• Berita
  • Braga Free Vehicle atau Car Free Day Sama Saja

Braga Free Vehicle atau Car Free Day Sama Saja

Pemkot Bandung mau menerapkan Braga Free Vehicle di Jalan Braga. Mengurangi atau justru menambah kemacetan?

Para pengemudi ojek daring melintas di Jalan Braga, Bandung, Rabu (20/7/2022) siang. Riset Unpar merekomendasikan penciptaan lingkungann kerja yang positif sebagai kunci pengelolaan ekosistem transportasi daring. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana30 April 2024


BandungBergerak.idJalan Braga, Kota Bandung kembali ditata. Kali ini dengan konsep tak kalah keren dari program penataan-penataan sebelumnya: Braga Free Vehicle atawa Braga bebas kendaraan. Mirip-mirip dengan Car Free Day, Braga Free Vehicle bertujuan mengurangi kemacetan. Jika dirunut ke belakang, Jalan Braga bisa dibilang menjadi jalan yang paling banyak mendapatkan perlakuan istimewa dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.

Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tortoyuliono menyampaikan, Braga Free Vehicle sebagai salah satu langkah strategis mengurai kemacetan di Braga. Bambang mengklaim Braga Free Vehicle sudah uji coba selama dua bulan lalu.

Namun, Braga Free Vehicle diyakini tidak hanya akan mengurangi beban kemacetan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pengunjung untuk menikmati berbagai acara dan atraksi di sekitar kawasan Braga.

“Sejak diujicobakan dua bulan yang lalu, Braga Free Vehicle telah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan pariwisata dan kehidupan komunitas/budaya lokal,” jelas Bambang di Balai Kota Bandung, Selasa, 23 April 2024. 

"Kami yakin bahwa Braga Free Vehicle akan menjadi langkah maju dalam memperindah Bandung dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi semua orang yang mengunjungi kota ini. Salah satunya bisa dengan menampilkan kekayaan budaya lokal kita," lanjut Bambang.

Konsep ini akan diterapkan setiap Sabtu dan Minggu. Rencananya, Braga Free Vehicle akan mulai dilakukan pada 4 - 5 Mei 2024 mendatang. Secara teknis, nantinya kawasan Jalan Braga akan bebas kendaraan mulai hari Sabtu pukul 00.00 WIB hingga Minggu malam pukul 23.59 WIB.

Ilustrasi. Jalan Braga, salah satu tempat di Bandung yang memiliki kedai-kedai kopi, 11 Desember 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Ilustrasi. Jalan Braga, salah satu tempat di Bandung yang memiliki kedai-kedai kopi, 11 Desember 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Membandingkan Braga Free Vehicle atau Car Free Day Dago

Dengan dalih mengurai kemacetan dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, Bandung juga memiliki program Car Free Day Dago. Namun, alih-alih menjadi media edukasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, Car Free Day Dago justru sarat dengan acara-acara komersil dan hiburan belaka.

Sejatinya, Car Free Day adalah media berwawasan ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan BBM alias bahan bakar folis yang menyumbang emisi gas rumah kaca (pemanasan global). Akan tetapi yang menonjol dari CFD Dago justru kemacetannya.

Isro Saputra dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung pernah meneliti efektivitas Car Free Day di Kota Bandung. Dalam jurnal ilmiahnya Isro menuliskan hasil studi kasus terhadap Car Free Day di Jalan Ir H Juanda (Dago).

Menurutnya, Car Free Day di Bandung lebih menonjolkan ajang hiburan seperti belanja, jalan-jalan, acara promosi bisnis, promosi produk-produk retail, pencarian dana, menjamurnya pedagang. Aktivitas ini berhasil menarik masyarakat Kota Bandung atau bahkan dari luar Bandung untuk berdatangan ke area Car Free Day Dago.

Banyaknya masyarakat yang berkunjung ke kawasan Car-Free Days Dago ternyata menimbulkan tarikan pergerakan lalu lintas. Pengunjung yang bertempat tinggal jauh dari Jalan Dago tetap menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan Car Free Day Dago.

“Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi ini menimbulkan masalah baru, yaitu tingginya aktivitas pergerakan transportasi di sekitar kawasan Car Free Day ini dan perilaku parkir kendaraan di sekitar Jalan Hasanudin, Dipati Ukur, dan sekitarnya membuat badan jalan menjadi sempit sehingga menimbulkan kemacetan,” papar Isro Saputra

Baca Juga:Ngabaraga, Melihat Kontrasnya Kehidupan di Braga
Ramadan di Tahun Pagebluk (19): Layu (Penjual) Bunga di Jalan Braga
BUKU BANDUNG #46: Braga Jantung Parijs van Java

Fenomena Car Free Day Dago justru menimbulkan masalah yang bertolak belakang dengan tujuan utamanya, yaitu mengubah perilaku masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Bentuk acara-acara yang mengandung pesan lingkungan di Car Free Day Dago jumlah sangat jarang. Akibatnya, Car Free Day hanya dipandang sebagai tempat hiburan seperti mal dan lainnya. Pengunjung mempertimbangkan lifestyle yang tinggi untuk berkunjung ke CFD dengan menggunakan mobil atau kendaraan pribadi.

“Perlu adanya perubahan atau perbaikan rangkaian acara yang ada di dalam Car-Free Days yang lebih menekankan pada tema lingkungan hidup sehingga pesan lingkungan yang dititipkan juga tersampaikan,” tulisnya.

Dengan kata lain, Dasar Braga Free Vehicle atau Car Free Day bukan untuk pariwisata atau atraksi yang identik mengundang kemacetan lalu lintas. “Car Free Day adalah sebuah kegiatan kampanye untuk mengurangi tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di seluruh dunia yang disebabkan oleh kenderaaan bermotor,” jelas Ersada dari carfreedayindonesia.org.

Ersada juga mengulas sejarah Car Free Day yang bermula 25 November 1956 di Belanda. Negeri Kincir Angin melaksanakan Car Free Day setiap hari Minggu, kemudian disusul Francis pada tahun tahun 1995 yang melaksanakan pesta memperingati Green Transport Week di kota Bath.

Di sisi lain, wawasan lingkungan yang muncul dari wacana Braga Free Vehicle kurang terasa. Jika alasannya mengurangi kemacetan, idealnya Braga Free Vehicle ditopang dengan penataan moda transportasi publik agar masyarakat beralih ke kendaraan umum bukan kendaraan pribadi.

Di acara Bandung Menjawab, Senin, 29 April 2024 yang menjadi sorotan Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono justru kemacetannya. Pemkot Bandung lebih sibuk mempersiapkan kantong-kantong parkir Braga Free Vehicle, alih-alih melakukan penataan angkot atau transportasi umum.

Beberapa kantong parkir yang dipersiapkan, antara lain di kawasan Balaikota Bandung, Taman Dewi Sartika, Dinas Sumber Daya Air Jawa Barat, Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, Bank BJB, Bank Bandung, Basemen Alun-alun Bandung serta Kantor Pos Jalan Banceuy. Parkir on street yang disiapkan antara lain di kawasan Viaduc, Jalan Cikapundung, serta Jalan Braga Pendek.

"Nanti juga akan diberlakukan rekayasa lalu lintas sedikit, untuk mengurai potensi antrean kendaraan," terang Bambang.

Selain penataan parkir dan rekayasa lalu lintas, Pemkot Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) juga menyiapkan Bandung Tour on Bus (Bandros) sebagai salah satu angkutan yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang menginap di hotel-hotel di kawasan Kota Bandung.

Bioskop Concordia di Bragaweg Bandung dilihat dari samping. (Foto: Koleksi KITLV 1400380, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)
Bioskop Concordia di Bragaweg Bandung dilihat dari samping. (Foto: Koleksi KITLV 1400380, Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Sejak Dulu Jalan Braga Diperlakukan Istimewa

Jalan Braga selalu mendapatkan perlakuan istimewa di bandingkan jalan-jalan lain di Kota Bandung. Dari jenis aspal pun berbeda karena tidak memakai aspal atau beton pada umumnya, melainkan batu andesit. Pada zaman Wali Kota Bandung Dada Rosada, aspal Jalan Braga disulap menjadi batu andesit.

”Braga harus kembali menjadi icon Kota Bandung yang dibanggakan. Untuk itu harus kita tata kembali. Nanti jalannya akan kita ubah dengan batu alam ataupun  batu andesit, tinggal pilih mana yang lebih memungkinkan. Kita hidupkan kembali kejayaan Braga seperti masa lalu,” ungkap Dada Rosada, saat rapat koordinasi persiapan penataan kawasan di Ruang Rapat Pendopo, Jalan Dalem Kaum Bandung, Rabu, 16 Januari 2008.

Jalan batu andesit ini disiapkan untuk menopang ide lainnya dari Pemkot Bandung, yaitu Braga Weekend Market dan Braga Festival.

*Kawan-kawan bisa menyimak reportase lainnya tentang Jalan Braga dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//