• Cerita
  • KITA DAGO ELOS: Semangat Kemandirian Nuy Menyambut Hari Kemenangan

KITA DAGO ELOS: Semangat Kemandirian Nuy Menyambut Hari Kemenangan

Ibu-ibu Dago Elos siap menyambut lebaran. Nuy salah satunya, perempuan mandiri yang memiliki semangat berwirausaha sejak muda.

Nuy, 34 tahun, warga Dago Elos membuka pesanan kue kering untuk lebaran setiap tahunnya, Jumat, 22 Maret 2024. Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah5 April 2024


BandungBergerak.id – Hari ke-22 Ramadan, Jumat, 22 Maret 2024 hari yang sibuk bagi Nuy, perempuan warga Dago Elos, Bandung. Ia dan pegawainya yang kebanyakan ibu-ibu sekaligus tetangga, kebanjiran pesanan kue-kue menyambut hari kemenangan atau lebaran.

Di rumah yang berlokasi di dalam gang dekat Terminal Dago, tempat Nuy dan ibu-ibu memproduksi aneka kue kering. Aroma adonan terigu, gula, dan mentega yang terpanggang menggugah selera orang-orang yang berpuasa yang kebetulan melintas.

Nuansa lebaran memang mulai terasa di tanah milik warga yang sedang menghadapi ancaman penggusuran oleh pengusaha. Tanah ini sudah warga tempati sejak dahulu kala ketika tiba-tiba saja keluarga yang mengaku ahli waris mengklaimnya.

“(Bikin kue) belajarnya cukup lama, satu tahun,” seru perempuan berumur 30 tahun tersebut, di depan pemagang kue, saat ditemui BandungBergeak.id di rumahnya.

Sesekali kepala Nuy menunduk, tanganya terampil mengolesi kue yang hampir matang. Kue yang sudah matang dimasukkan ke dalam toples; kue yang sudah dikemas siap dijemput oleh para pemesan.

Hawa dingin Dago Elos karena musim hujan tidak mengurangi kehangatan di ruangan Nuy bersama ibu-ibu bekerja. Mereka kompak dalam suasana kekeluargaan. “Iya seneng bisa membuat bareng-bareng dan membantu tetangga juga,” tutur Nuy.

Nuy belajar bikin kue secara otodidak. Setelah lama melakukan uji coba yang panjang dan akhirnya yakin dengan kue buatannya, Nuy berani mengumumkan prapemesanan di media sosial. Produk kuenya diberi nama Inicookies.

Inicookies, namanya brandnya. Sok atuh pesen,” sahut Nuy, sambil tertawa.

Ia memulai bisnis kue pada Ramadan 2023. Hasilnya lumayan di samping menjadi kegiatan yang bisa mengisi hobinya.

“Seru jualan itu, bisa menyalurkan hobi, tapi untung,” ungkap Nuy diiringi senyum. “Engga mudah emang, sabar sampai akhirnya berani pre-order dengan sistem MLM, dari Mulut Lewat Mulut dan di sosial media.”

Dengan model pemasaran tersebut, Instagram dan Whatapps Nuy selalu banjir pesanan setiap menjelang lebaran. Selain kue lebaran, Nuy menerima pemesanan hampers dan parsel lebaran.

Para ibu yang bekerja di rumah Nuy memulai memproduksi kue pukul 11 siang. Mereka akan berhenti pukul 10 malam, lalu pulang untuk beristirahat dan bangun dini hari untuk menyiapkan sahur.

Kue lebaran buatan Nuy, warga Dago Elos, dengan merek Ini Inicookies, Jumat, 22 Maret 2024. Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id
Kue lebaran buatan Nuy, warga Dago Elos, dengan merek Ini Inicookies, Jumat, 22 Maret 2024. Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id

Gigih Mandiri

Di luar Ramadan, sehari-hari Nuy berjualan grosir di pasar subuh Dago Elos. Yang ia jual adalah bahan membikin kue dan aneka makanan ringan. Pembelinya terutama para pemilik warung kecil di sekitar Dago.

