CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #54: Paradoks Pembangunan Jalur Kereta Api Ganda Cicalengka-Bandung
Proyek pembangunan jalur kereta api ganda Bandung-Cicalengka sedang dikebut agar rampung di tahun 2024 ini. Pengerjaan proyek berdampak pada warga Kampung Dka.
Andrian Maldini Yudha
Pegiat Literasi di RBM Kali Atas
25 Januari 2024
BandungBergerak.id – Armada-armada seperti ekskavator, truk-truk, dan alat-alat besar tampak sibuk berlalu-lalang di selintas kampung Babakan Dka. Komponen-komponen seperti batu penopang rel kereta juga mulai tampak terlihat memenuhi sudut-sudut area yang kelak akan dijadikan sebagai rel kereta baru. Hal ini menandakan bahwa proyek jalur kereta api baru lintas Bandung-Cicalengka mulai dikebut.
Hal ini bukan terjadi tanpa sebab. Berdasarkan sumber informasi yang didapat dari salah satu pekerja proyek pembangunan jalur kereta tersebut yang tidak ingin namanya disebut, proyek ini dipacu dan dituntut untuk segera rampung untuk segara bisa dioperasikan dan dipergunakan guna menunjang transportasi kereta api lintas Bandung-Cicalengka.
Mengingat beberapa pekan lalu kejadian pilu memang telah terjadi. Awal tahun yang cukup menghebohkan publik. Yaitu, terjadinya adu banteng tabrakan kereta api antara Kereta Api Turangga dengan tujuan stasiun Bandung dengan Commuter Line Kereta Api Cicalengka-Padalarang dengan tujuan akhir stasiun Cicalengka.
Hal inilah yang menjadi dasar tentang mengapa proyek pembangunan jalur kereta api ganda Bandung-Cicalengka dikebut. Mengingat lintasan kereta api yang melintang di Cicalengka memang menjadi lintasan penting. Kereta-kereta yang mengakomodasi rute perjalanan jauh seperti Bandung-Jawa Tengah atau bahkan tujuan ke Jawa Timur memang melewati jalur ini.
Keterbatasan rel kereta yang ada disinyalir memang bentuk salah satu indikasi terjadinya kejadian tabrakan kereta api itu. Letak geografis lintasan kereta api yang melintang di daerah Cicalengka juga merupakan salah satu jalur sentral penghubung jalur kereta api lintas provinsi.
Para pekerja proyek pun sibuk berjibaku dengan alat-alat berat. Penggalian tanah, pembuatan saluran air, dan pemerataan tanah juga tampak akan mulai rampung dilakukan. Namun ironisnya, dibalik pengerjaan proyek dan dipacu oleh waktu itu, membuat sedikit banyaknya warga kampung Babakan Dka yang terdampak proyek itu geram.
Tahap-tahap pengerjaan proyek yang tampak berlangsung begitu cepat itu tampaknya membuat warga-warga yang terdampak di sana mengalami rasa ketidaknyamanan atas keberlangsungan proyek pengerjaan rel kereta api ganda yang dipecut itu. Hal ini menghasilkan suatu paradoksal dan menjadi refleksi moral untuk meninjau pembangunan jalur kereta api ganda Bandung-Cicalengka.
Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #51: Perempuan-perempuan Pelopor
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #52: Universitas Ma’soem Menjawab Tantangan Zaman di Era Gamangnya Mencari Pekerjaan
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #53: Tragedi Kecelakaan Kereta Cicalengka dan Buruknya Transportasi Publik Kita
Proyek Jalur Kereta Api Ganda Bandung-Cicalengka
Proyek pembangunan jalur kereta api ganda Bandung-Cicalengka mengikis jalan umum warga kampung Babakan Dka. Pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) memang mengklaim secara absah bahwa jalan yang dipergunakan oleh warga adalah milik PT KAI. Sehingga, dalam hal ini warga kampung Babakan Dka tidak bisa berbuat banyak karena hak milik tanah tersebut memang dimiliki oleh PT KAI. Atas klaim kepemilikan tanah tersebut, pemerintah langsung mengerjakan proyek pembangunan jalur kereta api ganda tersebut dengan target akan rampung di tahun 2024 ini, mengingat bahwa lajur kereta api yang melintang di Cicalengka adalah lajur kereta sentral penyambung lintas provinsi.
