Longsor di Kabupaten Bandung Barat Menyebabkan Ratusan Warga Mengungsi, Makanan dan Perlengkapan Tidur Menjadi Kebutuhan Mendesak
Sembilan orang yang hilang dalam persitiwa longsor di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat ini masih dalam proses pencarian oleh tim petugas gabungan.
Penulis Prima Mulia25 Maret 2024
BandungBergerak.id - Banjir bandang dan tanah longsor menerjang dua desa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, yakni Desa Sirnagalih dan Desa Cibenda, Senin, 25 Maret 2024. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, sembilan orang dilaporkan hilang dalam bencana alam ini. Sampai berita ini ditulis, tim gabungan melakukan pencarian dan penyelematan.
Bencana yang diawali hujan lebat di tanah perbukitan ini juga menyebabkan 10 unit rumah rusak berat dan 115 keluarga (KK) terdampak. Tercatat, dua orang mengalami luka-luka yang kemudian menjalani perawatan di puskemas setempat. Bencana ini juga menyebabkan 429 warga mengungsi sementara di SDN Negeri Padakati dan Gor Desa Cibenda dengan persediaan posko darurat dan dapur umum dari BPBD Kabupaten Bandung Barat.
Pantauan BandungBergerak.id di lokasi kejadian, petugas telah berusaha melakukan pencarian warga yang hilang di lokasi longsor. Lokasi longsor di Kampung Gintung, permukiman penduduk yang berada di bawah bukit. Tanah longsor berasal dari puncak yang mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah lainnya terdampak. Sebagian rumah hancur sebagian lagi tersisa puing dan atap saja.
Petugas harus mencari korban di tengah hamparan tanah lumpur. Jalan kampung yang hanya bisa dilalui sepeda motor tidak memungkinkan untuk membawa alat berat. Proses pencarian dilakukan secara manual oleh tim gabungan dari BPDB, Basarnas, TNI, Polri, Tagana, dan sejumlah relawan dari beberapa organisasi. Petugas juga mengerahkan anjing pelacak.
Kampung Gintung berada di lembah. Akses jalan yang sulit ke permukiman yang masih tertututup tanah dan volume longsoran yang besar membuat proses evakuasi korban yang hilang tidak bisa dilakukan cepat.
Menurut Popon, warga terdampak yang mengungsi, hujan lebat terjadi pada malam tanggal 24 Maret 2024 di Kampung Gintung. "Kejadiannya cepat, saya bersama anak dan suami segera keluar rumah dan ikut mengungsi dengan yang lain," katanya.
Warga lainnya, Muhtar (17 tahun) yang juga santri di Ponpes Nurul Anwar mengatakan, peristiwa ini terjadi setelah tarawih. “Sehabis tarawih kami menunggu ustad yang akan tadarusan di masjid pesantren, nggak taunya kampung diatas kena longsor, kami yang di bawah kena banjir bandang tapi tidak sampai terkena longsoran," kata Muhtar.
Baca Juga: Bandung Darurat Bencana, Pemerintah Perlu Memperhatikan Lansia dan Disabilitas Selama Bencana
Bencana Banjir dan Longsor Melanda Cekungan Bandung, Langkah BP Cekban Baru Sebatas Pelantikan
Klaim Keliru Pemerintah Soal Penggunaan Biomassa, Bencana Lingkungan di Depan Mata
Korban Membutuhkan Sembako, Selimut, dan Kasur
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, BNPB mengimbau masyarakat terutama yang tinggal di wilayah berbukit serta dekat dengan tebing diharapkan mengevakuasi diri sementara ke tempat yang lebih aman. “Guna mengantisipasi potensi longsor susulan,”ungkap Abdul, dalam keterangan resmi.
Mengenai kebutuhan pengungsi, BPBD Kabupaten Bandung Barat telah mendirikan posko darurat dan dapur umum di halaman SD Padakati. “Dapur umum akan diaktifkan bekerja sama dengan Dinas Sosial setempat. Adapun kebutuhan mendesak yang dibutuhkan saat ini antara lain paket sembako, selimut, dan kasur,” jelas Abdul.
*Reportase ini mendapat sokongan data dari Reporter BandungBergerak.id Muhammad Akmal Firmansyah