• Berita
  • Car Free Day di Bandung (tidak) Berhasil Mengurangi Kendaraan Pribadi

Car Free Day di Bandung (tidak) Berhasil Mengurangi Kendaraan Pribadi

Pemkot Bandung harus punya strategi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi jika ingin kembali menghidupkan Car Free Day (CFD). Tujuan CFD bukan hiburan.

Komunitas Baraya CFD Dago Bandung membentangkan spanduk dan memegang poster-poster bernada harapan untuk dibuka kembalinya Car Free Day Dago pada aksi kelompok tersebut di depan Jalan Ir. H. Djuanda Kota Bandung, pada Minggu (19/2/2023). (Foto: Dini Putri/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana28 Mei 2023


BandungBergerak.idPemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana menghidupkan kembali Car Free Day (CFD), setelah bertahun-tahun acara ini vakum karena pandemi Covid-19. Sebelum mengaktifkan hari tanpa kendaraan di Bandung, ada baiknya dilakukan evaluasi terhadap CFD ini. CFD yang tujuan awalnya untuk mengurangi kendaraan pribadi justru menimbulkan kemacetan.

Rencana menghidupkan kembali CFD disampaikan Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna dalam rapat bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) beberapa waktu lalu. Menurut Ema, CFD akan dimulai awal Juni 2023 mendatang. Sebelum mengaktifkan kembali CFD, Ema meminta masukan dan saran untuk pelaksanaan acara yang biasa digelar di Dago dan Buahbatu ini.

Bicara soal saran dan masukan, ada persoalan krusial yang selama ini tak nampak dari perhelatan CFD di Kota Bandung. CFD bukanlah acara biasa, bukan pula hiburan. Car Free Day merupakan ajang edukasi lingkungan terkait pengurangan kendaraan pribadi.

Isro Saputra dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung pernah meneliti efektivitas Car Free Day di Kota Bandung. Dalam jurnal ilmiahnya Isro menuliskan hasil studi kasus terhadap Car Free Day di Jalan Ir H Juanda (Dago).

Menurutnya, Car Free Day di Bandung lebih menonjolkan ajang hiburan seperti belanja, jalan-jalan, acara promosi bisnis, promosi produk-produk retail, pencarian dana, menjamurnya pedagang. Aktivitas ini berhasil menarik masyarakat Kota Bandung atau bahkan dari luar Bandung untuk berdatangan ke area Car Free Day Dago.

Banyaknya masyarakat yang berkunjung ke kawasan Car-Free Days Dago ternyata menimbulkan tarikan pergerakan lalu lintas. Pengunjung yang bertempat tinggal jauh dari Jalan Dago tetap menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan Car Free Day Dago.

“Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi ini menimbulkan masalah baru, yaitu tingginya aktivitas pergerakan transportasi di sekitar kawasan Car Free Day ini dan perilaku parkir kendaraan di sekitar Jalan Hasanudin, Dipati Ukur, dan sekitarnya membuat badan jalan menjadi sempit sehingga menimbulkan kemacetan,” papar Isro Saputra, diakses Minggu (27/5/2023).

Isro menjelaskan, fenomena Car Free Day Dago menimbulkan masalah yang bertolak belakang dengan tujuan utamanya, yaitu mengubah perilaku masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi.

Sementara bentuk acara-acara yang mengandung pesan lingkungan di Car Free Day Dago dinilai sangat sedikit jumlahnya dan sangat jarang frekuensinya. Menurut Isro, fenomena ini membentuk pandangan Car Free Day hanya sebagai tempat hiburan seperti mal dan lainnya. Akibatnya, pengunjung mempertimbangkan lifestyle yang tinggi untuk berkunjung ke CFD, salah satunya menggunakan mobil atau kendaraan pribadi.

“Perlu adanya perubahan atau perbaikan rangkaian acara yang ada di dalam Car-Free Days yang lebih menekankan pada tema lingkungan hidup sehingga pesan lingkungan yang dititipkan juga tersampaikan,” tulisnya.

