Cerita Relawan Medis di Aksi Peringatan Darurat Bandung ketika Hujan Batu dan Gas Air Mata
Aksi massa prodemokrasi menentang revisi UU Pilkada di Bandung mengandalkan sponsor niat yang kuat. Kehadiran relawan medis amat berarti.
Penulis Yopi Muharam24 Agustus 2024
BandungBergerak.id - Warna merah pada strobo yang menempel di atap mobil APV menyala ke segala penjuru pelataran gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis, 22 Agustus 2024. Kendaraan itu adalah mobil medis yang disediakan guna mengantisipasi risiko aksi protes jalanan Peringatan Darurat yang menolak kelakuan ugal-ugalan DPR dan pemerintah dalam merumuskan revisi UU Pilkada.
Terdapat 4-5 relawan di setiap mobil medis. Dua orang stand by dan sisanya berkeliling. Dari arah Jalan Diponegoro terdapat dua buah mobil bersiaga. Di sisi lain, sejumlah mobil juga bersiaga di beberapa titik dengan bak belakang terbuka lebar. Total ada tujuh mobil medis bersiaga.
Di dalamnya terdapat perlengkapan medis lengkap mulai dari papan angkat, tabung oxygen, serta alat P3K lainnya. Beberapa mobil ambulans menyediakan air gratis untuk massa aksi.
Di sebuah mobil bertuliskan ‘Relawan Rumah Teduh’, seorang pemuda dengan rompi medis tengah mengamati massa aksi dari kejauhan. Dia adalah Aris Rismawan, seorang tenaga medis sekaligus relawan medis di aksi Peringatan Darurat Bandung yang bertajuk ‘Rakyat Gugat Negara’.
Aris bercerita, dia dan timnya telah menyiapkan peralatan medis ini dari jauh-jauh hari. Ketika Aris mendapat kabar akan ada unjuk rasa, dia dan timnya segera bergegas menyiapkan alat medis dan mengecek kesehatan mobilnya.
Tim Aris sudah bersiaga di samping gedung DPRD Jabar sejak pagi. Dia dan timnya sudah menyediakan sejumlah makanan ringan dan minuman gratis untuk para pendemo.
“Jadi kita sebagai tim medis mempersiapkan, takutnya ada apa-apa maka kita menyediakan cemilan makanan dan minuman apabila mereka (massa aksi) dehidrasi,” ujarnya, tersenyum ramah.
Aris hadir bersama tiga timnya. Saat itu, dia tengah stand by di mobil. Dua rekannya berkeliling mengecek keadaan sekitar, ditakutkan ada massa aksi di tengah yang butuh pertolongan cepat.
Aris mengatakan risiko yang acap kali terjadi saat demo adalah sesak napas hingga mata perih akibat gas air mata, sampai luka ringan karena terjatuh atau terkena lemparan. Dia menjelaskan, ketika gas air mata ditembakan yang akan terasa adalah nyeri pada dada dan tenggorokan hingga perihnya mata.
Tindakan yang tepat untuk mengatasi gas air mata adalah dengan membasuh mata dengar air mengalir tanpa menguceknya, lalu tempelkan odol di sekitaran mata. Selain itu, penggunaan masker juga sangat penting yang gunanya untuk mengurangi risiko gas terhirup ke hidung yang menyebabkan sesak napas. Jika hal tersebut masih dirasa perih sampai mual, Aris menyarankan untuk segera mendatangi tim medis.
“Langsung kita evakuasi aja di ambulans karena kita sudah sedia oksigen, jadi isyaratnya untuk pertolongan pertama kita sudah siap, kok,” lanjut Aris.
Kesigapan Relawan Medis
Pukul 15.30 WIB, massa aksi memanas. Sejumlah orang melempari batu ke dalam pelataran gedung DPRD Jabar. Di sisi lain, beberapa orang mencoba mendobrak pintu besi yang dilapisi kawat berduri. Akibat dari kejadian tersebut sebanyak enam orang mengalami luka ringan karena lemparan batu yang memantul dan goresan kawat berduri.
Tak jauh dari mobil relawan Rumah Teduh, terdapat mobil ambulans hitam dengan pintu belakang terbuka lebar. Itu adalah mobil relawan dari Wahana Lingkungan Jawa Barat (Walhi Jabar). Relawan Walhi itulah yang menangani peserta aksi yang terluka.
Staf Pendidikan dan kaderisasi Walhi Jabar Nung Yulia Purba saat itu yang bertugas sebagai relawan medis. Dia adalah salah satu dari enam orang yang menangani korban yang terluka.
