BUKU BANDUNG (19): Geotrek, Perjalanan Menafsir Bumi
Geotrek pada dasarnya adalah perjalanan untuk menyapa berbagai gejala kebumian, menyapa mahluk hidup,menyapa manusia dan budayanya (T. Bahctiar, 2009).
Penulis Virliya Putricantika28 Oktober 2021
BandungBergerak.id – Ada begitu banyak karya yang sudah dihasilkan T Bachtiar, seorang dosen, peneliti, penulis, serta ahli geografi. Salah satunya adalah buku berjudul Geotrek Perjalanan Menafsir Bumi. Buku ini menyajikan penjelajahan dan pemahamannya atas beragam fenomena dan kondisi bentang alam di bumi ini.
Terlahir dengan ketertarikan pada geografi, membawa Bachtiar menimba ilmu di jurusan Pendidikan Geografi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, kini dikenal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Perasaan ingin memahami berbagai kondisi bentang alam di bumi ini yang memacu T. Bachtiar terus menjelajah.
Aktif sebagai anggota Masyarakat Geografi Indonesia membuatnya melakukan kegiatan geotrek yang sengaja dibuat terbuka bagi masyarakat umum, agar bersama-sama belajar tentang beragam fenomena kebumian. Tapi, ia tidak ingin semua pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya berhenti pada dirinya saja.
Pemahamam hayati, budaya serta sejarah yang tidak umum diketahui pun perlu disebarkan kembali agar terjaganya pengetahuan akan hal tersebut. Semangat Bachtiar untuk mengenalkan ilmu kebumian takkan pernah ada habisnya dan takkan pernah termakan oleh waktu.
“Tidak mudah mewariskan ‘virus’ ilmu pengetahuan, apalagi yang menyangkut ilmu kebumian,” ujar Her Suganda, wartawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, yang dibuat jatuh cinta pada geologi oleh karya T. Bachtiar berjudul Bandung Purba.
Pesona Bachtiar yang mampu membuat para pembacanya jatuh cinta pada geomorfologis tak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Caranya menjelaskan pada para peserta jelajah geotrek yang di ampunya, membuat ilmu geologi seakan-akan mudah untuk dimengerti dan dipahami.
Baca Juga: BUKU BANDUNG (14): Yang tidak Penting bagi Matdon, (Mungkin) Penting bagi Kita
BUKU BANDUNG (15): Perjalanan Panjang Villa Isola Melintasi Zaman
BUKU BANDUNG (16): Pesona Sejarah Bandung dalam Buku
BUKU BANDUNG (17): Perusakan Bangunan Cagar Budaya dalam Catatan Haryoto Kunto
BUKU BANDUNG (18): Gedung Bank Indonesia Bandung dari Masa ke Masa
Dari Gunung hingga Air Terjun
Sejumlah tempat yang memiliki sejarah dan ilmu pengetahuan kebumian diceritakan dalam buku Geotrek Perjalanan Menafsir Bumi (2009). Setiap cerita disampaikan dengan apik mendetail dengan menggambarkan suasana dan situasi yang terjadi membuat pembaca tenggelam dalam ceritanya dan seakan lupa buku ini memiliki ketebalan mencapai 328 halaman.
Bachtiar membagi buku itu dalam 23 cerita. Salah satunya kisah tentang Gunung Patuhan dan Curug Malela yang dijelajahinya saat menjadi bagian Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Yang menarik, ia menyajikan catatan literasi dari Bujangga Manik, salah seorang putra Mahkota Kerajaan Sunda dalam balutan penceritaan sejarah. Ia menyajikannya dengan data-data berdasarkan penelitian terkait lokasi, disandingkan dengan perjalanan jelajah geotrek yang dilakoninya, untuk memudahkan pembaca yang tak pernah datang langsung ke lokasi untuk berimajinasi tentang tempat tersebut.
Asal-usul penamaan tempat pun turut dikupas dalam pembahasan cerita pada setiap lokasi yang diulasnya dalam buku tersebut. Seperti nama Patuha, yang sebelumnya sering dilafalkan Pathuwa dalam catatan Bujangga Manik, yang memiliki arti api bergemuruh. Kemudian makna Malela yang berasal dari Bahasa Kawi yang artinya baja.
Lokasi yang dikunjungi di sekitar cekungan Bandung hanya mewakili sebagian kecil ceritanya. Bentukan air terjun akibat endapan abu Gunung Api Kendeng yang meletus antara 1,8-0,7 juta tahun lalu, itu menjadi kisah yang selalu menarik perhatian dalam penjelajahan geotrek, tak terkecuali Warga Negara Asing yang merasa bahwa perjalanan yang seperti ini yang ia nantikan.
Bachtiar selalu menyelipkan cerita tentang situasi sosiologi masyarakat yang hidup di sekitar lokasi yang didatangi dalam setiap perjalanan jelajah geotrek. Bagaimana masyarakat menggantungkan mata pencahariannya pada bentang alam, yang memendam nilai-nilai yang tak kalah dengan harta karun.
Narasi yang detail pada perjalanan geotrek dari tempat satu berpindah ke tempat lainnya, mampu membuat pembaca ikut membayangkan apa yang terjadi di saat yang sama. Bahkan jarak antara warung yang berada di lokasi yang sulit diakses itu tak luput dari tulisannya untuk memberitahu pembaca bahwa kegiatan geotrek tidak hanya sekedar menikmati bentang alam saja.
Keadaan flora dan fauna tak lupa menjadi perhatian dalam setiap perjalanan jelajah geotrek. Karena setiap kawasan tentu menjadi tempat makhluk hidup bergantung, mulai dari manusia sampai flora, juga fauna. Buku itu juga membuka kenyataan bahwa dampak meningkatnya jumlah wisatawan, ditambah minimnya pengetahuan masyarakat sekitar atas ilmu kebumian, malah mengorbankan keragaman fauna di satu kawasan.
Menafsir Bumi
Pada penafsirannya terhadap ilmu kebumian, Bachtiar terang-terangan menunjukkan keindahan bentang alam yang terbentuk dari berbagai macam proses geologi. Fenomena akibat letusan gunung api menjadi fokus dalam setiap ceritanya dalam buku tersebut.
Berbagai lokasi disajikan dalam buku tersebut. Mulai dari Indonesia bagian barat, Belitung, sampai nagian timur, yang diwakili dengan Tambora. Pembaca akan dibawa berkeliling bersamanya lewat tulisan, seakan mengajak ikut serta dalam menjelajah dan melihat langsung fenomena kebumian yang ada di negeri ini.
Buku yang ditulis dengan gaya bahasa populer ini, dengan mudah dapat dipahami para pembaca. Rasanya, tak ada kata sulit ketika membaca kata demi kata yang berkaitan dengan ilmu kebumian pada buku ini.
Informasi Buku
Judul : Geotrek Perjalanan Menafsir Bumi
Penulis : T. Bachtiar
Penerbit : Masyarakat Geografi Indonesia
Cetakan : I, 2009