• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #61: Mengenang Bioskop Baron yang Hit di Cicalengka Tahun 80-an

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #61: Mengenang Bioskop Baron yang Hit di Cicalengka Tahun 80-an

Bioskop Baron tenar di Cicalengka pada tahun 80-an. Masyarakat mengenal kawasan sekitar bioskop itu dengan nama Jalan Baron daripada Jalan Raya Timur Cicalengka.

Nurul Maria Sisilia

pegiat literasi di Rumah Baca Kali Atas yang tergabung dalam komunitas Lingkar Literasi Cicalengka, bisa dihubungi di [email protected]

Beberapa orang berbincang di seberang Bioskop Baron Cicalengka sekitar tahun 1993. (Sumber foto: Kiki Sani Barkah/Dadan Muttaqien)

5 Juni 2024


BandungBergerak.id – Di sepanjang Jalan Raya Timur Cicalengka, dekat area Pasar Sabilulungan Cicalengka, akan kita temui deretan kios yang ramai oleh pembeli. Jalan yang juga dikenal dengan Jalan Baron ini selalu ramai dari dini hari sampai jelang malam. Dini hari hingga jelang siang, area ini ramai dengan aktivitas pasar. Sore hari hingga malam, tampak gerobak roti bakar, cakwe, dan mie goreng legendaris diserbu peminatnya.

Sekilas memang tak ada yang istimewa di sini. Semuanya tampak penuh dengan hiruk-pikuk pasar seperti semestinya. Namun, jika kita sedikit memutar waktu ke era tahun 80-an, terdapat kisah menarik tentang masa jaya sebuah bioskop rakyat di Cicalengka.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #58: Stasiun Cicalengka yang Sekarang
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #59: Memantik Budaya Literasi di Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #60: Membaca Seruan Aksi Ormas-ormas di Cicalengka

Muasal Nama Baron

Pada awal tahun 80-an, terdapat seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang memiliki usaha bioskop rakyat. Bioskop tersebut dikenal dengan bioskop Baron. Terdapat beberapa versi mengenai muasal nama ini. Versi pertama menyebutkan bahwa Baron merupakan murni nama bioskop tersebut. Lain lagi dengan versi yang menyebutkan bahwa Baron diambil dari nama sang pemilik bioskop tersebut yakni Tuan Baron. Adapun nama lengkap bioskop tersebut adalah Bioskop Laksana-Baron. Berdasarkan penuturan beberapa saksi sejarah, agaknya cerita muasal nama Baron versi kedua dapat ditelusuri kebenarannya sehingga lebih kuat faktanya.

Menjadi satu-satunya hiburan masal warga kala itu membuat bioskop Baron dibanjiri peminat selama kurang lebih satu dekade. Kejayaan bioskop rakyat ini membuat nama Jalan Baron pada akhirnya lebih dikenal warga Cicalengka daripada Jalan RayaTimur Cicalengka.

Film Hit di Bioskop Baron

Sejumlah film mancanegara sering diputar di bioskop ini seperti film India, Tiongkok, dan Amerika.  Tak hanya itu, film-film dari tanah air pun turut diputar seperti film Rhoma Irama dan film Warkop DKI. Pengalaman menonton film di Bioskop Baron ini rupanya masih tersimpan di memori warga Cicalengka tahun 80-an.

 

“Pas masih kelas 3 SD, tahun 1986, saya pertama kali nonton film  di Bioskop Baron,” tutur Dadan Muttaqien, tokoh masyarakat dan peminat fotografi Cicalengka.

Hal tersebut senada dengan pengalaman budayawan Bob Ujo. Ia pun menuturkan pengalamannya saat zaman pemerintah Orde Baru. Ia menonton film G30S/PKI di Bioskop Baron saat dirinya duduk di bangku sekolah dasar sekitar tahun 1985 karena diwajibkan oleh sekolah. “Saya ingat pemutaran film G30S/PKI. Wajib nonton karena tugas sekolah. Saat itu nonton bersama Bapak” kisahnya.

Lain lagi dengan pengalaman Lilis Ani, seorang guru di SMP Djuantika. Ia menceritakan bahwa dirinya gandrung menonton film Rhoma Irama di bioskop Baron. Konon, pemutaran film Rhoma Irama di Bioskop Baron menjadi pemutaran film yang banyak menyedot pengunjung kala itu. Warga Cicalengka akan berbondong-bondong datang ke bioskop demi menyaksikan Sang Ksatria Bergitar bermain peran.

Sementara itu bagi Nur Aliah, seorang ibu rumah tangga, menonton film di Bioskop Baron mengingatkannya pada sosok Richie Ricardo dan Rano Karno yang menjadi idola remaja era tahun 80-an. Film berjudul Gita Cinta Dari SMA yang diperankan Rano Karno adalah film paling berkesan yang ia tonton di Bioskop Baron.

