• Berita
  • Menelusuri Asal-usul Bandung dan Ki Sunda Melalui Peristiwa Ledakan Gunung Purba

Menelusuri Asal-usul Bandung dan Ki Sunda Melalui Peristiwa Ledakan Gunung Purba

Pembentukan kawasan cekungan Bandung terjadi karena peristiwa geologi yang terjadi ratusan tahun lalu. Ada jejak-jejak manusia purba di kawasan ini.

Gunung Burangrang (kiri) dan Gunung Tangkuban Parahu dlihat dari Villapark Bandung sekitar tahun 1921. Koleksi KITLV 37297 (Sumber: digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Penulis Nabila Eva Hilfani 3 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Bandung zaman baheula masih berupa danau purba yang terbentuk Gunung Sunda di utara. Danau Bandung lama-kelamaan berubah menjadi cekungan Bandung dan berkembang menjadi perkampungan lalu akhirnya menjelma menjadi Bandung masa kini dengan beragam persoalan sosial dan lingkungannya.

Teu sapertos di Bogor, aya jaman Pajajaran, ayana kaluhur sagala macem. Ari di daerah Bandung mah teu aya catatan sejarah teh. Mung nu aya teh peninggalan-peninggalan manusa nu partos teu dikenal ku masyarakat umum. Sanes bangsa candi, ieu mah batu-batu, (Tidak seperti di Bogor, ada zaman Pajajaran dan segala macamnya. Sementara Bandung, tidak ada catatan sejarahnya (sejarah sebelum masa kolonial). Adanya pun peninggalan-peninggalan manusia yang tidak dikenal oleh masyarakat umum. Bukan candi, melainkan batu-batu),” ungkap R.P. Koesoemadinata, guru besar emeritus Geologi Fakultas Ilmu Kebumian ITB, Rabu, 31 Juli 2024.

Profesor emeritus tersebut menjelaskan Prasejarah Bandung dan Asal-Usul Ki Sunda dalam acara rutin Keurseus Budaya Sunda, Lopan Universitas Padjadjaran melalui Zoom Meeting.

Keberadaan manusia prasejarah di wilayah Bandung juga menjadi salah satu pembuktian keberadaan danau purba sebagai bentuk awal wilayah Kota Bandung yang dibuktikan lebih dulu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli geologi dan arkeologi Belanda, lalu diperkuat oleh penelitian-penelitian terbaru yang dilakukan para ahli geologi dan arkeologi asal Indonesia abad ini.

Koesoemadinata menjelaskan, penelitian Van Bemmelen (ahli geologi Belanda) dan Von Koenigswald (ahli arkeologi Belanda) menjadi sebuah pembenaran adanya danau purba Bandung atau situ Bandung. “Yang sekarang telah menjadi dataran tinggi (Kota Bandung). Bahkan disaksikan oleh manusia. Danau tersebut sudah tua, tapi masih disaksikan oleh manusia,” jelas Koesoemadinata.

Pembuktian keberadaan Danau Bandung diperkuat dengan penemuan batu-batu obsidian yang tidak pernah ditemukan di bawah ketinggian 725 meter di atas permukaan laut yang diyakini sebagai garis batas danau purba Bandung.

Danau yang terbentuk sejak 125 ribu tahun ini terjadi akibat adanya tiga ledakan dahsyat dari gunung purba yang terletak di utara wilayah Bandung yang disebut dengan Gunung Sunda. Ledakan ini bukan hanya menghasilkan Danau Bandung, tetapi juga melahirkan gunung-gunung yang mengelilingi dataran tinggi yang kini disebut dengan cekungan Bandung, di antaranya Gunung Burangrang, Gunung Bukit Tunggul, dan khususnya Gunung Tangkuban Perahu tepat berada di kaldera Gunung Sunda.

Gunung Sunda Purba, anu sakitu ageung na. Malah mah gunung Tangkuban Parahu teh aya dina kalderana. Jadi anakna gunung Sunda teh gunung Tangkuban Parahu. Dupi Gunung Burangrang mah eta mah seueur na mah atanapi parasitna. Oge caket gunung Sunda teh aya nu disebat gunung Putri, eta oge mungkin anakna oge ti gunung Sunda. (Gunung Sunda Purba begitu besarnya, malah Gunung Tangkuban Perahu  itu berada di dalam kalderanya (cekungan besar akibat amblesnya gunung yang meletus). Jadi anak Gunung Sunda itu Gunung Tangkuban Perahu. Kalau Gunung Burangrang itu lebih banyaknya parasiternya (gundukan hasil ledakan Gunung Sunda). Dekat Gunung Sunda juga ada yang disebut Gunung Putri, itu juga mungkin anak dari Gunung Sunda,” terang Koesoemadinata, semangat.

Penyurutan danau purba Bandung yang memiliki kedalaman sekitar 700-712.5 mdpl menjadi awal pembentukan dataran tinggi Bandung. Seperti yang dijelaskan oleh Koesoemadinata yang juga mengutip hasil penelitian Budi Brahmantyo dkk bahwa, penyurutan danau purba Bandung akibat jebolnya danau purba tersebut yang terjadi di daerah Saguling menjadi awal pembentukan dataran tinggi yang hari ini disebut Kota Bandung.