Pembangunan jalur kereta api ganda itu memang harus segera tuntas karena memang dijepit oleh situasi urgensi demi kelancaran transportasi publik yang berorientasi pada utilitas kenyamanan, kecepatan, serta untuk menghindari potensi tabrakan kereta api yang terjadi di beberapa pekan lalu. Akan tetapi, pembangunan jalur kereta api ganda yang dipacu oleh waktu tersebut menyisakan ketidaknyamanan yang didera oleh masyarakat Babakan Dka. Karena proyek ini dipacu oleh waktu yang menuntut untuk segara rampung di tahun ini, tampaknya pengerjaannya tidak benar-benar menyusun siasat yang matang dan menimbang masalah ekologis dalam proyek itu.
Pengerukan tanah dan pemerataan tanah yang dilakukan secara tergesa-gesa telah menutup semua akses saluran air (selokan) yang ada di Kampung Babakan Dka. Sehingga, di musim penghujan sekarang genangan-genangan air pun terlihat di setiap sudut-sudut kampung Babakan Dka.
Pekerjaan pemerataan tanah melibas habis jalan aspal yang ada di kampung Babakan Dka, sehingga gumpalan-gumpalan tanah yang di rincik oleh air hujan pun membuat jalan-jalan yang ada di kampung itu licin dan berpotensi membuat orang-orang tergelincir. Hal ini membuat warga kampung Babakan Dka geram. Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena otoritas kepemilikan tanah itu selalu dijadikan proteksi untuk menapis keluhan warga. Tidak hanya itu, getaran-getaran dari alat-alat berat membuat sebagian rumah warga terdampak. Tembok-tembok rumah warga retak akibat dari getaran-getaran alat berat tersebut.
Hal tersebut membuat geram warga kampung Babakan Dka, namun apalah daya. Mereka hanya bisa pasrah dan meredam amarah. Karena mereka tidak punya kuasa sedikit pun untuk membuat semacam gugatan keberatan atas kebisingan-kebisingan tersebut.
Kepemilikan tanah selalu menjadi proteksi pihak PT KAI dalam menanggapi keluhan-keluhan warga tersebut. Sehingga, mereka bersikap acuh dan tidak begitu menggubris keluhan-keluhan yang dirasa oleh warga kampung Babakan Dka.
Meninjau Proyek Jalur Kereta Api Ganda Bandung-Cicalengka
Tujuan dari pengebutan proyek jalur kereta api ganda memang sejatinya ditujukan untuk kemaslahatan bersama, yaitu guna mencapai fasilitas transportasi publik yang lebih baik. Utilitas dari keberadaan transportasi publik yang dicanangkan dengan adanya jalur kereta api ganda memang akan menunjang kenyamanan, keakuratan, dan kecepatan transportasi publik yang menguntungkan bagi banyak orang.
Terutama bagi mereka para pegawai dan mereka yang selalu memakai alat transportasi publik ini, tentu akan membuat mereka gembira dan bahagia apabila dua jalur kereta yang melintang dari stasiun Bandung-Cicalengka sudah mulai beroperasi. Namun di balik tujuan yang secara etis mengandung arti baik dalam pengerjaan transportasi publik, ada paradoks dan ambigu yang dirasakan oleh sebagian orang, yaitu bagi mereka yang terdampak pembangunan proyek ini, terutama masyarakat Babakan Dka.
Tatkala tujuan dari pembangunan proyek jalur kerta api ganda yang berorientasi pada kepentingan banyak orang untuk bisa merasakan transportasi publik yang lebih baik, rupanya di balik itu ada pengorbanan pelik yang dialami oleh sebagian kecil orang dalam pembangunan transportasi publik itu. Warga kampung Babakan harus merelakan akses jalan umum kampungnya dalam pembangunan proyek itu. Tidak hanya itu, mereka harus bertahan dari suara gemuruh mesin yang memekakkan telinga dalam proyek itu, dan harus menahan amarah dari kerusakan-kerusakan kecil yang berdampak pada tiap-tiap rumahnya yang diakibatkan oleh proyek tersebut.
Alih-alih menyambut transportasi yang lebih baik dengan tujuan membahagiakan banyak orang, di balik itu ada yang dikorbankan oleh masyarakat dalam menyambut transportasi publik itu. Di balik selubung etis dalam mengembangkan transportasi publik yang lebih baik, ada ketidakadilan dan pengorbanan yang dilakukan oleh sebagian orang.
Alhasil, di balik selubung yang secara implisit bernaung di bawah nama etika yang secara moral dianggap tindakan baik dalam pemacuan proyek jalur kereta api ganda ini, akhirnya menyisakan ketidakadilan etis bagi masyarakat Babakan yang harus merelakan dan mengorbankan kenyamanannya demi kepentingan dan kenyamanan orang banyak.
* Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Lingkar Literasi Cicalengka. Simak tulisan-tulisan lain Andrian Maldini Yudha atau artikel-artikel lain tentang Cicalengka.