Poetical Urgency, Pameran Seni Kontemporer Alam dan Industri di Lawangwangi Creative Space
Gabriel Aries Setiadi berpameran tunggal di Lawangwangi Creative Space, memamerkan patung-patung kontemporer dari alam dan material pabrikan.
Penulis Iman Herdiana1 Juli 2024
BandungBergerak.id - Pameran tunggal Gabriel Aries Setiadi bertajuk “Poetical Urgency” menampilkan seni kontemporer yang memadukan alam dan industri. Melalui media batu, logam, dan fiberglas seniman yang juga pengajar seni rupa di kampus ISBI Bandung ini menghadirkan konstruksi karya yang cenderung arsitektural, memberikan petualangan dan sudut pandang apresiasi luas dan egaliter.
Pameran Poetical Urgency yang diselenggarakan diselenggarakan ArtSociates dengan kurator Rizki A. Zaelani mulai berlangsung Sabtu, 22 Juni sampai 29 Juli 2024 mulai pukul 10.00 - 21.00 WIB di Lawangwangi Creative Space, Jalan Dago Giri No. 99a, Dago Atas/Mekarwangi, Bandung Barat.
Iwan Kurniawan Lukminto, kolektor seni, pemilik Tumurun Museum, yang menghadiri pembukaan pameran, sudah tidak asing dengan karya seni rupa yang diproduksi oleh seniman Indonesia, maupun luar negeri. Ia kolektor karya seni rupa kontemporer dari seniman Bandung, termasuk karya-karya Gabriel Aries Setiadi. Menurut Iwan, karya-karya Gabriel Aries Setiadi memiliki karakter yang khas.
“Luar biasa, karena kedua material itu sangat berbeda karakternya. Sampai bisa memadukan material natural dan industrial, itu kan karakternya sangat berbeda sekali dari patu, sekarang bisamemdukan….,” kata Iwan Kurniawan Lukminto, dalam pidato pembukaan pameran “Poetical Urgency”.
Ia menuturkan, karya-karya Gabriel sudah berevolusi dari berfokus pada batu hingga kini mempadukan material natural dengan material fabrikasi/industrial ke dalam satu karya yang terlihat sempurna. Patung-patung abstrak karya Gabriel mengundang penonton untuk berpikir dan mengaitkannya dengan pengalaman personal.
“Saya pribadi melihat karya yang tengah yang hijau ini. Saya melihatnya tidak hanya dari segi teknik, tapi dari komposisi, creativity itu tertuangkan di karya yang ini,” tutur Iwan Kurniawan Lukminto, usai membuka pameran tunggal Gabriel Aries Setiadi.
Gabriel Aries Setiadi adalah seniman Bandung yang konsisten berkarya selain pengajar seni rupa di kampus ISBI Bandung. Seniman Bandung lulusan FSRD ITB ini dikenal dengan karya-karya trimatra yang secara konsisten menggunakan material dari alam, yaitu batu.
Sebelum pandemi Covid-19, ia sudah mulai menggunakan material logam dan material industrial seperti fiberglass, dll dalam bentuk ekspresinya yang lebih abstrakformalis. Pameran tunggal bertajuk “Poetical Urgency” menjadi penanda penting baginya untuk berbagi pengalaman estetik kepada publik dan kolektor.
Menurut Rizki A. Zaelani, kurator pameran “Poetical Urgency”, karya-karya trimatra dari Gabriel Aries Setiadi terlihat mengupayakan sebuah cipta hubungan material yang bersifat natural (logam dan batu) dengan yang kultural (resin) yang dihasilkan dari proses produksi industrial yang sudah menjadi laku keseharian di studionya.
Gabriel membuat komposisi apik pada bentuk-bentuk yang akrab sekaligus tidak dikenali. Hasil-hasil bentukan karya Gabriel ‘berjarak’ dengan ingatan publik tentang material itu sendiri yang biasanya ditemukan sebagai barang-barang tertentu dalam pengalaman keseharian.
