• Berita
  • Mahasiswa Papua Merefleksikan 62 Tahun Trikora di Jalan Asia Afrika

Mahasiswa Papua Merefleksikan 62 Tahun Trikora di Jalan Asia Afrika

Mahasiswa Papua melakukan demonstrasi di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung. Mereka menuntut penghentian operasi militer di Papua.

Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Papua Indonesia untuk West Papua (FRI West Papua) menggelar aksi damai memperingati Tri Komando Rakyat (Trikora) di depan Gedung Merdeka, Bandung, Selasa, 19 Desember 2023. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah20 Desember 2023


BandungBergerak.id - Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Papua Indonesia untuk West Papua (FRI West Papua) menggelar aksi damai memperingati Tri Komando Rakyat (Trikora) di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Selasa, 19 Desember 2023. Aksi ini diisi dengan orasi-orasi dan pengusungan poster berisi berbagai tuntutan, antara lain penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua.

Pilamo, Koordinator Aksi Trikora mengatakan aksi ini sebagai peringatan kolonialisme yang dilakukan pertama kali oleh Indonesia terhadap rakyat Papua.

“Kami memperingati 19 Desember 1961, yaitu Trikora tri komando rakyat yang dikumandangkan oleh Sukarno pada waktu itu. Tujuan daripada Trikora itu lahir pada saat 1 Desember 1961, bangsa Papua baru melahirkan manifesto politik, sebagai satu bangsa. Tapi hanya bertahan 19 hari," kata Pilamo saat ditemui BandungBergerak.id, Selasa, 19 Desember 2023.

Menurutnya, kekuasaan bangsa Papua yang baru seumur jagung itu dibubarkan secara paksa oleh pemerintah Indonesia saat itu melalui operasi militer. "Sehingga menjadi peristiwa sejarah rakyat Papua terus memperingati awal kolonialisme di Papua," jelas Pilamo.

Aksi ini, lanjut Pilamo, menuntut agar dekolonisasi di tanah Papua bisa terselesaikan serta operasi militer di Papua bisa dihentikan. Pilamo juga meminta pemerintah agar memberikan hak kepada rakyat Papua untuk menentukan nasib sendiri sesuai dengan iklim demokrasi. Selain itu, aksi ini juga menuntut penghentian kebijakan program Otsus di Papua.

FRI West Papua, kata Ucup, aktivis FRI West Papua lainnya, adalah organisasi yang mengusung semangat antipenjajahan. Semangat ini juga diusung rakyat Papua. Ucup menyatakan, kolonialisme yang terjadi di Papua sama halnya dengan yang terjadi di Palestina.

"Bagi kami apa yang dialami Palestine sangat mirip dengan apa yang dialami Papua,” kata Ucup. “Kami juga punya semangat dekolonisasi sehingga tidak ada alasan lain untuk tidak membela Papua."

Ucup menjelaskan, aksi memperingati Trikora ini rutin digelar di berbagai kota setiap tahunnya. Melalui Trikora, militer Indonesia menjalankan operasinya di pulau cenderawasih.

Baca Juga: Apa yang Bisa Diperbuat Setelah Pemekaran Papua?
Demokrasi tak Dapat Diraih di Papua
Pameran Foto Kisah Senyap, dari Penggusuran Tamansari hingga Kerusakan Sungai di Papua

Sejarah Trikora

Operasi Tri Komando Rakyat atau Trikora dilancarkan seusai proklamasi kemerdekaan Indonesia. Secara teknis, operasi Trikora menggabungkan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adi Sudirman dalam Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer (2019) menyebutkan pada tanggal 19 Desember 1961, Sukarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di alun-alun Utara Yogyakarta.

“Sukarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Suharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando adalah merencenakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia,” tulis Adi, diakses Selasa, 19 Desember 2023.

Dalam operasi Trikora ini, kata Adi, dilakukan operasi amfibi terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia. TNI ditugaskan melakukan pendaratan di salah satu pantai di Irian Barat yang masih diduduki Belanda.

Operasi Trikora ini bermula dari upaya Indonesia ingin membebaskan diri dari cengkeraman Belanda, masalah ini berawal di Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, pada 2 November 1949. Yuda Prinada dalam artikel yang dimuat oleh Tirto.id berjudul Sejarah Operasi Trikora: Latar Belakang, Isi, Tujuan, dan Tokoh menyebutkan Indonesia dan Belanda merasa tidak puas dengan wilayah bagian timur dan tidak mendapatkan titik temu.

“KMB memutuskan bahwa masalah Papua Barat akan diselesaikan dalam waktu setahun ke depan. Namun, hingga 12 tahun berselang, persoalan itu belum juga dibahas lagi,” tulis Yuda, diases dari tirto.id (https://tirto.id/sejarah-operasi-trikora-latar-belakang-isi-tujuan-dan-tokoh-gaV7).

Melalui operasi Trikora, Sukarno dengan tegas menyebut bahwa Merah Putih harus segara berkibar di Papua Barat. “Adapun isi Trikora seperti yang diserukan oleh Bung Karno sebagai berikut: 1. Gagalkan negara boneka Papua. 2. Kibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di Papua, 3. Siapkan diri untuk mobilisasi umum,” tulis Yuda kembali.

Sementara itu, pada lembaran siaran pers yang diterbitkan oleh Aliansi Mahasiswa Papua dan FRI West Papua disebutkan serangkaian sejarah ini disebut sebagai cacat integrasi. “Kondisi ini kemudian membuahkan praktik militerisasi yang berimbas pada maraknya pelanggaran HAM, Penyingkiran Orang Asli Papua, dan kerusakan lingkungan,” tulis FRI West Papua.  

*Kawan-kawan bisa membaca reportase-reportase lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau tulisan-tulisan tentang Mahasiswa Papua

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//