• Podcast
  • PODCAST SUARA PINGGIRAN: Heri 'Ucok' Sutresna, Homicide, Musik, dan Akar Rumput

PODCAST SUARA PINGGIRAN: Heri 'Ucok' Sutresna, Homicide, Musik, dan Akar Rumput

Heri Sutresna alias Ucok Homicide menyaksikan sekaligus pelaku musik underground)di Bandung sejak akhir 1980-an. Ia tetap menekuni musik dan komunitas.

Penulis Raihan Malik16 Januari 2024


BandungBergerak.idHeri 'Ucok' Sutresna mengalami perkembangan musikal sejak era breakdance pada akhir 80-an, kemudian menjadi bagian dari gerakan musik independen di Bandung pada era 90-an. Pada era ini Ucok menelurkan gagasannya melalui lirik-lirik hiphop dengan band undergroundnya Homicide (1994-2007).

Kini, zaman sudah berubah. Masa keemasan band underground Bandung tinggal nama. Begitu juga nyanyian-nyanyian cepat dengan lirik-lirik panjang ala Homicide. Namun, Ucok masih bergerak di jalur lain bersama akar rumput. Ia mendirikan Grimloc, label musik indie di Bandung.

Pertengahan pekan lalu, BandungBergerak.id memperoleh kesempatan mengunjungi Ucok. Kunjungan ini kami rekam di kanal Youtube BandungBergerak.id melalui Podcast Suara Pinggiran, sebuah acara daring yang memberi tempat bagi orang-orang ‘biasa’, komunitas, dan kelompok marginal.

Pada kesempatan tersebut, Ucok mengenang di era 90-an ia terlibat dalam kompetisi rap dan mengalami kesulitan menemukan teman dengan minat yang sama di Bandung. Gerakan independen musik di Bandung pada waktu itu masih dalam tahap perkembangan, dan Ucok menjadi bagian dari komunitas hardcore punk dan metal sebelum terlibat lebih dalam di komunitas hiphop. Keterlibatan Ucok di kompetisi rap menjadi semakin masif di tahun-tahun berikutnya.

Ujung Berung menjadi salah satu titik komunitas bawah tanah di Bandung. Wilayah di Bandung timur ini menjadi tempat bertemunya sesama musisi. Internet dan Google belum begitu populer pada saat itu, sehingga pengetahuan tentang musik lebih banyak beredar secara komunal atau melalui interaksi tatap muka langsung.

Tak heran masa itu istilah nangkring (menongkrong) cukup populer. Di acara nangkring, para pegiat komunitas seperti Ucok saling bertukar informasi, misalnya mengenai tempat rekaman yang sulit ditemukan.

Baca Juga: Riverside Forest dan Sepak Bola yang Lain
Mendengarkan Wanggi Hoed
Mendengarkan Cerita Perempuan Penyuluh

Homicide dan Politik

Ucok juga meyinggung bandnya Homicide. Pertemuan di kompetisi rap menjadi poin awal bagi band ini. Homicide mengalami masa produktifnya di tahun 2000-an. Pencarian alat rekaman membawa Homicide ke tingkat baru. Meskipun ada kendala finansial, pinjam-meminjam menjadi solusi.

Dari Homicide, Ucok berbicara soal politik. Baginya, isu sosial dan politik tak bisa terpisahkan dari kehidupan pribadi. Begitu juga dengan musik yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia. Semua berkelindan dalam solidaritas dan berjejaring. Hal inilah yang diteankan lirik-lirik yang disuarakan Homicide.

Meski Homicide tinggal nama, Ucok masih tetap menekuni ide-ide yang disuarakan band yang salah satu lagunya berjudul “Puritan” itu. Terlebih Bandung merupakan representasi dari kegelisahan yang disuarakan Homicide, bukan hanya tentang agraria, melainkan juga kehidupan sehari-hari dan perjuangan warganya.

Ucok terlibat dalam Festival Kampung Kota di Dago Elos. Festival ini sebagai respons terhadap kegelisahan tersebut, dengan mengamplifikasi isu ruang hidup, komunitas, kegiatan kreatif, dan jejaring sosial.

Bagi Ucok, saat ini warga memerlukan penguatan dan solidaritas. Pendekatan ini ditekankan sebagai langkah untuk menghadapi kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan setelah Pemilu atau Pilpres 2024.

*Kawan-kawan bisa menyaksikan Podcast Suara Pinggiran BandungBergerak.id dalam tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//