik yang bersifat pragmatis atau money politics," kata Dzikri saat dihubungi, Senin, 30 Oktober 2023.
Sebagai pemilih muda, Dzikri menginginkan bagaimana calon dari legislatif serta eksekutif bisa meyakinkan pemuda melalui pendidikan politik yang intensif.
Ditanyai mengenai program-program tiga capres dan cawapres yang baru-baru ini telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Dzikri memandang program mereka hanya berifat marketing kampanye saja.
"Belum tentu ketika salah satu capres terpilih programnya dilaksanakan. Dan saya adalah orang yang skeptis terhadap janji-janji para elite politik," jelas Dzikri.
Rasa ragu terhadap tiga pasang kontestan Pilpres 2024 juga diungkapkan mahasiswa UIN SGD Bandung lainnya, Janattin Aliyah (22 tahun).
"Kita bisa meninjau kurangnya lapangan kerja, sementara SDM-nya banyak. Ditambah pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi," kata Janattin.
Pesta demokrasi lima tahunan kali ini bisa dibilang momentum bagi pemilih muda karena jumlah mereka yang signifikan. Tren ini terlihat dalam riset Pemilih Muda dan Pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sosial Politik Pascapademi yang dirilis oleh Center For Strategic and Internasional Studies (CSIS) di mana partisipasi pemula dan pemuda meningkat dari pemilu 2014 ke 2019.
Selain itu, isu-isu strategis mulai dari kesehatan hingga ekonomi menjadi perhatian para pemilih pemuda dari pemilu ke pemilu. CSIS menyebutkan, di tahun 2024 mendatang karakter pemilih muda cenderung dinamis serta menyoroti juga isu-isu domestik dan global.
"Era baru ke depan akan menandai perubahan arah kebijakan politik pasca-2024. Dengan pemilih muda yang responsif terhadap kebijakan di bidang kesehatan, lingkungan, ketenagakerjaan, demokrasi dan pemberantasan korupsi akan membuat proses pembuatan kebijakan harus kolaboratif dan mendengar persepsi atau aspirasi eksternal," tulis riset CSIS diakses, Senin 30 Oktober 2023.
Jumlah pemuda yang aktif pada politik formal dan mencalon diri dalam pemilihan legislatif bahkan kepala daerah lumayan baik. Akan tetapi, CSIS menyebut belum ada mekanisme politik di internal yang tidak memungkinkan mereka terpilih.
"Namun belum tersedia mekanisme politik di internal partai yang memungkinan mereka untuk berpartisipasi aktif, seperti masih rendahnya ketertarikan mereka menjadi kader/anggota partai. Kedepan partai politik perlu memberikan kouta pencalonan khusus bagi pemilih muda,"ungkapnya
Preferensi pemilih muda pada 2024 mengalami perubahan besar, penyelesaian situasi krisis menjadi salah satu yang disukai.
"Pemilih muda terhadap kepemimpinan nasional mengalami perubahan yang besar dibandingkan dua pemilu sebelumnya. Dalam pemilu 2024 pemilih muda menyukai pemimpin yang bersih dan antikorupsi, inovatif,dan mampu memimpin di situasi krisis," jelasnya.
Baca Juga: Reklame Politik Mengepung Kampus
Membaca Sejarah Partai Nahdlatul Ulama sampai Keluar dari Gelanggang Politik Praktis
Membaca Kerapuhan Mahkamah Konstitusi menjelang Pemilu 2024
Pemilih Muda Tersegmentasi
Pengamat dan pakar politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Ari Ganjar Herdiansyah mengatakan, partai politik dan para kontestan pemilu 2024 perlu konsen untuk mendapatkan antensi dari pemilih muda dan pemula.
"Sekarang yang menjadi konsen adalah bagaimana tiap-tiap partai politik itu berlomba-lomba mendapatkan atensi dari para pemilih muda," kata Ari saat dihubungi oleh Bandungbergerak.id, Selasa, 24 Oktober 2023.
Menurutnya, tak semua semua pemilih muda menggunakan dengan karakteristik yang sama, bahkan karakteristik geografis memiliki pendekatan dan metode berbeda yang harus dilakukan oleh partai politik.
"Pemilih muda ada segmentasi tidak semua sama. Segmentasi berdasarkan karakteristik geografis misalnya Di kawasan perkotaan itu lebih independen, pemilih muda punya peran. Jadi saya lihat, partai-partai bervariatif berdasarkan segmentasinya," jelas Ari.
Sementara itu, riset Litbang Kompas menyebutkan partai politik belum mampu merespons kecenderungan gen Z secara optimal.
"Pendekatan yang dilakukan masih berfokus pada gimik, alih-alih mengadaptasi cara pikir pemilih mula secara menyeluruh," tulis Litbang Kompas, dikutip dalam artikel berjudul “Parpol Berupaya Dekati Gen Z, tetapi Strateginya Dinilai Masih Parsial”, di Kompas.id, 28 Februari 2023, diakses Senin 30 Oktober 2023.
Oleh karenanya, langkah komprehensif untuk menarik suara pemilih muda atau Gen Z perlu ditingkatkan dengan langkah-langkah komprehensif. Lankah ini bukan hanya bertujuan untuk menggaet suara, tetapi juga meningkatkan kesadaran politik generasi Z dan mempersiapkan kepemimpinan masa depan.
Litbang Kompas juga menyebutkan Preferensi Politik Gen Z tersebar pada 14 partai politik. Selain sembilan parpol yang ada di parlemen, pilihan mereka juga jatuh ke parpol nonparlemen, yakni Partai Perindo, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Gelora, Partai Buruh, Partai Bulan Bintang, dan Partai Hanura.
“Dari 15 parpol tersebut, tiga di antaranya mendapatkan dukungan terbesar, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P (19,5 persen), Partai Gerindra (17,1 persen), dan Partai Demokrat (10,9 persen)," beber Litbang Kompas.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang politik dan Pilpres 2024