Isro memaparkan ada ada beberapa tujuan mendasar dari Car Free Day, yaitu mengurangi pencemaran udara dari kendaraan bermotor; mendorong penggunaan alat transportasi alternatif selain kendaraan pribadi seperti angkutan umum, sepeda, dan fasilitas pejalan kaki.

Car Free Day juga didasari tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menginformasikan kepada warga kota bahaya tidak terkendalinya penggunaan kendaraan pribadi baik dari sisi kelancaran pergerakan dan kualitas udara kota.

Jalan yang ditutup selama Car Free Day menjadi ruang publik di mana masyarakat dapat melakukan kegiatan secara bersama-sama sehingga dapat menjalin dan mempererat hubungan masyarakat.

Baca Juga: Benang Kusut Angkot dan Kendaraan Pribadi di Kota Bandung
Kota Kembang Lautan Kendaraan Pribadi
MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #4: Masyarakat Mau Beralih dari Kendaraan Pribadi, Transportasi Publiknya Belum Memadai

Strategi Mengurangi Kemacetan dan Kendaraan Pribadi

Secara teori, Isro menegaskan Car Free Day merupakan langkah awal untuk menuju tujuan jangka panjang, yaitu Car Free District dan Car Free City dengan target tindakan permanen pada skala besar. Jadi jelas Car Free Day bagian dari strategi pengurangan kendaraan pribadi di perkotaan. Dengan acara ini, warga diajak untuk beralih menggunakan kendaraan-kendaraan alternatif, seperti jalan kaki, sepeda, atau transportasi publik.

Namun Car Free City di Kota Bandung luput dari strategi jangka panjang itu. Acara Car Free Day dengan konsep fun city ini memang efektif menarik antusiasme masyarakat, tetapi keberlangsungannya cenderung autopilot yang bergerak sesuai trendnya, sedangkan pencapaian tujuan awalnya sulit dicapai.

Isro Saputra membeberkan hasil studi kasusnya bahwa 56 persen responden menyatakan bahwa Car Free Day belum dapat merubah perilaku penggunaan kendaraan pribadi, penilaian tersebut berkorelasi positif dengan penggunaan kendaraan pribadi di Car-Free Days yaitu sebesar 68 persen.

“Hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyaknya pengunjung Car-Free Days yang masih menggunakan kendaraan pribadinya, hal ini terlihat dengan masih banyaknya parkir liar di jalan-jalan sekitar Jalan Dago. Fakta lainnya menunjukkan terjadinya kemacetan dititik-titik sekitar area CarFree Days,” tulis Isro.

Mayoritas pengunjung Car Free Day sesungguhnya telah mengetahui tujuan dari Car Free Day, yaitu 78 persen. Tetapi pemahaman pengunjung ini tidak berbanding lurus dengan perubahan perilaku penggunaan kendaraan pribadi.

Isro kemudian merekomendasikan agar Pemkot Bandung perlu melakukan evaluasi dan monitoring terkait acara Car Free Day ini. Ada baiknya Pemkot Bandung memberikan suatu bentuk insentif dan desinsentif terkait penggunaan kendaraan pribadi.

Contohnya, lanut Isro, jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi dapat dikenakan desinsentif berupa denda atau pelarangan untuk memasuki area Car Free Day. Sedangkan pengunjung yang menggunakan transportasi publik atau moda alternatif mendapat penghargaan dan sejenisnya karena telah berpartisipasi pada penurunan penggunaan kendaraan pribadi.

“Perlu adanya pemikiran optimisme jangka panjang dari stakeholder baik itu pemerintah kota maupun organisasi/komunitas lingkungan untuk menerapkan konsep lanjutan dari Car Free Day seperti Car Free Permanent Street atau Car Free Day skala kota. Pentingnya konsep lanjutan dilakukan karena Car-Free Days yang hanya dilakukan beberapa jam belum akan mampu secara optimal untuk menurunkan penggunaan kendaraan pribadi,” paparnya.

Demikian saran dan masukan untuk Car Free Day di Bandung. Jangan sampai penyelenggaraan kembali CFD nanti justru memunggungi tujuan mulia dari ajang ini.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//