“Dalam patung-patung abstrak itu kita bisa menemukan ‘logika keterkaitan bentuk,’ yang disebut Gabriel sebagai ‘bentuk-bentuk kuncian’ (joined forms). Bagi Gabriel, ihwal sensasi dan komposisi tataran estetik lah yang membungkus seluruh urgensi tindakan penciptaan yang dilakukan akhir-akhir ini. Inilah yang dimaksud dengan ‘urgensi puitik’, atau urgensi tindakan menyatakan; seperti apa yang disebut Deuleuze-Guattari, afek (affect) dan persep (percept) menjadi wujud keberadaan yang bersifat puitik (poetical beings),” tutur Rizki Ahmad Zaelani, dalam catatan pendek kuratorial pameran yang dijelaskan di Lawangwangi Creative Space.
Apa urgensi karya Gabriel dalam laju perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia? Karya-karya Gabriel yang sangat kuat dengan aspek formalisme namun unsur formalisme ini tidak lagi berfungsi obejktif, tapi sangat subjektif. Konsepsi abstrak atau formalisme dengan teknik assembly pada karyakaryanya kali ini, secara terstruktur, memungkinkan Gabriel untuk lebih melebarkan ruang apresiasi pada sensasi dari bahasa rupa melalui konstruksi secara kekaryaan.
Dalam konteks seni rupa kontemporer hari ini, karya-karya Gabriel Aries Setiadi merupakan permaianan collective memory dari serpihan bentuk-bentuk arsitektural yang mengarah pada kehadiran wujud perbedaan dan kontras. Namun menjadi simbolisme sebuah proses memahami sudut pandang personal seorang seniman terhadap kesadaran dan laju peradaban masyarakat saat ini.
Baca Juga: Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi
Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Membangkitkan Gairah Seni Rupa pada Anak-anak Kota Bandung
Mazhab Bandung
Andonowati, Direktur ArtSociates, melihat karya-karya Gabriel periode ini menyuguhkan daya pikat yang lebih elegan. Andonowati mengamati karya-karya Bagriel sejak kali pertama memamerkan karya Tugas Akhir pascasarjana dari FSRD ITB di Lawangwangi Creative Estate 2020. Pascapandemi Gabriel Aries lebih matang dalam mengolah media atau material di dalam struktur yang lebih simbolik.
“Sepertinya Gabriel Aries Setiadi mewarisi spirit Bandung School atau seni rupa mazhab Bandung dan tetap punya unique approach dalam proses berkarya. Gabriel punya cara berpikir yang terstruktur menurut saya. Dan karya-karyanya "blend-in" (menyatu) dengan ruang dan arsitektural. Di satu sisi, karya Gabriel ini poetik dan di sisi lain struktural. Rasa dan rasionalitas seperti terkoneksi. Mungkin seperti menyatunya antara Puisi/Musik dan Matematika,” tutur Andonowati.
Gabriel Aries Setiadi menuturkan bahwa proses penciptaan karya untuk pameran ini cukup rumit. Ia membangun konstruksi sebuah benda dari material yang berbeda menjadi satu kesatuan struktur yang secara sadar memperhitungkan aspek ruang, waktu. dan konteks material yang bukan lagi metaforma (periode batu).
“Karya-karya ini merupakan rangkuman dari beberapa komposisi gagasan visual. Komposisi itu buat berdasarkan kumpulan temuan-temuan bentuk dan rupa yang dipilih dari proses produksi percontohan serta ingatan visual mengenai karya arsitektur di Eropa, Timur Tengah, Asia juga kota-kota di tanah air selepas perjalanan atau kunjungan tertentu. Pengamatan atau riset pada bentuk dan arsitektur itulah yang mendorong saya membuat komposisi bentuk dan pilihan material tertentu yang sudah saya jadikan aset di studio, kemudian, saya jadikan karya seni,” kata Gabriel.
Siapa saja yang melihat komposisi bentuk, warna, dan ingin merasakan sensasi material pada karyakarya Gabriel Aries Setiadi di dalam pameran tunggalnya yang bertajuk “POETICAL URGENCY” ini, bisa ditengok langsung ke Lawangwangi Creative Space.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tentang pameran seni dalam tautan berikut ini