Berdagang pun ia memulai dari nol. Sebelumnya ia hanya berjualan dengan meja yang dibongkar pasang bila waktu jualan sudah selesai. Ketika hujan turun, jualan seperti ini akan sangat kelimpungan.

Bagi Nuy, perempuan harus bisa mandiri walaupun sudah berumah tangga. Prinsip ini ia pegang teguh sejak muda. Berbekal ijazah SMK jurusan pariwisata, Nuy muda berani membuka usaha dari mulai lapakan meja hingga kini ia bisa punya toko. Usaha Nuy berhasil membuka lapangan kerja bagi tetangga.

“Alhamdulillah sekarang punya toko sendiri, didukung orang tua dan suami. Intinya, biar tidak menyusahkan orang tua kan sudah berumah tangga,” tegas Nuy.

Nuy menikah tahun 2008. Usahanya dimulai ketika kelahiran anak pertama pada tahun 2013. Nuy bukannya tidak mau kuliah. Kondisi ekonomi keluarga memintanya langsung bekerja.  

“Engga kepikiran buat kuliah dulu, engga ada biaya, nikah, kerja. Bukannya tidak mau meneruskan ke jenjang paling tinggi. Saya terlahir bukan dari keluarga kaya raya,” sebut Nuy.

Nuy dan suami dikaruniai tiga buah hati. Dua laki-laki, satu perempuan. Yang satu kelas 3 SD, kelas 2 SD, dan si bungsu baru masuk kelas 1 SD. “Wah, rame kalau musim awal masuk sekolah,” bebernya.

Baca Juga: KITA DAGO ELOS: Harapan Ambu Iceu di Harum Kue Lebaran
Terminal Dago Ada di Pusaran Sengketa Lahan Dago Elos, Kenapa Pemkot Bandung Selama Ini Diam?
Sudahkah Keadilan Berpihak kepada Warga Dago Elos?

Pendobrakkan Rumah Nuy

Nuy satu dari ratusan warga Dago Elos yang mengalami malam mencekam 14 Agustus 2023 lalu, ketika kampung ini dikepung polisi. Rumah Nuy turut didobrak aparat.

“Waktu itu rumah ini yang didobrak, karena banyak karyawan itu. Saya dianggap menyembunyikan massa, padahal itu semua karyawan saya,” tutur Nuy.

Pengepungan Dago Elos oleh polisi dilatarbelakangi aksi warga yang kecewa atas repons laporan ke kepolisian tentang dugaan pemalsuan dokumen oleh ahli waris yang mengklaim tanah Dago Elos. Seusai beramai-ramai datang ke Polrestabes Bandung, di hari Senin kelabu itu warga melakukan pemblokiran jalan di depan Terminal Dago.

Aksi warga direspons aparat seacara represif. Gas air mata meledak di tengah kampung padat penduduk. Polisi mengejar warga dan kelompok solidaritas sampai rumah-rumah yang bertahun-tahun waswas menghadapi penggusuran. Saat itulah rumah Nuy didobrak aparat. Sampai saat ini anak paling besar Nuy mengalami trauma atas kejadian horor itu.

“Mendengarkan sirine ambulans saja disangka polisi. Malah suka marah kalau ada aksi, dan melarang saya, jangan aksi mamah takut polisi ke sini lagi,” ucap Nuy menirukan sang anak.

Nuy bersama warga Dago Elos lainnya memilih melawan penggusuran. Tidak ada cara lain untuk mempertahankan tanah yang sudah seumur-umur mereka tempati adalah dengan perjuangan. “Sekarang mah kita hadapi saja, semoga ada yang terbaik,” ungkap Nuy.

Pengepungan oleh polisi yang disertai kekerasan masih mengganggu benak Nuy dan ibu-ibu Dago Elos di sela-sela membikin kue lebaran. Peristiwa kelam ini diharapkan tidak datang kembali dan merusak hari kemenangan dengan harum kue lebaran, senyum penuh kehangatan, dan tawa riang anak-anak.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artiikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//