• Berita
  • Solidaritas Mahasiswa Mempertahankan Dago Elos Sabubukna

Solidaritas Mahasiswa Mempertahankan Dago Elos Sabubukna

Solidaritas mahasiswa untuk Dago Elos. Masih satu, masih melawan memperjuangkan ruang hidup dari penggusuran oleh keluarga Muller.

Suasana diskusi setelah kegiatan nobar film Dago Elos Never Lose di Aquarium Unisba, Bandung. 21 Februari 2024. (Foto: Muhammad Jadid Alfadlin/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Jadid Alfadlin 26 Februari 2024


BandungBergerak.idPascaberbondong-bondongnya warga Dago Elos memenuhi panggilan surat Aanmaning dari Pengadilan Negeri Bandung, 20 Februari 2024 lalu, praktis kondisi warga saat ini masih berada dalam ancaman penggusuran. Teriakan ibu-ibu, orang tua, hingga anak-anak warga Dago Elos yang meminta Pengadilan Negeri Bandung untuk menetapkan Surat Keputusan Non Executable tak pernah didengarkan.

“Negera harus hadir dalam menyelesaikan persoalan ini. Posisi Negara sudah diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria. Negara harus menengahi dua subjek hukum ini,” jelas Rifki, Koordianator Agrarian Resource Center (ARC) dalam acara diskusi dan nonton bareng film “Dago Elos Never Lose” di Aquarium Universitas Islam Bandung (Unisba), Rabu, 21 Februari 2024.

Acara diskusi dan nonton bareng yang dilaksanakan pada satu hari setelah pemenuhan panggilan tersebut merupakan bentuk respons solidaritas yang dilakukan oleh mahasiswa Unisba dan beberapa mahasiswa dari kampus lainnya terhadap perjuangan  warga Dago Elos dalam mempertahanankan ruang hidupnya.

Absennya negara membela warga dalam kasus ini yang bahkan justru malah memperkeruh kondisi yang ada dengan berbagai lembaga kekuasaan yang dimilikinya, tak sedikit pun menyurutkan semangat warga Dago Elos. Warga Dago Elos masih tetap satu, masih tetap melawan.

Suasana diskusi setelah kegiatan nobar film Dago Elos Never Lose di Aquarium Unisba, Bandung. 21 Februari 2024. (Foto: Muhammad Jadid Alfadlin/BandungBergerak.id)
Suasana diskusi setelah kegiatan nobar film Dago Elos Never Lose di Aquarium Unisba, Bandung. 21 Februari 2024. (Foto: Muhammad Jadid Alfadlin/BandungBergerak.id)

Warga Dago Elos tak Redup

Dea yang merupakan warga Dago Elos menceritakan mengenai kondisi warga yang terjadi saat ini setelah memenuhi panggilan Pengadilan Negeri Bandung dan dengan adanya surat panggilan Aanmaning kedua. “Keadaan warga saat ini pun masih marah dan berapi-api,” terang Dea.

Setidaknya, saat ini telah kurang lebih delapan tahun warga Dago Elos menjaga mempertahankan tanah ruang hidupnya dari gugatan keluarga Muller. Sejak munculnya gugatan pertama pada akhir tahun 2016, berbagai cara telah dilakukan warga guna menjaga tanah hidupnya agar tidak dapat direbut begitu saja.

“Warga telah mempertahankan ruang hidupnya selama berpuluh-puluh tahun, bahkan beberapa generasi. Tiba-tiba ada orang yang datang dengan cara menggugat dan bukti-bukti yang dilampirkan di pengadilan pun kebanyakan adalah bukti yang palsu. Warga tidak mungkin tidak marah akan hal itu,” lanjut Dea.

Alasan ini pulalah yang kemudian mendorong munculnya semangat Sabubukna yang kerap digaungkan warga Dago Elos dengan lantang. Sabubukna yang berarti sehancurnya diteriakan lantang menembus langit atau ditulis pada spanduk yang dibentangkan di pinggiran jalan Dago. Memberi pesan pada setiap orang bahwa warga Dago Elos akan terus bertahan, akan selalu memperjuangkan tanah hidupnya, sampai kapan pun, sampai semuanya hancur.

Baca Juga: Mengapa Hukum Kolonial Belanda masih Punya Kuasa di Dago Elos?
Haris Azhar Menyemangati Warga Dago Elos untuk Terus Melawan Mempertahankan Tanahnya
Dago Elos dalam Angka, Warisan Kolonial Merongrong Warga

Solidaritas untuk Warga Dago Elos

Warga Dago Elos pun tentu memerlukan solidaritas lainnya yang tak hanya berasal dari warga Dago Elos itu sendiri. Seperti kegiatan aktivasi-aktivasi ruang dari komunitas atau kolektif lain yang sebelumnya dilakukan di Dago Elos, solidaritas dilakukan guna memperkuat tali perlawanan warga.

Berkumpulnya para mahasiswa di acara diskusi dan nonton bareng film “Dago Elos Never Lose” tersebut merupakan upaya menunjukan serta memperluas simpul solidaritas guna menjaga semangat warga.

“Sehingga, dukungan dari para temen-temen mahasiswa, dan dari yang hadir malam ini sangat diperlukan,” ujar Zan, selaku perwakian warga pada sela-sela diskusi.

Berdasarkan hasil diskusi yang dilaksanaan, mahasiswa yang hadir pun secara serentak menyepakati bahwa mereka akan terus mendukung perjuangan warga Dago Elos.

“Bahwa masalah yang ada di Dago Elos, bukan cuma masalah tentang Dago Elos, tapi ini masalah kita semua yang ada di Indonesia,” ucap Rifki.

Mungkin malam ini kita dapat tidur tenang di rumah setelah seharian bekerja, serupa yang dirasakan warga Dago Elos pada masa sebelum gugatan tiba. Tapi entah esok hari, dengan masalah yang sama, setiap orang bisa saja menjadi korban penggusuran dan perampasan lahan. Dago Elos, Sabubukna!

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Jadid, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Konflik Dago Elos 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//