Peringatan Hari Al Quds Internasional di Bandung Menggemakan Kemerdekaan Palestina
Aksi yang memadati Jalan Asia Afrika, Bandung ini diwarnai dengan pengusungan boneka kepala negara yang mendukung pendudukan Israel atas Palestina.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah6 April 2024
BandungBergerak.id - Massa mengarak boneka kepala PM Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Amerika Joe Bidden, dan PM Inggris Rishi Sunak saat aksi peringatan Hari Al Quds Internasional di Jalan Asia Afrika, Bandung, Jumat, 5 April 2024. Jumat terakhir di bulan Ramadan menjadi momen Hari Al Quds Internasional yang berkomitmen mendukung kemerdekaan Palestina.
Kepala pimpinan tiga negara itu ditusuk bambu runcing dalam balutan kain kafan berlumur darah. Sejumlah massa aksi lainnya menggendong replika jenazah anak-anak berbalut kain kafan.
Aksi peringatan Hari Al Quds Internasional ini disuarakan organisasi gabungan Barisan Aliansi Resitensi Al Aqsa (BARAQ), Youth's Empathy & Solidarity, dan warga di depan Gedung Merdeka. Mereka menyerukan pelawanan zionisme internasional serta stop genosida rakyat Palestina.
Mereka berjalan kaki mulai dari Jalan Ir Sukarno masuk Jalan Asia Afrika, lalu melintas di Cikapundung Barat masuk Jalan ABC, lewat simpang Naripan Braga, lalu belok ke Braga pendek keluar di Jalan Asia Afrika kembali di depan Gedung Merdeka sambil mendengar orasi seruan-seruan perlawanan terhadap Israel dan Amerika.
Dalam kawalan polisi, aksi damai ini berlangsung tertib di jantung Kota Bandung di sekitar Gedung Merdeka yang padat oleh warga yang ngabuburit.
Massa aksi melakukan pengibaran bendera Palestina, orasi, dan bendera Israel di aspal jalan sebagai bentuk protes terhadap agresi militer Israel di Palestina. Dalam catatan BARAQ, hingga kini agresi militer Israel telah membunuh 40 ribu warga sipil Palestina, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
“Sekitar 80 persen infrastruktur sosial Gaza, mulai dari rumah sakit, sekolah, pasar, perumahan penduduk, dan lain-lain hancur total akibat pengeboman Israel dari darat, laut dan udara sejak Oktober 2023 silam,” kata Rustana Adhi, Koordinator BARAQ, kepada BandungBergerak.id, Jumat 5 April 2024.
Menurut Rustana, perlawanan dan protes terhadap Israel terus dilakukan secara global, di antaranya dengan boikot terharap produk-produk perusahaan yang berafiliasi dengan Israel. Sementara di Palestina, perlawanan fisik masih terus dilakukan.
Namun, Rustana menyesalkan sejumlah negara tetangga Palestina malah memilih bungkam. Bahkan, sebagian turut membantu Israel menggenosida rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
Peringatan Hari Al Quds Internasional di depan Gedung Merdeka ini diikuti oleh massa dalam jumlah besar. BARAQ mengklaim peserta aksi mencapai 1.000 orang yang berasal dari Jawa Barat.
“Aksi alhamdulilah, berjalan dengan lancar, diikuti oleh kurang lebih 1.000 orang dari Jawa Barat mulai dari Bandung, Kabupaten Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Sumedang, dan lain-lain,” jelas Rustana.
BARAQ dalam peringatan Hari Al Quds Internasional ini menyampaikan sikap, sebagai berikut:
- Apa yang terjadi di Palestina dan mengalami puncaknya akhir-akhir ini berupa agresi militer brutal terhadap jalur Gaza adalah sebentuk genosida terhadap rakyat Palestina yang dipraktikkan oleh entitas ilegal zionis dengan dukungan Amerika Serikat dan Barat.
- Segala bentuk penjajahan sebagaimana yang dipraktikkan rezim zionis di Palestina sejak 1948 bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip kemanusiaan sehingga harus dihapuskan dari kehidupan umat manusia.
- Dukungan AS, Barat, dan para kaki tangannya di Asia Barat terhadap rezim zionis membuktikan bahwa genosida rakyat Palestina adalah proyek penjajahan zionisme internasional sehingga harus diadang dan dilawan secara total dan kompak oleh seluruh elemen kemanusiaan dan perlawanan semesta.
- Bangsa Palestina yang dijajah memiliki semua hak untuk melawan penjajahan rezim zionis dengan segala cara yang legal, termasuk perlawanan bersenjata demi meraih kemerdekaan.
- Mengapresiasi setinggi-tingginya langkah-langkah diplomatik dan kemanusiaan yang ditempuh Pemerintah Republik Indonesia selama ini dalam mendukung dan mengupayakan kemerdekaan bangsa Palestina.
