• Narasi
  • Di Balik Jaket Hijau, Seorang Habib

Di Balik Jaket Hijau, Seorang Habib

Ismail Assegaf, orang-orang biasa memanggil Mail, penyandang marga tertua di kalangan habaib. Memilih profesi driver ojol sebagai jalan mencari nafkah.

Muhammad Ridwan Al Faruq

Pegiat Kelas Isolasi

Ismail Assegaf alias Mail (40 tahun), habib dari Cibiru, Kota Bandung, Kamis, 14 Desember 2023. (Foto: Muhammad Ridwan Al Faruq/Penulis)

17 Januari 2024


BandungBergerak.id - Pukul lima pagi, pinggiran Kota Bandung masih terbungkus selimut malam yang perlahan mulai menampakkan berkas-berkas sinar emasnya. Sayup-sayup terdengar suara tetesan air yang jatuh dari daun pohon di depan rumah, sisa hujan semalam.

Ismail Assegaf alias Mail, 40 tahun, sedang memanaskan mesin motor bebek kesayangannya, sembari menunggu putrinya bersiap. Tak lama, sesosok gadis cantik mungil berwajah putih dengan rambut panjang agak ikal keluar dari dalam rumah. Gadis itu mengenakan seragam putih abu-abu dengan jaket jeans berwarna biru tua dan menggendong tas di punggung. Sang ibu di belakangnya.

Udara masih terasa begitu dingin hari itu, Kamis, 14 Desember 2023. Gadis kecil itu mencium dan memeluk erat ibunya, pamit berangkat sembari melambai-lambaikan tangan. Mail dan putri tunggalnya berangkat meninggalkan rumah mereka di Kampung Babakan Dangdeur, Desa Pasir Biru, Cibiru, Kota Bandung. Mereka berkendara melintasi aspal basah dan kabut tipis jalan raya.

SMAN 11 Bandung masih begitu sepi ketika keduanya tiba. Gadis itu mencium tangan ayahnya dan berjalan masuk ke dalam sekolah. Mail segera membuka ponselnya dan mengaktifkan aplikasi Grab Driver yang ia punya. Tak menunggu waktu lama, ponsel itu berbunyi. Terdengar reff lagu Don't Speak dari No Doubt yang ia jadikan sebagai ringtone. Mail mengecek ulang detail alamat dan rute order yang diterimanya, lalu bergegas menuju lokasi penjemputan. Hari yang sibuk di Bandung dimulai.

Nu penting mah halal (yang penting halal). Nge-Grab mah kitanya bebas, gak terlalu terikat kan. Terus, kita lebih punya banyak waktulah sama keluarga. Ketemu banyak orang, saling sharing ogé. Sanajan emang sok aya kurangna tapi, urang tinggal pinter-pinter wé usaha nu lain (walaupun memang suka ada kurangnya tapi, kita tinggal pintar-pintar usaha yang lain). Da waktu mah moal kabeuli ku duit (waktu kan gak bisa dibeli sama uang),” ujar Mail, seorang habib yang berprofesi sebagai pengemudi atau driver ojol (ojek online).

Berkumpul, Berdiskusi

Menjelang siang, lima orang pengemudi ojek online sedang beristirahat di basecamp mereka. Beberapa di antara mereka mengisap rokok sambil sesekali menyeruput kopi yang diseduh sendiri. Dua orang terlihat masih muda, kisaran 20 tahun.

Sebuah motor bebek berhenti untuk parkir di depan basecamp itu. Seorang pria paruh baya turun . Dia mengenakan atribut hjau khas Grab dan bercelana jeans biru dengan beberapa tambalan dan tas selempang. Saat ia membuka helmnya, terlihat rambut panjang berwarna agak pirang terurai hingga bahu. Perawakannya tinggi kurus, wajahnya putih, berjanggut tipis, dan berhidung mancung khas keturunan Arab.

Itulah Ismail Assegaf, seorang habaib dari marga Assegaf. Marga ini merupakan marga habaib tertua yang bersambung ke Nabi Muhammad SAW. Assegaf berarti atap yang memiliki kedudukan yang tinggi serta menjadi pelindung bagi umat dan ulama di zamannya. Meskipun demikian, hal itu tidak membuatnya gengsi untuk menjadi driver ojek online.

“Sebetulnya memang ada saudara yang sinis, si Mail nanaonan sih nga-Grab sagala (si Mail apa-apaan nge-Grab)? Tapi nya salahna dimana? Para nabi usaha kan (para Nabi pun bekerja)? Misalna Nabi Muhammad dagang, Nabi Isa ngangon (penggembala). Jadi, kenapa juga harus gengsi? pedah teu prestise? nyari nafkah mah kan kawajiban (mencari nafkah itu kewajiban). Dan banyak juga kok habib yang sepemikiran sama saya,” ungkap Mail.