Penyebaran Batu Obsidian sebagai Jejak Manusia Purba Sunda di Bandung

Keberadaan manusia prasejarah di wilayah sekitaran Bandung dibuktikan dengan ditemukannya penemuan batu-batu obsidian yang sering kali dijadikan perkakas di masa lalu. Penemuan ini tepatnya tersebar mengitari wilayah dataran tinggi Bandung bekas danau purba Bandung.

“Tahun ‘34, Von Koenigswald ngadamel penelitian arkeologi, anjeuna mah sapertosna ahli paleontologi, saterasna anjeuna nemukeun artefak-artefak batu obsidian anu ngitari dataran tinggi Bandung. (Tahun 1934, Von Koenigswald membuat penelitian arkeologi, meski dirinya ahli paleontologi. Lalu dirinya menemukan artefak-artefak batu obsidian yang berada di wilayang yang mengitari dataran tinggi Bandung),” tutur Koesoemadinata.

Lebih tepatnya, artefak-artefak tersebut ditemukan di beberapa titik wilayah Bandung seperti Pasir Impun, Kordon Dago Utama, dan paling banyak di Timur Laut Bandung yang saat ini dikenal dengan Kecamatan Cimenyan.

Keberadaan batu obsidian di sekitaran dataran tinggi Bandung menjadi satu hal yang menciptakan penafsiran bahwa adanya aktivitas perdagangan di sekitaran danau purba, karena satu-satunya sumber batuan obsidian hanya berada di sekitaran Nagreg dan Gunung Kiamis, Garut.

“Upami sumber daripada batu obsidian teh teu aya dimamana, khusus ayana di Nagreg sareng di Gunung Kiamis di Garut. Janten eta teh dicandak. Jadi sanes batu nu aya di dinya wae tapi batu dicandak ti Kiamis, ti Nagreg dan mungkin diperdagangkeun di pasisir Situ Bandung teh. (Kalau sumber batu obsidian tidak ada dimana-mana (daerah Bandung), khusus adanya di Nagreg dan di Gunung Kiamis di Garut. Jadi batu-batu itu diambil. Bukan batu yang ada disana tapi batu diambil dari Kiamis, dari Nagreg dan mungkin diperdagangkan di pesisir Situ Bandung)” jelas Koesoemadinata.

Bukan hanya batu obsidian, artefak lainnya juga ditemukan oleh para peneliti Belanda seperti, kapak batu, batu asah, serpihan tembikar hingga cetakan cor logam. Penemuan artefak logam ini menjadi penanda keberadaan industri manufaktur logam khususnya di wilayah Bukit Kordon Dago yang juga menandakan peradaban cukup maju dan transaksi impor daerah luar bahan baku logam, karena di sekitar Bandung ataupun pulau Jawa tidak ada pertambangan logam.

Keberadaan manusia prasejarah di wilayah Bandung semakin diperkuat dengan ditemukannya kerangka manusia di Gua Pawon yang berumur 9500 tahun. Data ini dipaparkan oleh Koesoemadinata yang dikutipnya dari penelitian Budi Bramantyo dkk dalam bahan presentasinya.

Baca Juga: Tim Geologi ITB Mengajak Siswa Memahami Ancaman Tsunami
JEJAK JUNGHUHN: Seorang Geolog dari Mansfeld
Rekaman Sejarah Kehidupan di Bawah Genangan Saguling

Asal-usul Ki Sunda

Koesoemadinata lantas menjelaskan hubungan peristiwa geologi dengan asal-usul Ki Sunda. Berawal dari daerah sekitaran Tangkuban Perahu yang dikenal sebagai daerah Sunda, karena daerah tersebut terselimuti abu putih dari setiap fase letusan Gunung Tangkuban Perahu yang disebut dengan cuddha atau putih. Maka dari itu, orang-orang berada tinggal di wilayah tersebut dikenal dengan orang Cuddha atau orang Sunda.

Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Unpad Ganjar Kurnia menegaskan, pentingnya penelitian arkeologi lanjutan dengan pentarikhan radiometri untuk memastikan sejak kapan leluhur Ki Sunda bermukim di sekitar Danau Bandung.

“Banyak situs yang kaya artefak kini berubah menjadi wilayah pemukiman modern, menekankan perlunya dukungan politik kuat untuk melanjutkan penelitian,” ungkap Ganjar Kurnia.

Menurutnya, sejarah Bandung telah dihuni sejak zaman Microlithicum atau Mesolithicum secara terus menerus hingga zaman Hindu. Situs-situs di utara Bandung, khususnya Dago Pakar, menunjukkan bahwa kebudayaan masa lampau Ki Sunda mencakup industri logam.

Untuk melengkapi sejarah Ki Sunda secara ilmiah, perlu dilakukan penggalian dan pentarikhan radioisotop pada situs-situs yang sudah ditemukan. Ganjar menyimpulkan, hasil penelitian geologi dan pentarikhan radioisotop telah memunculkan berbagai spekulasi tentang asal-usul Gunung Sunda dan Danau Bandung.

“Spekulasi ini dapat dianggap sebagai hipotesis kerja untuk penelitian lebih lanjut, yang diharapkan dapat mengungkap lebih banyak tentang sejarah purba Ki Sunda dan Bandung,” kata mantan Rektor Unpad tersebut.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Nabila Eva Hilfani, atau artikel-artikel lain tentang Geologi Cekungan Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//