- Mengimbau dan mendorong para tokoh, ormas, dan forum-forum nasional maupun internasional untuk bersama-sama menegaskan bahwa bangsa Palestina berhak menentukan nasib dan masa depan sendiri dan merdeka dari penjajahan.
Baca Juga: Aksi Hamparkan Bendera Israel di Jalan Asia Afrika dalam Peringatan Hari Al Quds Internasional
Palestina dalam Dekapan Bandung
Unjuk Rasa Anti-Israel di Bandung, Kemerdekaan Palestina Tergantung Amerika
Perlawanan Internasional dan Situasi Politik Saat Ini di Palestina
Aksi peringatan Hari Al Quds Internasional tidak hanya digelar di Bandung ibu kota Asia Afrika, melainkan di seluruh Indonesia dan macanegara. Pakar geopolitik Timur Tengah dan dosen Hubungan Internasional dari Unpad Dina Sulaeman mengatakan, aksi peringatan Hari Al Quds Internasional berjalan sejak 40 tahun lalu dalam bentuk demonstrasi massa di berbagai negara.
Dina menilai, pemerintah Indonesia perlu lebih berani mengambil sikap dalam konflik bersenjata di Palestina, tidak sekadar melakukan diplomasi dan bantuan kemanusiaan. “Perlu keberaniaan untuk melakukan aksi-aksi biokot ekonomi,” sebut Dina, dihubungi BandungBergerak.id, Jumat, 5 April 2024.
Ia menjelaskan, di Palestina saat ini ada lima front yang melakukan perlawanan terhadap Israel mulai di Gaza dan Tepi Barat, Hizbullah dari utara, Muqawamah (Irak) dengan dronenya, Yaman dengan memblokade Laut Merah, dan Suriah di wilayah Golan. Secara peta geopolitik negara-negara yang berdekatan dengan Palestina seperti Jordan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab bisa bergabung dengan Muqawamah.
“Dengan kondisi ini Israel sangat terdesak, target militernya gagal (tidak bisa menundukkan pejuang Palestina),”jelas Dina.
Akar Kolonialisme Israel di Palestina
Pendudukan Israel terhadap Palestina bisa dilihat dari motif religi dan politik nonreligi. Dosen Ilmu Hubungan Internasional Unjani Cimahi I Wayan Aditya Harikesa dalam Menelisik Kolonialisme Pendudukan Israel Terhadap Palestina mengatakan, dari sisi religious bangsa Yahudi selalu mencari tanah yang dijanjikan sebagaimana tercantum dalam kitab suci mereka. Bangsa Yahudi menyebut Yerusalem adalah tanah yang dijanjikan, wilayah ini sejak lama dihuni oleh warga Arab Palestina.
Dari sisi politik, diaspora bangsa Yahudi sejak Perang Dunia I ke sejumlah negara yang dikenal dengan The Powerfull Brother yakni sebutan bagi Raja Inggris, Raja Prancis, dan Tsar Rusia sebagai kekaisaran yang mengusai dunia. Politikus Yahudi Ben Gurion merupakan seorang pebisnis, saudagar yang terkenal pada masa itu.
“Ben-Gurion mendekati para kaisar ingin membuat sebuah permukiman bagi mereka sebagai suatu tanah yang dijanjikan. The Powerfull Brothers menyetujui hal tersebut, dengan syarat bangsa Yahudi harus menaklukan kekuasaan Turki Ottoman yang dianggap sebagai pihak penghalang mereka masuk ke Jazirah Arab,” ujar Wayan.
Setelah bangsa Yahudi berhasil membantu sekutu Inggris, Prancis, dan Rusia di Perang Dunia, Wayan mengatakan grasi diberikan oleh Inggris terhadap Yahudi dengan menghadiahkan tanah di Yerusalem.
Deklarasi Balfour dari Menteri Luar Negeri Arthur Balfour ke Lord Rotschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris, terjadi pada 2 November 1917. Inggris menyatakan dukungan tegas akan pembentukan kediaman nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. “Karena itu, bisa dikatakan bahwa dari sisi kepentingan, Perang Dunia I itu ada tujuan untuk menjatuhkan Turki Ottoman yang akhirnya terbukti jatuh, dan disitulah mulai adanya Zionisme,” kata Wayan.
Pembicaraan mengenai pendirian negara Israel menggema setelah Deklarasi Balfour, belum lagi diaspora Yahudi dari negara-negara lain menduduki posisi-posisi strategis, di antaranya Miliarder John D. Rockefeller yang memiliki pengaruh besar dalam dinamika perekonomian Amerika Serikat.
Benjamin Gisberg, politisi Amerika Serikat, dalam "The Fatal Embrace: Jews and the State" (1993) mengatakan, Amerika memiliki peran signifikan dalam pendirian negara bagi bangsa Yahudi. Wayan menyimpulkan, pendudukan Israel terhadap Palestina murni politik.
“Bukan sebuah koloni. Karena kan tadinya negara Israel, kita tidak pernah tahu ada,” tegasnya.
**Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artiikel lain tentang Palestina