Mail lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya Abu Bakar (Almarhum) merupakan pensiunan perwira TNI yang dari beliaulah nasab habaib-nya tersambung. Mail dididik disiplin sejak dini, meski sang ayah sangat moderat dan terbuka dengan gagasan-gagasan modern. Salah satu cerita yang dikagumi sang ayah adalah peristiwa revolusi Islam Iran pada tahun 1970-an.

Selain seorang habib, Mail juga merupakan seorang sarjana ilmu komunikasi. Dia lulus dari STAI Madinatul Ilmi di Depok pada tahun 2006. Dia sering bercerita tentang pengalamannya selama menjadi mahasiswa. Dia pernah menjabat sebagai ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan sangat aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Dia juga rajin berwirausaha, seperti berjualan buku. Begitulah ia berbar dengan berbagai kalangan.

Badé ngopi, Bib? (mau ngopi, Bib?),” ucap seorang driver.

Teu sawios (gak papa), tiasa ku nyalira da (bisa sendiri),” jawab Mail.

Seorang driver muda berinisiatif menyeduhkan segelas kopi hitam yang disimpan di atas dispenser di basecamp mereka. “Ieu, Bib,” ucapnya.

Nuhun atuh (terima kasih),” timpal Mail.

Bib, ana nemu tulisan bagus,” ucap seorang driver muda sembari memperlihatkan sebuah artikel berjudul “Musik dan Suara-suara yang Dibungkam”.

Artikel itu cukup menarik perhatian Mail, “Wah résép ieu! (wah menarik ini!),” tanggapnya.

Mereka akhirnya berdiskusi, saling bertanya dan menanggapi. Sebuah hal yang mungkin tidak didapati dari tongkrongan para driver ojol lain. Kehadiran Mail membawa angin segar yang memancing mereka untuk belajar berbagai hal baru.

Amin, 41 tahun, seorang driver ojol senior satu tongkrongan dengan Mail, mengatakan edukasi bisa dilakukan di mana saja. Tidak harus selalu di ranah akademik.

“Terlepas dari kerjaan kita, edukasi itu sangat penting. Gak kudu harus formal kan, banyak pelatihan, mau wirausaha atau lainnya juga. Sekarang banyak kan komunitas juga yang pesertanya malah banyak dari nonakademik malah. Kalau kata habib, banyak jalan mah asalkan kitanya mau belajar,” kata Amin. 

Ismail Assegaf alias Mail bersama kawan-kawan, Kamis, 14 Desember 2023. (Foto: Muhammad Ridwan Al Faruq/Penulis)
Ismail Assegaf alias Mail bersama kawan-kawan, Kamis, 14 Desember 2023. (Foto: Muhammad Ridwan Al Faruq/Penulis)

Baca Juga: Irama Peluit Aji
Setelah Bandang Menerjang Lamajang Peuntas
Percik Api Haris Fatia untuk Bandung

Transportasi Baru

Dewasa kini, ojek online menjadi moda transportasi yang sangat populer. Berbasis aplikasi yang bisa dengan mudah di-install lewat smartphone yang kita miliki. beragam jenis layanan, opsi pembayaran, dan banyaknya promo yang diberikan, semakin menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. 

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, diketahui ranking aplikasi ojol yang paling sering digunakan oleh masyarakat. Gojek di urutan pertama dengan 59,13 persen, disusul Grab (32,24 persen), Maxim (6,94 persen), InDriver (1,47 persen), dan aplikasi lainnya (0,23 persen). Tingginya minat masyarakat untuk andil dalam ekosistem ojol, baik sebagai mitra driver maupun mitra kurir, tak lepas dari banyaknya konsumen pengguna jasa ini.

Meski memanen popularitas dalam beberapa tahun terakhir, ojek online tidak lepas dari belitan persoalanUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebut sebenarnya ojek tidak ditetapkan sebagai transportasi umum. Namun pada tahun 2019, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang mengatur secara khusus perihal ojek online. Hal ini digunakan untuk menjamin kepentingan masyarakat melalui peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor PM 12 tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat.

