• Cerita
  • KITA DAGO ELOS: Cindi Mengenang Tanah Kelahirannya

KITA DAGO ELOS: Cindi Mengenang Tanah Kelahirannya

Cindi mendukung penuh pembebasan tanah Dago Elos dari gugatan keluarga Muller. Baginya, Dago Elos adalah kampung halaman dirinya dan orang tuanya.

Cindi, warga Dago Elos, Bandung, 7 Agustus 2024. Ia berharap solodaritas mempertahankan tanah Dago Elos tidak pernah padam. (Foto: Reihan Adilfhi Tafta Aunillah/BandungBergerak)

Penulis Reihan Adilfhi Tafta Aunillah 9 Agustus 2024


BandungBergerak.idCindi (18 tahun) baru pulang dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rabu sore yang hangat, 7 Agustus 2024. Ia tiba di lapangan depan Balai RW 01 & 02 Dago Elos, Bandung. Tempat ini sering digunakan warga sekitar untuk berbagai kegiatan seperti olahraga futsal, voli, badminton, bercengkerama, dan juga rapat-rapat membahas sengketa tanah menghadapi keluarga Muller. 

Cindi hampir setiap hari datang untuk berkumpul bersama teman-temannya di lapangan Balai RW. Sembari menatap ke arah lapangan, perempuan muda bernama lengkap Cindi Novi Anggraeni itu berbicara masa kecil di tanah kelahirannya itu. 

Lapangan tersebut dulu jadi tempat berkumpulnya pemuda sekitar. Suasananya lebih ramai dari sekarang. 

"Dulu mah lebih banyak ngumpul pemuda sama orang tuanya. Sekarang mah udah pada berpencar. Ada yang sudah nikah, ada yang kerja. Udah gak kayak dulu lagi," keluh Cindi. 

Ketika masih SMP, Cindi bersama anak-anak sebaya Dago Elos kerap berkegiatan bersama. Mereka sering janjian bertemu di Terminal Dago untuk bersama-sama naik angkutan umum menuju sekolah. Saat pulang sekolah, mereka saling menunggu di gerbang sekolah untuk bersama-sama pulang berjalan kaki.

Cindi kini menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia lahir dan tumbuh besar di Dago Elos. Kenangan manis dan pahit telah ia rasakan. Orang tuanya pun berasal dari Dago Elos. Mereka teman bermain sejak kecil. Di saat dewasa, mereka saling jatuh cinta dan berlanjut ke pelaminan.

"Temenan dulunya mah orang tua aku teh, tetanggaan, terus cinlok meureun mereka teh," ujar Cindi.

Kenangan Tak Pernah Terlupakan

Di antara sekian kenangan baik dan buruk yang didapatkan di tanah kelahirannya, ada satu kenangan yang paling membekas di kepala Cindi, yaitu pada saat pengepungan Dago Elos oleh polisi. 

Pada malam kelabu 14 Agustus 2023, rumah Cindi terkena gas air mata yang membuat ia dan keluarganya berlarian untuk menyelamatkan diri dan berkumpul dengan warga lainnya di lapangan serba guna Balai RW. 

"Kirain teh kayak petasan, terus ada asap. Tiba-tiba ke hidung teh perih terus sesak napas. Sampai ke belakang rumah juga gas air matanya. Terus aku langsung ke sini (lapangan). Pada kena semua (warga)," kenang Cindi.

Cindi melihat seseorang dipukuli di dekat rumahnya pada malam itu. Ia ingin menolong orang tersebut tapi rasa takut menghantuinya.

Bagi Cindi, malam kelam itu adalah kenangan yang tak pernah ia lupakan sampai kapan pun. Kesuramannya merupakan suatu hal yang akan selalu berputar di dalam kepala Cindi. Bahkan, untuk pulang ke rumahnya sendiri ia sampai ketakutan.

Pada tanggal 14 Agustus nanti, tepat satu tahun dari hari penyergapan Dago Elos, Cindi dan warga sekitar mempunyai rencana membuat kegiatan selama tiga hari sampai 17 Agustus. Tanggal 17 Agustus tahun lalu, ia dan warga sekitar tadinya tidak akan merayakan hari kemerdekaan dengan membuat beberapa kegiatan yang biasa dilakukan. Hal tersebut dikarenakan warga sekitar merasa belum sepenuhnya merdeka. 

Namun, anak-anak kecil Dago Elos meminta para pemuda dan warga untuk membuat acara agustusan. Maka, demi menyenangkan anak-anak agustusan di Dago Elos pun tetap digelar.

Baca Juga: KITA DAGO ELOS: Iri dan Ade Tegar Melawan Penggusuran
KITA DAGO ELOS: Semangat Kemandirian Nuy Menyambut Hari Kemenangan
KITA DAGO ELOS: Harapan Ambu Iceu di Harum Kue Lebaran

Warga Dago Elos mengawal sidang Heri Hermawan Muller dan Dodi Rustandi Muller di Pengadilan Negeri Bandung, 30 Juli 2024. Muller bersaudara didakwa memalsukan surat dan dokumen dalam sengketa lahan melawan warga Dago Elos. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga Dago Elos mengawal sidang Heri Hermawan Muller dan Dodi Rustandi Muller di Pengadilan Negeri Bandung, 30 Juli 2024. Muller bersaudara didakwa memalsukan surat dan dokumen dalam sengketa lahan melawan warga Dago Elos. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Secercah Syukur dan Harapan

Cindi berharap kasus-kasus yang menyangkut Dago Elos cepat selesai. Ia merindukan suasana Dago Elos seperti dulu lagi di mana ia dan warga sekitar tidak dihantui ketakutan akan penggusuran. Ia juga ingin pemuda-pemuda di Dago Elos lebih kompak lagi seperti dulu. 

Kehadiran Aliansi Dago Melawan bagi Cindi merupakan sebuah karunia yang mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemuda-pemuda setempat. Sehingga Balai RW menjadi tak pernah kosong karena keberadaan aliansi. 

Aksi massa yang beberapa kali dilakukan Aliansi Dago Melawan juga selalu diikuti oleh Cindi. Bahkan walaupun aksi tersebut dilakukan pada saat Cindi bersekolah, ia akan tetap menyusul untuk mengikuti aksi tersebut selepas pulang sekolah.

"Aku mah selalu ikut, habis pulang sekolah juga suka nyusul," ujar Cindi.

Setelah kasus sengketa tanah Dago Elos selesai, Cindi dan warga lainnya juga berharap agar Aliansi Dago Melawan tetap ada karena salah satu faktor tempat kelahirannya masih bisa ia tinggali adalah karena adanya mereka.

"Pengin Aliansi ini teh tetap di sini di Dago Elos, malah ada beberapa ibu-ibu yang pengin bikinin mereka rumah karena mereka juga yang udah berjuang membantu," ujar Cindi sembari tersenyum bersyukur.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Reihan Adilfhi Tafta Aunillah, atau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//