Lain lagi dengan Firhat Hidayat yang lahir di tahun 90-an. Ia menceritakan pengalamannya pertama kali menonton film Batman di bioskop Baron. “Saat kecil, sekira tahun 1993 atau 1994, saya diajak Ayah nonton film Batman. Sejak saat itulah, saya sangat menggemari Batman” tuturnya.

Publikasi dan Promosi Film

Pengumuman mengenai jadwal pemutaran film di Bioskop Baron dilakukan dengan cara yang khas pada saat itu. Sebuah mobil oplet akan berkeliling jalan Cicalengka sembari mengumumkan jadwal tayang film melalui pengeras suara. Tak hanya itu, dari mobil tersebut beberapa orang akan melempar-lemparkan pamflet berisi pengumuman jadwal tayang film. Warga akan menunggu dengan antusias kedatangan pengumuman dari mobil tersebut.

Terkait promosi, di momen tertentu, bioskop memberikan harga khusus bagi penonton. Harga tiket yang semula Rp400 dijual dengan harga Rp100 saja. Biasanya hal tersebut dilakukan di bulan Ramadan. Promosi dengan harga khusus ini tentu sangat menarik antusiasme warga. Warga akan rela mengantre panjang demi mendapatkan tiket menonton dengan harga yang sangat miring itu. Akibat membludaknya antrean warga yang ingin mendapatkan tiket diskon, momen promo ini pun sering dikenal dengan sebutan “petay” atau cepek ngantay (seratus antre, mengantre).

Yang Tak Terlupa

Bioskop Baron memang bukanlah bioskop modern seperti yang kita kenal saat ini. Bioskop rakyat ini sangat sederhana. Namun demikian, terdapat banyak hal yang tak terlupa seperti suasana bioskop bahkan kuliner di sekitar bioskop.

 

Suasana bioskop ini sederhana saja. Terdapat satu loket penjualan tiket di luar gedung. Kemudian, memasuki gedung, penonton akan berada di sebuah ruangan luas dengan satu layar yang besar. Kursi penonton terbuat dari kayu yang memanjang dan dibuat agak berundak menjadi beberapa tingkat. Ruang pemutar film berada di belakang dengan seorang petugas. Kursi penonton yang sangat sederhana membuat beberapa penonton mengeluhkan kebersihannya. Tak jarang beberapa penonton mengeluhkan keberadaan kutu busuk atau tumila di tempat duduknya.

Jika film yang diputar berdurasi lebih dari 2 jam, film akan dijeda di tengah-tengah. Penonton pun diberi kesempatan untuk beristirahat sejenak. Tak perlu khawatir, penonton bisa membeli camilan dan minuman yang dijajakan pedagang di area pemutaran film. Biasanya, hal ini dilakukan ketika film India yang berdurasi panjang diputar.

Terdapat beberapa kuliner legendaris yang berdiri bersamaan dengan Bioskop Baron. Salah satunya adalah mi goreng Baron atau sering disebut Migobar. Selepas menonton, warga biasanya menyantap mi goreng di tempat ini. Mi goreng yang berada di depan bioskop ini merupakan satu-satunya penjual mi goreng di sana. Oleh sebab itu, tak jarang pembeli harus menunggu pesanan dengan sangat bersabar karena penjual mi goreng diserbu banyak pelanggan. Harga satu porsi mi goreng Baron saat itu adalah Rp 150. Selain mi goreng, terdapat pula kuliner lain seperti sate. Mi Goreng Baron sendiri masih ada sampai saat ini namun dengan kepemilikan dan resep yang telah berganti.

Baron Saat Ini

Pertengahan tahun 90-an, bioskop Baron harus bersaing dengan bioskop lain yang lebih modern di kota. Perlahan-lahan, bioskop ini pun redup dan akhirnya berhenti beroperasi. Bekas bangunan bioskop Baron kemudian beralih fungsi menjadi dealer motor, klinik, dan pertokoan.

Telah beroperasi selama kurang lebih satu dekade dan meraih masa kejayaan di tahun 80-an membuat nama Baron diabadikan menjadi nama kawasan hingga sekarang. Kenangan mengenai Bioskop Baron masih hidup di hati warga Cicalengka meskipun kini kondisi wilayah Baron telah berubah. Selain toko-toko yang kini berjajar menggantikan bekas bangunan bioskop, jalanan yang rusak berlubang di area ini pun adalah kenyataan yang disaksikan warga Cicalengka. Jalanan yang sekilas tampak seperti sungai yang mengering ini telah bertahan selama bertahun-tahun tanpa ada perbaikan berarti. Kini, kenangan manis mengenai masa jaya Bioskop Baron di era tahun 80-an harus bersaing dengan kenyataan pahit mengenai kerusakan infrastruktur Jalan Baron.

*  Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Lingkar Literasi Cicalengka. Simak tulisan-tulisan lain Nurul Maria Sisilia atau artikel-artikel lain tentang Cicalengka.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//