Purba bercerita, saat aksi memanas peserta aksi datang ke mobilnya secara bergilir. Luka yang dialami bermacam-macam. Namun yang paling parah menurut Purba adalah seorang pemuda yang tangannya sobek.
Menurut Purba, luka tersebut karena goresan kawat besi. Lukanya panjang. Pertolongan pertama yang Purba lakukan ialah mencuci dengan air mengalir, diberi obat merah, hingga dibalut dengan kain kasa. Dalam situasi tersebut menjahit luka tidak memungkinkan.
“Tadi yang paling parah ada yang sobek tuh tangannya, lumayan lukanya, tapi kita obati di sini dulu,” ujar Purba, cemas. “Mudah-mudahan enggak harus dijahit ya karena lukanya panjang. Terus (korbanya) udah ke sana lagi (menuju titik aksi).”
Baca Juga: Cerita Para Pedagang Kecil di Bandung dalam Gelombang Protes Peringatan Darurat
Suara Ibu Kembali Turun ke Jalan di Aksi Peringatan Darurat di Bandung: Jangan Bungkam Anak-anak Kami!
Cerita Pelajar di Bandung dalam Lautan Demonstrasi Rakyat Gugat Negara, Pulang Sekolah Langsung Unjuk Rasa
Menjadi Pelindung
Ufuk sudah memancarkan siluetnya. Pada pukul 18.00 WIB, massa aksi masih bertahan di pelataran gedung DPRD Jabar. Sisa ban yang dibakar membekas di aspal jalan. Sesekali ledakan petasan berbunyi dari arah gedung DPRD. Inilah detik-detik aksi akan dipukul mundur oleh aparat kepolisian.
Di jam genting itu, seorang pemuda, Dave tengah berlindung di balik mobil ambulans yang bersiaga di Jalan Trunojoyo. Dia sadar, malam akan tiba, artinya polisi akan bertindak beringas. Maka dari itu, di pikiran Dave mobil medis adalah tempat yang paling aman untuk berlindung.
“Karena ambulans menjadi tempat evakuasi korban, jadi aku tuh nganggapnya area dekat ambulans adalah safe zone. Kayaknya aparat pun ga mau ngejar-ngejar peserta aksi ke area ambulans, karena harusnya mereka sadar betul kalau ambulans tempatnya orang terluka. Mungkin. Jadi, mereka enggan buat ngelakuin tindakan represif di area situ,” ujar Dave.
Saat water cannon ditembakan ke arah massa aksi, dia masih bersikap tenang. Akan tetapi keadaan seketika berubah saat barisan polisi merangsek keluar untuk memukul mundur massa aksi. Di saat itulah, mobil medis beserta Dave mulai menjauh dari titik aksi.
Berselang tiga puluh menit, tepatnya di jam 18.31 WIB gas air mata mulai ditembakan polisi ke berbagai penjuru. Tak terkecuali titik yang disinggahi Dave. Perlahan Dave mulai menyelamatkan diri. Dia beserta peserta aksi lainnya mulai berlari ke Unisba, tempat evakuasi yang dianggap paling aman (safe house).
Bagi Dave, tim medis merupakan instrumen penting di perhelatan demonstrasi. Risiko kecil ataupun besar setidaknya dapat ditangani terlebih dahulu oleh tim medis sebelum selanjutnya ditangani lebih serius di rumah sakit.
“Sangat penting, karena tim kesehatan/medis adalah salah satu instrumen penting saat aksi berlangsung. Kita gak bisa prediksi akan ada seberapa banyak korban yang berjatuhan,” lanjutnya.
Selain itu, tim medis juga jadi solusi ketika tubuh membutuhkan banyak cairan. Di saat demo sudah berlarut, pasokan air untuk tubuh harus bertambah. Menurut Dave tim medis bisa menjadi alternatif terdekat ketika membutuhkan pasokan air minum guna menghindari dehidrasi.
“Dengan adanya pasokan air gratis ini sangat membantu buat saya, selain bikin hemat, kadang tuh kita ngerasa haus pas di tengah kerumunan. Mau nyari tukang dagang juga kadang udah ga ada tenaga dan males,” ujarnya.
Aksi massa prodemokrasi yang menentang Revisi UU Pilkada di Bandung berlangsung dua hari, Kamis dan Jumat, 22-23 Agustus 2024. Dalam dua hari itu aksi selalu berujung ricuh. Berdasarkan ‘posko’ relawan Unisba, pada hari pertama terdapat 31 orang yang menjadi korban luka ringan dan berat. Di hari kedua jumlah korban luka meningkat menjadi 86 korban luka ringan dan berat.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Yopi Muharam atau artikel-artikel lain tentang tentang Demonstrasi Revisi UU Pilkada