Selain itu, mitra ojek online kerap mendapat masalah, terutama terkait benturan dengan moda transportasi lain. Di Kota Bandung,, tercatat beberapa inisden. Contohnya, penggerudukkan pangkalan ojek Pasir Impun, Januari 2023 lalu. Meski begitu, ojek online tetap diminati sebagai alternatif profesi, terbukti dengan terus meningkatnya jumlah mitra ojek online dalam beberapa tahun terakhir.

“Adanya Gojek, Grab lain-lain kan ngebantu juga. Apalagi sesudah Covid kemarIn, banyak orang yang kena PHK, terus nganggur juga. Adanya ojol jadi bisa nyerap tenaga kerja. Belum lagi UMKM juga kebantu,” ujar Amin, sang pengendara senior.

Penelitian Lembaga Demokrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LD FEB) Universitas Indonesia (UI) bertajuk "Kontribusi Ekosistem Gojek dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional Selama Pandemi 2020-2021" menunjukkan, mitra driver mengalami pemulihan melalui peningkatan pendapatan 24 persen dibandingkan awal pandemi Covid-19. Bahkan di sektor kemitraan UMKM, rata-rata pendapatan naik hingga 66 persen di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020.

“Orang-orang yang tergabung dalam ekosistem ini senang dengan fleksibilitas. Ini yang membuat pekerjaan di dalam ekosistem ojol sangat diminati. Awalnya mungkin memang coba-coba, tetapi kemudian akhirnya menjadi pekerjaan utama. Biasanya seperti itu yang terjadi,” ucap Paksi C.K. Walandouw, Wakil Kepala LD FEB UI.

Ojek online sampai saat ini masih tetap bertahan sebagai primadona transportasi dalam kota. Mudahnya akses dan banyaknya varian menjadi daya tarik tersendiri. Diharapkan kesejahteraan dari mitra driver maupun mitra UMKM ini bisa tetap terjaga dan kembali pulih seperti saat sebelum pandemi

“Emang sih masih banyak PR (pekerjaan rumah). Pertama dari pihak Grab-nya aplikator gitu-gitulah. Nelum lagi kesejahteraan mitra kurang kejamin. Terus butuh marketing buat narik konsumen juga. Banyak yang perlu dibenahilah,” ujar Amin.

Ismail Assegaf alias Mail (40 tahun), habib dari Cibiru, Kota Bandung, Kamis, 14 Desember 2023. (Foto: Muhammad Ridwan Al Faruq/Penulis)
Ismail Assegaf alias Mail (40 tahun), habib dari Cibiru, Kota Bandung, Kamis, 14 Desember 2023. (Foto: Muhammad Ridwan Al Faruq/Penulis)

Menjemput Buah Hati

Jam menunjukkan pukul satu siang. Ismail Assegaf, alias Mail, baru saja selesai melaksanakan salat zuhur ketika telepon genggamnya berdering. .

“Pih, sekarang pulang,” ucap sang putri di seberang panggilan.

“Iya, Papih ke sekolah,” sahut Mail.

Mail menyalakan motor bebek kesayangannya sambil melambaikan tangan ke arah kawan-kawannya. Tiba di sekolah, putri semata wayang telah menunggu di depan gerbang. Melihat ayahnya, gadis itu segera mendekat, mencium tangan ayahnya. Setelah mengenakan helm gadis itu segera naik ke atas motor. Sang habib dan putrinya meluncur ke kediaman mereka di daerah Cibiru.

Jalanan cukup lancar saat itu. Di dalam rumah, di meja makan telah tersedia sebakul nasi dengan gulai tahu telur sebagai lauknya, lengkap dengan kerupuk. Keluarga kecil Mail duduk dan menyantap hidangan itu bersama-sama.

Kegiatan Mail hari itu belum usai. Ia harus menyiapkan pesanan roti maryam dan samosa untuk diantarkan ke para pemesan esok hari. 

Mail bergegas menyiapkan tepung terigu, mentega, dan telur sebagai bahan utama, sementara sang istri mengolah daging cincang, sayuran, dan bumbu rempah untuk isian samosa. Mail mencammpur semua bahan itu, menguleni, membagi, dan membentuk adonan sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, giliran sang istri memasukkan isian yang telah diolah ke dalam kulit samosa. Semua kemudian disimpan di dalam freezer.

Malam hari adalah waktu berbagi cerita. Mail berkisah tentang pertemuannya dengan berbagai penumpang dan diskusinya bersama kawan-kawan sesama ojol, sang istri berbagi bacaan barunya selama di rumah, sementara putri mereka membagikan informasi tentang kegiatannya di sekolah. Esok adalah hari baru bagi ketiganya. 

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lainnya tentang Driver Ojol atau kisah-kisah memikat lain di Narasi

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//